20. Tak Berujung

2.6K 338 4
                                    

Bandung, 24 Juni 2017.

Saat aku mengabarkan orang rumah kalau ingin ke pulang ke Bandung sebenarnya keluargaku disana mencegah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku mengabarkan orang rumah kalau ingin ke pulang ke Bandung sebenarnya keluargaku disana mencegah. Dikarenakan mereka mengkhawarirkan aku yang akan berkendara sendiri kesana. Belum lagi keadaanya yang sudah malam. Sesampainya di Bandung, keluargaku disana tampak bingung. Mungkin bertanya-tanya alasan kenapa tiba-tiba aku kembali. Terlebih Ninik, kulihat ada khawatiran diwajahnya.

Tetapi, tidak ada yang langsung menodongku dengan banyak pertanyaan. Mereka hanya bertanya mengenai kondisi kesehatan Eyangti. Paginya kami sarapan bersama dengan suasana yang masih sama, dingin. Setelahnya rutinitasnya juga sama.

Kulihay Papa sedang menonton televisi, Ninik dan Mama sudah mulai sibuk di dapur memasak untuk makan siang nanti.

Kudekati Papa yang sedang serius dengan televisi dihadapannya.

"Ada apa? Kok kamu ke Bandung?" tanya Papa santai.

Papa sudah memulai percakapan diantara kami. Aku masih terdiam karena bingung memulai semuanya darimana.

"Kamu nggak betah ya Ren di rumah Eyang ? tanyanya"

"Nggak, bukan begitu Pa, aku betah kok."

"Terus ada apa?"

"Hmm, aku betah disana Pa. Disana ada Yuri dan Kak Riesa aku jadi gak ngerasa sepi. Belum lama juga Kak Destin dan Saras datang sama keluarganya. Mereka nginap di Rumah Eyang. Aku senang disana Pa," jelasku pelan - pelan.

"Tapi ada hal yang harus aku beri tahu ke Papa dan Mama."

"Ada apa Ren, kok kamu kelihatan serius gini?" tanya Papa heran.

"Ma coba kesini dulu Ma," panggil Papa.

Dan mendengar panggilan Papa, Mama datang dari dapur dan ikut duduk bersama kami di ruang keluarga. Baik kalau begitu, aku harus mulai bicara.

"Nggak banyak aktivitas Iren disana Pa, Ma. Kondisi Eyangti juga stabil. Hampir setiap dua minggu sekali Iren antar Eyang ke rumah sakit. Pernah saat Iren antar Eyang, Iren ketemu sama Irza." ucapku memulai pembahasan ini.

Kulihat wajah terkejut dari Mama. Berbeda dengan Papa yang menghadapi ucapanku dengan ketenangan.

"Irza bekerja disana Pa, Ma. Dia jadi residen disana," kataku sambil melirik kearah kedua orangtuaku yang belum ada tanggapan, lalu melanjutkan cerita.

"Iren juga sempat mengobrol sama dia," kataku sedikit berbohong.

"Dia minta maaf atas semuanya, dia menyesal Ma, Pa."

Masih hening. Hanya aku yang bersuara disini.

"Kejadian itu juga jadi luka buat dia, Kita selalu kesal kalau ingat semuanya. Terlebih kita selalu anggap dia penyebab semua ini. Tapi aku tahu sekarang bukan hanya kita yang terluka, Irza juga. "

Reminiscent (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang