5. Back to Jakarta

4.1K 487 4
                                    

Jakarta, 5 Maret 2017.

Aku tiba di Stasiun Gambir pukul 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tiba di Stasiun Gambir pukul 10.12  duduk diam menunggu Kak Riesa menjemput, sambil memperhatikan orang yang sedang lalu lalang menarik koper kecil mereka. Kalau tidak salah ingat tidak jauh dari sini ada kedai kecil yang menjual ice cream terkenal. Konon katanyan ice cream ini sudah ada dari zaman penjajahan. Terakhir aku makan spaghetti ice cream nya tentu saja sebelum kami sekeluarga pindah kota. Berdasarkan informasi yang aku dapatkan ternyata kedai ice cream itu masih ada sampai sekarang.

Kulihat tidak jauh dari tempat ku duduk ada seorang wanita muda yang sedang dipeluk erat dengan sepasang paruh baya mungkin orang tua yang sedang mengantar anaknya dan mengucapkan perpisahan sampai nanti, sampai mereka bisa bertemu kembali.

Ck, jika menelisik hampir tiga jam yang lalu, aku tak mengalami hal yang wanita itu rasakan. Tak ada pelukan hangat yang kuterima untuk salam perpisahan. Lagian, kenapa juga aku harus iri ya, toh aku pun bukan pergi ke tempat yang jauh, jika rindu dua jam dari sini aku sudah bisa sampai ke Bandung.

Notifikasi chat masuk dari Kak Riesa membuyarkan pikiranku. Dia mengabarkan sudah sampai. Bergegas dengan sedikit berlari kecil aku menuju tempat parkir agar Kak Riesa tidak perlu menunggu lama.

"Hello, kangeeeeen," ucap Kak Riesa menyambutku sambil memelukku erat.

Baru saja aku pikirkan tentang pelukan, ternyata bisa kudapatkan.

"Ish, ada mau nya aja peluk - peluk segala," jawabku sambil membalas pelukan hangatnya.

"Sudah lama ya nunggunya?" tanyanya.

"Nggak kok," Jawabku.

"Kita muter-muter dulu aja gimana? Gue kenalin sama Jakarta today," ujar nya sambil tertawa.

"Eyang gak apa sendirian gitu?" tanyaku.

"Ya kita kan gak sampai malam juga. Sebentar aja biar lo nggak norak," kata Kak Riesa sambil tertawa.

"Eh mana ada ya norak. Kalau lebaran juga gue kesini," sahutku kesal.

Mobil yang kami tumpangi pun keluar dari area stasiun.

"Ya tapi kan lo gak muter-muter jalan. Jalanan dari Bandung ke rumah Eyang kan gak berubah, tahun ke tahun lo pasti lewat situ aja," jawab Kak Riesa.

"Yaudah, sok aja," ucapku.

Hari ini Kak Riesa izin tidak bekerja untuk menjemputku. Dia sengaja membawaku memutari Jalan protokol Jakarta. Kami memutari Jalan MH. Thamrin sebelum membawaku melewati Jalan Jend. Sudirman.

"Tuh Ren, gue kerja di tower yang itu," tunjuk nya ke salah satu gedung yang berada di Jalan Jend Sudirman.

"Oh disini, nggak bosen apa, lagi izin gini masih aja lewat sini," tanyaku merespon pemberitahuaanya.

Reminiscent (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang