Idol (BTS) [TAMAT]

14.

Detak jantungnya bertalu kencang, debaran gugup dengan tangan dingin takut, walaupun ia pria dewasa tapi bukankah lumrah untuk merasa takut saat akan jujur apalagi ini mengenai diri sendiri yang bisa saja dianggap menyeleweng oleh pandangan masyarakat.

Yoongi tak tahu apakah yang akan dilakukannya dengan Jimin benar atau tidak, yang penting ia hanya ingin berusaha untuk menunhukan siapa mereka, jika nantinya tidak diterima ya sudah, memulai dari nol berdua saja bukan hal yang susah.

Hari ini setelah melakukan wawancara dengan salah satu acara televisi karna keberhasilan mereka akan pencapaian tangga lagu Billboard Yoongi memberitahu ada yang harus ia bicarakan, pada manajer dan semua member BTS.

Duduk dikursi yang mengelilingi meja panjang, ia menyiapkan semua kata demi kata agar keluar dari bibir dengan sopan, melihat sekeliling dengan sedikit ragu tapi pandangan tenang Jimin membuatnya yakin, jikapun akhirnya mereka harus berhenti, ia masih memiliki Jimin disampingnya.

"Ekhem!" Berdehem sebentar karna tenggorokannya yang dirasa begitu kering akibat kegugupan diri. "Aku sedang berpacaran, itu yang ingin aku ucapkan makannya meminta kalian semua berkumpul disini." Sang manajer sedikit terkesiap tapi ia pun sudah menduga, para member sudah dewasa tak mungkin tidak memiliki pujaan hati.

Manajer menghela nafas, menunduk sebentar, berusaha agar tidak meledak-ledak karan Yoongi pun tak salah memiliki kekasih, normal untuk pria seumurannya. "Lalu? Apa maumu? Bersembunyi atau mengungapkan didepan penggemar? Ayolah kalian sudah tua, tak apa memiliki kekasih, jangan takut, lakukan saja yang kalian mau."

Bukan hanya Yoongi tapi para member yang mendengar ucapan sang manajer sedikit merasa lega, berarti mereka bebas dong? Berpacaran ya sudah tidak ya sudah, namanya bekerja didunia industri musik seperti mereka tentu membutuhkan tempat untuk pulang bukan? Paling tidak yang mendukung mereka penuh.

"Tidak atau belum jika jujur pada penggemar, kami hanya mau memberitahu kalian dan perusahaan saja, bahwa kami berkencan, aku dan Yoongi adalah sepasang kekasih." Ujar Jimin dengan tegas tanpa ada nada yang bergetar, ia sudah tahu apa yang ia inginkan tak akan goyah sedikitpun walau masa depan karirnya dipertaruhkan.

Satu ruangan hening, sang manajer makin menunduk dalam mengusap kepala bagian belakangnya sembari berpikir, sang leader pun syok, ia adalah orang yang paling tidak percaya hubungan sesama jenis tapi anggotanya berpacaran satu sama lain? Lelucon macam apa?

Manajer masih tidak berkata apa-apa, ini adalah salah satu hal yang ia takutkan, memang sedikit aneh memaksa mereka berinteraksi berlebihan padahal sesama jenis, ini yang ia takutkan takut kebablasan dan betulan kejadian.

"Biar hyung yang berbicara pada perusahaan." Manajer berdiri mendekati Jimin menepuk pundak pria itu yang sedari tadi tegak tak luruh sedikitpun. "Tak apa, tak ada yang salah dari kalian, lakukan apa yang kalian inginkan, hyung selalu dibelakangmu, hm." Bentuk dukungan yang sangat berarti untuk Jimin dan Yoongi, yang ditepuk pundaknya pun tersenyum mengucapkan terimakasih.

Bukan hanya Jimin dan Yoongi yang lega tapi para member yang lain kecuali Namjoon pun tersenyum cerah, Taehyung yang selama ini diam sekarang menunjukan mimik cerianya mengucap selamat pada sang sahabat memeluk pria itu erat.

"Kau hebat! Ternyata sahabatku sudah dewasa, huh?" Taehyung mengacak rambut belakang Jimin yang berada dalam pelukannya. Namjoon berdiri menarik tangan Seokjin dengan kasar, entah apa alasannya yang pasti sang leader melangkah begitu tegas dengan rahang keras tak lupa cengkraman kencangnya pada pergelangan tangan Seokjin, membawa pria itu menuju studionya, membanting pintu dengan keras.

"Kau kenapa, sih?!" Seokjin berteriak menghempaskan tangannya agar cengkraman tangan Namjoon terlepas, yang lebih muda menjambak rambutnya sendiri begitu gelisah mondar-mandir menunduk menumpukan kedua tangan pada meja komputer nafasnya terengah-engah karna menahan emosi yang hampir meluap.