Day 39 : Tanggung Jawab

623 177 96
                                    

# DAY 38 Bag2

"Kau tau jika selama ini aku mencintaimu, bukan?"

"A-aniyo. Aku sama sekali tidak mengetahuinya! Tolong lepaskan aku, Sunbae! L-lepas!"

"Pembohong, kau jelas-jelas mengetahuinya . . "

Jinyoung semakin menjadi. Secara sadar dirinya kian menggekang, memeluk serta mengikis jarak antara tubuhnya dengan tubuh kecil Nayeon di dekapannya. Jari jemari tangan Jinyoung kian merekat satu sama lain, indera penciumannya-pun terus ia dekatkan ke cauk leher serta pundak mulus Nayeon dari belakang.

Mengecup,

Menghirup dan

Membaui aroma tubuh gadis itu terus Jinyoung lakukan dengan kuat-kuat.

Ya, benar. Saat ini cinta sudah membutakan Jinyoung, sedangkan nafsu semakin mengendalikan dirinya; membuat pria itu hilang akal untuk sesaat. Bukan lagi suka ataupun cinta, tapi sikap Jinyoung saat ini sudah bisa dikategorikan obsessi.

"Kenapa Nayeon? Kenapa? Kenapa kau tidak pernah sekalipun menoleh kearahku, hm? Kenapa kau tak pernah mau menerima cintaku? Kau bahkan menolakku ketika kita di London"

"Karena aku tau kau adalah pria gila, jadi sekarang lepaskan aku!! LEPAS!!"

"Ya tuhan, bahkan marahmu saja membuatku semakin mencintaimu, Nay. Sungguh"

Saat ini, Jeongyeon tengah pilu.

Melihat secara langsung orang yang disayangi dilecehkan benar-benar membuat hati Jeongyeon seolah hancur berkeping-keping.

Terlebih Jeongyeon menyaksikannya langsung, live di depan kedua matanya sendiri! Ya tuhan. Katakan, apa yang lebih menyakitkan dari hal itu, sudah pasti tidak ada.

Disaat dirinya hampir kehilangan harapan, langit seakan mendengar ratapan hati Jeongyeon. Secara tiba-tiba saja seseorang memencet bell dan menggedor pintu apartemen tsb dari luar. Tidak hanya sekali dua kali, namun suara itu terus menerus berulang tak henti-henti, benar-benar membuat Jinyoung merasa geram sementara Jeongyeon dan Nayeon bisa bernafas lega untuk saat ini.

"Nayeon-ssi, buka! Aku tau kau ada di dalam" teriak orang tersebut dengan lantang. Lagi dan lagi pintu itu ia gedor. Tak ada jeda, macam ibu kos yang mau nagih bulanan ajalah pokoknya.

Suara perempuan lain terdengar. "Eonni, tenanglah. Malu tau kalau sampe orang lain denger"

"Ga bisa, pokoknya kita harus segera masuk"

"Tapi kenapa?"

"Aduh, nanti deh aku jelasin. . . Nayeon-a buka, Nay! Im Nayeon!"

Jeongyeon tersenyum. Sepertinya ia tau itu suara siapa.

Usai melepas paksa tangan Jinyoung ditubuhnya, Nayeon lekas berlari tunggang-langgang ke arah pintu. Dia benar-benar berlari bahkan sampai tidak sempat mengindahkan rasa pusingnya sama sekali.

Entah mengapa, pokoknya Nayeon rasa jika dirinya memang harus buru-buru membuka pintu itu dan menjauh dari Jinyoung; si iblis licik yang berparas tampan.

"Nay, buka pintunya. Buka sekar-"

* CEKLEK *

"Joohyun eonni"

"Nayeon-a, gwaenchana?" Irene lekas memeluknya. Menatap arwah Jeongyeon sekilas, lalu melirik tajam Jinyoung di ujung sana. "Seulgi-ya"

Seulgi yang semula sempat bingung, kini mendapat kode seperti itu dari Irene, dirinya langsung ikut menoleh ke arah Jinyoung.

49 Days [2Yeon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang