Ini pov nya kembali ke Iren ya. Udah bukan Irza lagi. Happy reading.
Irza mengajakku ke pernikahan temannya. Jujur saja, kalau dia tidak memaksaku untuk ikut lebih baik aku bermain bersama Naran di rumah. Bayi kami sudah berusia empat belas bulan. Kalau kata Yuri "sedang aktif-aktifnya ya bund." Naran sedang aktif berceloteh menirukan lawan bicaranya. Duh, Sebentar saja tidak bertemu aku sudah merindukannya.
Acara pernikahan yang baru saja aku ketahui setelah kami sampai, ternyata kami menghadiri pernikahan teman Irza saat SMA. Acaranya berlangsung di Ballroom Four Seasons Hotel. Baru saja memasuki Ballroom banyak orang yang menyapa Irza. Lalu Ia mengenalkanku ke beberapa temannya. Sepertinya mereka tidak ingat atau tidak tahu jika aku juga dulu pernah menjadi junior mereka.
"Za, kemana aja. Susah banget ngumpul lo," sapa seorang temannya.
"Iya, sorry ya. Next time lah gue usahain ikut," ujar Irza beralasan.
Aku pernah mendengar curhatnya kalau Irza malas jika berkumpul dengan teman sekolah. Kalau teman kuliah dia masih mau ikut serta. Karena masih bisa sedikit sharing knowladge katanya. Ya, lebih baiklah daripada aku, hanya Yuri the one and only temanku yang masih bertahan.
"Siap-siap banyak mantan lo bro yang dateng," Bisik temannya meledek. Tentu saja aku bisa mendengarnya. Biar saja, kan cuma mantan pikirku. Orang itu berlalu pergi. Kami pun menyantap makanan ringan yang tersedia. Datanglah seorang wanita tinggi semampay menyapa. Sepertinya aku sering melihat wanita ini di majalah Her World langganan mertuaku.
"Hai," sapa wanita itu.
"Sendirian?" Tanyanya lagi.
Loh terus aku siapa. Jarak aku dan Irza memang tidak menempel tetapi tidak jauh juga. Duh kok aku kesal ya.
"Ini sama istri." Jawab Irza singkat dan aku hanya memberikan senyum tipis.
"Oh, im forgot that you are married."
Irza hanya memberikan senyuman kepadanya. Kami pun jadi berkenalan. Namanya Renata. Entahlah teman yang mana lagi. Intinya mereka yang menyapa disini pasti saling mengenal. Mereka mengobrol sebentar dan aku mendengarkan.
"I guess you will marry Ariana, Za. Hm, but congrats on your wedding. See you." Ujar Renata berlalu pergi.
Kenapa wanita ini berbicara seenaknya dihadapanku. Perkenalan tadi hanya basa-basi rupanya. Irza hanya menatapku, aku tahu pasti wajahku terlihat menekuk kesal sekarang.
"Kamu kebanyakan mantan deh kayaknya," kataku yang tadinya tak ingin panas mendengar ini semua. Tetapi tidak bisa rupanya. Karena kesal aku pun meninggalkan Irza ke stand yang menyediakan waffle dengan topping ice cream untuk mendinginkan hati.
Saat aku kembali, ternyata dia sedang berbicara lagi dengan seorang wanita berhijab yang sangat anggun. Mereka berbicara sangat akrab sampai tidak menyadari kedatanganku yang mendekat.
"Iya masih disitu Na, kemarin gue ketemu nyokap lo. Gimana Na, udah lebih sehat Tante?" Ucap Irza yang aku dengar.
"Iya, Alhamdulillah. Tapi masih harus beberapa kali fisioterapi," kata si wanita.
"Bantuin Na, jangan keseringan angkat berat. Kalau udah tua mah rentan." Kata Irza. Mereka asyik saja tidak memperdulikan keberadaanku.
"Iya, gak nyangka gue. Cuma gara-gara angkat pot aja bisa kejepit syarafnya." Sahut si wanita dan mereka tergelak bersama.
"Eh, Na ini Iren. Masih inget gak?"
Wanita itu hanya menatapku dalam lalu tersenyum manis. Dia cantik. Aku sebagai wanita saja mengakui wanita dihadapanku memiliki paras yang cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminiscent (COMPLETE)
ChickLitApa ada yang lebih sesak dari kehilangan? Renjana Jusuf seorang novelis kisah cinta yang beberapa dari karyanya menjadi Best Seller. Karena memiliki kenangan masa lalu yang pahit untuk dilupakan, Ia tertarik menuliskan kisah dan kenangan hidupnya un...