9.

8.5K 488 31
                                    

Seokjin tengah berjalan dilorong perusahaan menuju studio milik leadernya, ia ingin mengadu perihal tenggorokannya yang sakit akibat terus-terusan berlatih, ditambah lagu yang kali ini mereka tengah promosikan membutuhkan tenaga dan suara yang tinggi membuat dirinya kuwalahan.

Walau dynamite begitu booming, dimana-mana menyetel lagu itu karna asyik sekali didengar, asyik untuk menari, dan juga lirik bahasa inggris yang membuatnya makin banyak yang menyukai karna mudah dilafalkan.

Tapi Seokjin ingin mereka cepat-cepat mengeluarkan lagu baru yang tidak terlalu tinggi nadanya agar ia bisa membawakan dengan sempurna, ditambah dengan tarian yang menuntutnya untuk bergerak luwes tapi fokusnya terus terbagi antara mempertahankan vokalnya dan juga mengingat-ngingat tarian selanjutnya.

"Namjoon-ah!!" Langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia melihat adiknya tengah duduk disofa membaca buku menggunakan kacamata, penampilan yang sangat berbeda dari Namjoon yang berada diatas panggung, tapi tetap menawan.

"Ada apa, hm?" Namjoon menengok melepas kacamatanya dan menutup buku, matanya pun sudah pegal karna membaca tulisan kecil-kecil itu, tangannya mengelus rambut Seokjin yang duduk disampingnya menghadapnya.

"Tenggorokan hyung sakit, lagunya sangat susah untuk dibawakan." Keluh Seokjin meraba-raba pinggul kanan Namjoon menggunakan tangan kirinya, "sebentar." Ucap sang adik membuka kaos hitam bertuliskan nama perusahaan ditengah dada, kaos yang biasa Namjoon pakai untuk berolahraga.

Meletakan tangan hyungnya pada tattoo tulisan kecil disana, entah jadi kebiasaan atau apa, semenjak Seokjin mengetahui namanya ada dipinggul adiknya, ia menjadi ketagihan dalam meraba bagian itu, mengelusnya terus-menerus.

"Kenapa harus buka baju, huh?" Walau interaksinya dengan Namjoon melebihi kebiasaannya dulu tapi tetap saja rasa was-was atau menjaga perasaan terus ia lafalkan dalam hatinya, ia tak mau membiarkan rasanya kebablasan tak tahu malu.

"Biar kamu mudah mengelusnya, hm? Atau perlu kubuka celana?" Letak tattoo yang memang sedikit bahaya menyusahkan Seokjin dalam melaksanakan hobi barunya, pikirannya melanglang buana antara perut dada Namjoon atau kejantanan pria itu, sungguh kotor pikirannya.

"Yak! Jangan bercanda, hyung kesini ingin cerita padamu bukan menontonmu tanpa pakaian!" Tangannya terus menerus mengelus disana, memainkan jari panjangnya.

"Hahaha, yasudah lanjutkan, hm." Lengan kiri Namjoon pun sudah berlari pada pinggul Seokjin, mengelus halus disana sungguh romantis bagi sepasang kekasih namun kenyataannya mereka hanya adik-kakak dalam grup atau lebih kasarnya mereka hanya partner kerja, sungguh miris.

"Sungguh tenggorokan hyung sakit, capek, masa ngikutin jangkauan Jimin terus, suara dia mah emang tinggi banget, masa setiap lagu sesuai jangkauan Jimin atau Taehyung dalam nada terendahnya, susah." Seokjin bercerita bahkan sedikit merengek, ia bukan membenci para adiknya tidak, tapi jengah tetap ia rasakan karna selalu saja dirinya yang harus menyesuaikan.

"Ssst, karna mereka tahu kamu bisa okay? Setinggi apapun nadanya atau serendah apapun, mereka percaya kamu bisa membawakan lagunya dengan baik, percaya padaku, hm." Namjoon berbicara diatas kepala Seokjin yang cemberut dan hanya manggut-manggut.

"Bagaimana kamu bisa percaya pada hyung kalau hyung saja pesimis pada diri sendiri." Seokjin hanya lelah, ia pun bukan orang yang berlarut-larut mengeluh, kepercayaan diri selalu ia tebarkan, ia yakin ia bisa, tapi setiap orang akan ada saat dirinya lelah bukan, Seokjin tengah merasakan itu, dan hal ini pasti hanya berlangsung sebentar, ia hanya butuh Namjoon sebagai tempat mengadu, itu saja.

"Orang yang paling percaya diri dibangtan menjadi loyo seperti ini, huh? Kenapa? Kurang belaian wanita?" Namjoon tersenyum mengejek, "yak! Dasar tidak sopan, kau pikir semuanya berhubungan dengan selangkangan?!" Seokjin hendak menarik tangannya tapi ditahan Namjoon.

Idol (BTS) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang