* TES *
Bulir air mata berhasil menerobos di sela-sela pelupuk Nayeon yang tertutup rapat. Mengalir di ujung netra dan mulai membasahi bantal miliknya.
Sekali lagi, Nayeon menegaskan pada diri sendiri jika ini hanyalah ilusi. Tidur berhadapan dengan sosok yang sedari kemarin dicarinya adalah mimpi yang tak pernah ia bayangkan.
Menyebalkan.
Jauh di lubuk hati, ingin rasanya Nayeon mengusap, menyusuri tiap inci dari wajah cantik nan tampan itu dengan jemarinya. Tapi sayang, Im Nayeon tidak bisa. Tubuhnya seolah kaku, puluhan ton besi seolah memasung tangannya yang terasa berat untuk di angkat. Jadi terpaksa Nayeon hanya bisa terdiam dan memandang Jeongyeon di depannya.
Memandang dengan pilu.
"Jeongyeon-a?"
Mata yang terpejam itu terbuka. Menatap Nayeon balik dengan teduhnya. "Hm?"
"Igeon tto kkum-inga?"
"Eo, kkum-i ya (Ya, ini juga mimpi)"
* TES *
* TES *
Tanpa sadar, Nayeon mencengkram erat seprainya lagi. Menimbulkan warna kemerahan pada kulit telapak tangan.
"Aku . . . Kangen. Aku benar-benar merindukanmu"
"Ara, aku juga merindukanmu, Nayeon. Aku sangat merindukanmu"
"J. . . jeongie tidak bisakah kau tinggal disini lebih lama? Menemaniku, hm?"
"Mian. Tolong tunggu aku sebentar lagi, aku akan segera kembali. Kamu bisa menungguku kan?"
"Jeongyeon-a, jebal. Kumohon"
"Maaf Nayeon, aku janji akan kembali, secepatnya"
* CUP~ *
Kecupan singkat pada bibir berhasil membuat mata sembab Nayeon terbuka. Ia mengedar. Memperhatikan setiap sudut kamar luasnya dengan seksama.
Kosong. . .
Hampa. . .
Hanya ada rasa dingin yang menusuk di perabaanya.
Mimpi itu, adalah mimpi yang real bagi Nayeon. Mimpi yang terasa sangat amat nyata.
Aroma penyegar mulut mint-citrus khas Jeongyeon masih melekat di indera penciuman Nayeon. Semerbak manis dari parfum Black Opium juga masih membaui area penciumannya. Tak ayal tekstur kenyal dan lembut dari bibir tipis Jeongyeon-pun masih dapat Nayeon rasakan pada mulutnya.
Sungguh, Nayeon berandai jika mimpi tadi bukanlah sembarang mimpi. Mimpi itu seolah menjadi mimpi yang konkret baginya.
Tapi kenapa harus Jeongyeon? Kenapa harus orang yang memang sangat amat ia rindukan? Bukan membahagiakan, justru mendapat mimpi seperti itu malah membuat hati Nayeon seakan teriris.
Nayeon tak bisa memeluknya. Nayeon tak bisa menemuinya, lantas bagaimana Nayeon bisa merealisasikan mimpi dan kerinduan itu (?)
Dalam lubuk, ingin sekali dirinya berteriak. Ingin memaki pada semesta akan kekonyolan dan kekejaman candaannya. Haruskah Nayeon setiap malam seperti ini (?) Sampai kapan Nayeon akan dihadapi oleh mimpi-mimpi membingungkan dan menyebalkan seperti itu (?)
* GERR *
* SPLASH *
Suara gemuruh bersahutan di langit luar. Seakan mencekal; menertawai gejolak pada hati Nayeon. Rintik hujan mulai mengguyur dan seiringan itu juga suara ketokan pintu kamar dapat Nayeon dengar dipendengarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
49 Days [2Yeon] ✓
FanfictionPerlahan suara orang-orang mulai menghilang. Semua terasa Senyap, dan Gelap. Mungkinkah ini akhir dari hidupku??? Siapapun, kumohon tolong aku. Aku tidak mau berakhir seperti ini. Aku belum siap meninggalkan keluarga, dan orang terdekatku. Tuhan...