IGD

4.3K 329 8
                                    

Di dalam tidurnya, Celine tampak gelisah. Peluh membasahi keningnya, serta tangannya menggenggam erat selimut putih yang menutupi setengah tubuhnya.

Iya baru saja bisa tenang dan berhasil di buat tidur oleh Aditya namun setiap kali Celine berusaha untuk memasuki tidur lelapnya sesuatu berhasil mengganjal di dalam hatinya. Nafasnya lagi-lagi terasa berat.

Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Aditya yang baru saja keluar dari dalamnya dengan handuk yang melilit di pinggang menampakkan delapan roti sobek miliknya.

Langkahnya langsung tertuju pada almari untuk memakai kaos serta celana pendeknya, dan setelahnya barulah Aditya melangkah mendekati ranjang namun guratan tak wajar dari wajah Celine yang sedang tertidur berhasil membuat langkah Aditya semakin cepat.

"Sayang, yang bangun dulu yuk" Aditya menepuk kecil pipi Celine, namun bukannya membuka mata Celine malah semakin gelisah.

"Celine bangun yuk yang, sayang" suara itu kembali terdengar namun Celine masih tak merespon apapun.

'Jangan bawa pergi Lena, Ma... Jangan bawa Lena' gumaman lirih itu terdengar sangat menyayat hati.

"Celine bangun, yang" Tepukan yang Aditya berikan semakin kuat, iya tak tega membiarkan wanitanya itu merasa tak nyaman.

"JANGAN MA..!!" Celine terbangun dengan nafas memburu, tempo detak jantungnya sangat cepat dan setetes air mata kembali keluar membasahi pipi itu.

"Sayang?"

"Mas! Lena mas, Lena mau pergi sama Mama! Aku gak mau di tinggal Lena mas!"

"Hai," Aditya membawa Celine dalam pelukannya "Tenang sayang kamu hanya mimpi buruk, tak Ada apapun yang terjadi dengan Celena"

"Enggak mas, itu bukan mimpi. Itu sangat nyata sebagai ukuran mimpi" Celine mendorong pelan tubuh Adit berusaha untuk melepaskan dirinya dari kungkungan pria itu. "Hp aku di mana mas?!"

Celine melihat sisi kiri dan kanannya untuk mencari benda pipih miliknya namun iya tak kunjung menemukannya sampai tiba-tiba Aditya menyodorkan ponsel milik Celine yang tadi sengaja iya simpan di meja sebelahnya.

Tanpa mengatakan apapun Celine menekankan logo berwarna hijau di handphone itu dan dengan segera iya menghubungi Celena.

Satu kali
Dua kali

Helaan nafas Celine terdengar sangat gelisah, iya beranjak dari tempat tidur untuk menelfon Celena ke tiga kalinya "Lena angkat dong!"

"Sayang kamu juga harus tenang" Aditya berdiri dari tempatnya duduk, lalu mengelus bahu Celine hanya sekedar untuk menenangkan.

"Bara! Aku harus menelfon pria itu!" Celine mencari nomor pria yang menjadi suami kembarannya itu. Nomor telfon itu tak sempat iya simpang jadi iya harus mencarinya terlebih dahulu.

Celine sempat meminta nomor orang tua Azzam dan Azzura di ruang tata usaha saat iya beberapa hari lalu menemui Aldebaran hanya untuk membahas masalah Azzura.

Tak berapa lama setelah nomor telfon itu di temukan dan Celine menelponnya, suara berat dari sebrang sana terdengar lirih.

"..."

"Lena! Apa kau berada di samping Lena sekarang?! Tolong berikan ponsel mu padanya"

"..."

"Apa dia baik-baik saja?"

"..."

"Apa aku harus mempercayai suara bergetar mu itu?! Katakan kepada ku apa sebenarnya yang terjadi!"

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang