Selama di perjalanan menuju rumah sakit tempat si kembar di rawat, Celine tak mengucapkan apapun. Iya masih takut untuk menemui kedua balita itu.
Ingatkan permainan terakhir Celena, permintaan terakhir yang bisa di katakan tidak masuk akal. Permintaan terakhir yang membuat Celine sempat marah pada Aditya karena pria itu merelakan dirinya di ambil pria lain.
Dan saat mobil yang di kendarai Rangga berhenti tepat di parkiran rumah sakit, Celine belum juga berhenti dari lamunannya. Rangga mengerutkan keningnya kala melihat Celine tak beranjak dari tempatnya.
"Cel, lo ngelamun?" Panggil Rangga sembari memukul pelan lengan Celine. "Ngelakuin apa lo, uang Aditya udah banyak. Lo juga udah mau nikah, apa lagi yang kurang coba." Celetuk Rangga sembari membuka safety belt miliknya.
"Apaan sih Ga, siapa coba yang ngelamun!" Timpal Celine sembari kedua tangannya juga ikut membuka safety belt miliknya.
Rangga mendengus "Monyet tadi yang melamun!" Cicitnya sebelum keluar dari mobil.
Mata Celine membola kala mendengar ucapan Rangga yang bisa di pastikan tertuju untuk dirinya. "Heh manusia laknat, gue pecat juga lu dari daftar sahabat gue!"
Rangga sama sekali tak memperdulikan umpatan yang baru saja Celine ucapkan, mungkin terbilang kasar namun begitulah cara Rangga untuk menghibur sahabat sekaligus calon istri dari atasannya itu.
Rangga tau kejadian seminggu yang lalu, kejadian yang kembali membuat Celine terpuruk dan kejadian yang kembali berhasil membuat amarah seorang Aditya terpancing hingga pembalasan dendam pun akan segera terlaksanakan.
“Jangan cepat-cepat jalannya, gue ini cewek tau!" Keluh Celine saat tak bisa mengimbangi langkah Rangga yang dua kali lipat dari langkah kakinya yang tergolong kecil.
Rangga mendengus namun iya hanya bisa menurut dengan apa yang Celine katakan, iya melambatkan langkah kakinya sembari menggenggam pergelangan Celine “Makanya banyak makan sayur, jangan seblak mulu yang lo makan!”
“Cerewet banget si lu Ga, siapa coba yang bakal nikah sama lu"
“Siapa yang gak cerewet coba kalau punya sahabat satu bentukannya kaya lo?!”
Lagi-lagi Celine mati kutu dengan ucapan Rangga, iya hanya bisa terdiam hingga mereka tiba si sebuah ruangan yang Celine yakini ruangan Azzam dan Azzura.
Ketukan kecil Celine berikan pada pintu itu hingga seseorang dari dalam sana membukakan pintu "Bun... Bu guru..." Tau kan siapa yang sering keceplosan memanggil Celine dengan sebutan Bunda?
Celine berjongkok dan menatap lembut gadis kecil saudara kembarnya itu “Zura apa kabar, sayang?” Tanya Celine sembari mengelus lembut pipi Azzura yang tak lagi secabi minggu kemarin.
Azzura tak menjawab namun kini air matanya menggenang dan entah mengapa sesuatu menarik dirinya untuk memeluk tubuh Celine “Bunda, Zura rindu. Zura gak mau bunda tinggal lagi, Zura takut bunda”
Celine yang seolah mendapat serangan tiba-tiba hanya bisa tertegun untuk beberapa detik namun di detik berikutnya iya ikut memeluk tubuh Azzura “Enggak, Bunda gak akan ninggalin kamu sayang. Bunda janji”
“Hm Zura percaya, Zura percaya kalau bunda gak akan pernah lagi ninggalin Zura dan Kakak”
Celine tak menjawab, iya menggendong tubuh kecil Azzura ke dalam pelukannya. “Kamu sudah sembuhkan sayang?”
“Sudah Bunda, Zura udah sembuh tapi Kak Azzam masih di infus. Kata Dokter Kakak harus menghabiskan satu infusan lagi”
Celine tersenyum, “Apa boleh bunda masuk?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Angan | Lengkap
RomanceDia yang ku kenal sebagai penyelamat kini akan menjadi angan yang sama, dia akan tetap sama dan akan selalu seperti itu. Setiap kalimat yang keluar darinya mampu membuat ku tersadar kalau iya adalah yang terbaik, dan aku juga adalah hal yang terbaik...