Prolog

1.8K 214 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kau yakin ingin membawa mobil sendiri? Kau terlihat lelah Jeong, dan cedera lehermu juga masih belum sembuh 100%" manager bertanya untuk yang ketiga kalinya.

Aku yang sebenarnya sudah bosan mendengar penuturannya hanya bisa tersenyum. Apa yang managerku katakan sih memang benar semua, bahkan tidak ada yang salah satupun. 

Aku memang lelah, cedera leherku juga belum sembuh total – tapi keadaan memaksaku untuk pulang sendiri saat ini.

"Gwaenchana oppa, aku bisa menjaga diri. Kau bisa menjemput Nayeon eonni di bandara" ucapku. 

Tanganku meraih kunci mobil yang sedang di pegangnya. Tidak sopan memang, tapi aku tidak punya pilihan lain. 

"Hari ini eonni pulang dari London, kan?" tanyaku kembali.

"Ne, seharusnya ini tugas Pinky. Tapi karena di jalan dia dapet kabar ibunya masuk RS, jadi Pinky ngedrop mobil disini dan minta saya gantiin jemput Nayeon"

Aku mengangguk paham seraya memasuki SUV kami. Setelah memakai seatbelt aku menyalakan mesin mobil. 

Tiba-tiba suara ketukan merebut atensiku kembali. Akupun menoleh dan bergegas menurunkan jendela pengemudi.

"Jeongyeon-a kau yakin? Lebih baik kita pulang bersama dengan Nayeon juga" tawarnya lagi. Rupanya managerku ini belum menyerah juga.

"Aku sudah sangat lelah, oppa. Lagipula jika kita bertiga satu mobil, terus siapa yang bawa mobil ini?"

"Itu hanya alasanmu, Jeong. Oppa tau kau masih marahan dengan Nayeon. Maka dari itu, kau pulang lebih dulu karena ingin menghindarinya, kan?"

Bingo, managerku mengetahui alasan ku yang sebenarnya. Aku dan Nayeon memang sedang marahan, lebih tepatnya aku yang marah kepadanya. 

Jelas saja aku marah, dia pernah berjanji akan membawaku ke London untuk menemaninya liburan. Tapi beberapa hari lalu dia malah pergi seorang sendiri tanpa mengajakku. 

Tidak hanya itu, yang membuatku semakin murka adalah – media mengabarkan Nayeon sedang liburan bersama Jinyoung di sana. 

Bisa kalian banyangkan?

Saat orang yang kalian sayang liburan bersama orang lain, di negara lain pula?

Damn! Aku membenci perasaan ini. Aku membenci rasa tidak wajar ini untuknya.

Sebuah rasa yang bisa membuat hubungan pertemanan kami hancur hanya dalam sekejap. Sebuah rasa yang mungkin akan membuat dirinya langsung membenci dan menjauhiku ketika aku mengatakannya.

Selama ini aku bahkan hanya bisa mengaguminya dari jauh. Aku hanya bisa menyembunyikan perasaan ini dengan sikap denialku terhadapnya.

Aku benar-benar seperti seorang pecundang.

49 Days [2Yeon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang