Makin hari kegiatan yang mereka lakukan makin variatif, dari bermain pistol air sampai bermain piano menyanyikan lagu dengan asal menyuarakan semua hal yang ada dipikiran mereka.
Pukul 8 pagi Hoseok dan Namjoon sudah rapih berencana mendaki gunung, rencana yang memang disusun untuk kedua sahabat berbagi tahun lahir itu, disaat biasanya masih begitu hening karna belum pada bangun, pagi ini didapur rumah atas sudah sibuk kedua sahabat itu tengah menyiapkan bekal untuk mendaki dibantu Seokjin.
Hyung tertua tentu saja ikut bangun saat sang leader bangun, dengan wajah kumalnya ia harus berdiri menggulung gimbap sebagai bekal para adiknya, disamping belakangnya ada Namjoon yang hanya berdiri menonton, secara tidak langsung ia seperti dikurung oleh adiknya karna kedua tangan Namjoon bertumpu disisi kanan dan kiri tubuhnya.
Hoseok sedang mengambil kotak bekal dirumah bawah, membiarkan Seokjin dan Namjoon berdua saja tak lupa beberapa kamera sudah menyala tapi sang leader tak mau merubah posisinya, tubuhnya malah makin maju memepet hyungnya padahal Hoseok menyuruhnya untuk memotong buah melon tapi tak kunjung dilakukan.
"Kenapa masih disini? Cepat potong melonnya sebelum Hoseok kembali." Seokjin memotong perlahan gimbap agar isinya tidak keluar dari gulungan. "Kamu mau jariku tergores pisau? Sudah tahu aku payah dalam urusan dapur apalagi berhubungan dengan pisau, bahaya." Seokjin menyuapkan satu potongan gimbap yang hancur untuk dicicipi Namjoon.
"Enak?" Sang adik mengangguk mengiyakan dengan pipi menggembung saat mengunyah. "Ya harus belajar, dong! Pelan-pelan, jika nanti anakmu sangat suka melon dan memintamu memotongnya bagaimana? Masa menolak keinginan anak." Tangannya giat menggulung satu gimbap lagi.
"Ya tinggal suruh pasanganku, beres." Balas Namjoon acuh seperti tak peduli tapi mendengar kata pasangan dari mulut adiknya membuat Seokjin menoleh kepada pria itu yang menunduk menatapnya balik.
Keduanya bertatapan hingga Namjoon memajukan wajah dengan cepat refleks Seokjin memundurkan kepalanya karna kaget, sang leader beranjak mengambil melon dalam kulkas tepat saat Hoseok kembali.
"Yak!! Dasar bocah!" Sungut Seokjin karna merasa dipermainkan adiknya, mereka bergegas menata bekal pada tempatnya karna takut kesiangan dan matahari bisa saja menyengat lebih panas.
Baru jam 10 tapi Yoongi sudah bangun, bergegas menuju kamar yang ditempati kekasihnya, karna mendengar Jimin terjatuh tadi malam. Ya tadi malam Jungkook dan Jimin berduduk santai didepan rumah atas memainkan gitar, menyesap rokok yang didampingi oleh alkohol.
Menyanyikan beberapa lagu dengan asap rokok mengimbangi, terus-terusan begitu asyik hingga Jimin mengacak-ngacak rambut panjangnya yang terikat cepol asal-asalan.
"Wajahmu akan makin jelek jika kau seperti itu." Ucap Jungkook melihat wajah kusut hyungnya, pasti banyak pikiran yang bercabang diotak Jimin. Yang tua hanya bisa menghela nafas selaras dengan kepulan asap rokok keluar dari bibirnya.
"Jung, sudahkah kau berpikir tentang masa depanmu?" Jimin menatap ke depan, ia duduk sejajar dengan Jungkook terhalangi meja panjang. "Kenapa? Kau takut akan masa depanmu yang mana? Yoongi atau martabatmu, huh?" Jungkook tersenyum miring, dewasa adalah hal yang menakutkan.
"Hanya merasa harus mengambil keputusan dari sekarang, bukan? Begitupun denganmu." Jimin menenggak alkohol dari botolnya langsung, mungkin ia ingin mabuk malam ini.
"Lakukan saja apa yang kau mau, lebih memilih Yoongi hyung atau pandangan masyarakat agar tetap baik padamu, dan juga aku tak sama denganmu, aku tidak sedang dalam hubungan dengan sesama pria, kita berbeda, brother." Jungkook mengetuk-ngetukkan ujung rokok pada ujung meja untuk menanggalkan abu yang agak panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol (BTS) [TAMAT]
FanfictionBxB 18+ Kisah idol grup terkenal dan kerumitan percintaan anggotanya. We are idol-Bangtan- Kookv Minyoon Namjin Hoseok?