Day 18 : Meet Him

653 148 15
                                    

Hujan lebat membasahi kota Seoul. Suara gemuruh serta dinginnya angin malam yang berhembus mulai berpadu menjadi satu; sangat pas untuk menemani setiap insan untuk terlelap dalam mimpi masing-masing.

Kendati demikian, seserang justru membuka matanya. Ia bangkit dari tidur dan terduduk di sofa bersama mata yang mulai sibuk melirik sisi kiri dan sisi kanannya.

Setelah memastikan tidak ada satu memberpun yang bangun ataupun keluar dari kamar, Jeongyeon bangkit dari sofa.

"Aman" gumamnya.

Ponsel di meja Jeongyeon raih; hari, tanggal serta waktu yang tertera di layar ia tatap lekat-lekat.

'Minggu, 2021 oktober 31 pukul 22.50 KST'

yang mana berarti masih ada tenggat 12 hari dari comeback resmi Twice sekaligus hari dimana mimpi itu akan menjadi kenyataan.

Tapi bukan itu yang sekarang ia khawatirkan, melainkan pertemuannya dengan sang penelpon misterius.

Entah itu memang Josh atau bukan, yang jelas Jeongyeon sangat ingin menemuinya. Ia yakin jika teror gagak beberapa hari silam pasti ada sangkut pautnya dengan orang tersebut.

Masih ada 55 menit, semoga tepat waktu –pikirnya sembari memakai jaket tebal dan berjalan menuju pintu.

Baru saja ingin memutar gagang pintu, Jeongyeon dikagetkan oleh sebuah suara.

"Kau ingin keluar, Je?"

Jeongyeon menoleh. Matanya menyipit saat memperhatikan seseorang yang sedang menuruni anak tangga di tengah kegelapan; Jihyo rupanya.

"Ne aku ada sedikit urusan. Bisa kau jaga dorm sebentar, Jihyo-ssi?"

"Tak masalah" jawabnya singkat.

"Ada apa dengan suaramu? Kenapa terdengar serak?"

"Ekhem, tidak ada apa-apa hanya sedang flu" pungkasnya sembari melangkah menuju dapur.

Jeongyeon mengikutinya. Ia duduk di hadapan Jihyo dan memperhatikan gadis Park dengan seksama.

"Yak ada apa dengan matamu? Kau habis nangis?"

"Ani"

Jeongyeon menghela nafas, kedua tangannya bertumpu pada meja. Ia rasa menghabiskan waktu 5 menit untuk berbincang dengan sahabatnya tidak akan jadi masalah.

"Yakin ga nangis?" tanyanya ragu. Jihyo mengangguk.

"Iya yakin, ga abis nangis kok"

"Lampu dapur ini menyala, Jihyo. Jangankan matamu yang bengkak, setanpun bisa terlihat HD jika begini" candanya memecah suasana. Kali ini Jihyo tersenyum tipis.

"Hanya sedang sedih dan banyak pikiran. Kau tidak perlu khawatir, manager-nim"

"Arasseo, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita" ucap Jeongyeon pasrah; ia bangkit dari kursi dan mengambil gelas di rak.

"Aku dengar, kau mengunjungi rumah sakit selama 2 hari berturut-turut? Apa kau sakit, Jihyo-ya?"

"T-tidak"

"Lalu kenapa kau ke rumah sakit?"

"H-hanya ingin"

Jeongyeon berbalik. Ia meletakan teh chamomile buatannya untuk Jihyo ke atas meja.

"Sudah hampir 3 minggu. Pasti berat untukmu karena tidak ada teman berantem di dorm"

"Nde? K-kau bicara apa, Je?"

Jeongyeon tersenyum simpul. "Tak masalah kau merindukannya, Jihyo-ya. Yoo Jeongyeon-ssi juga pasti merindukanmu"

Kini tangis gadis Park pecah.

49 Days [2Yeon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang