Jakarta, 10 Maret 2017.
Hari ini aku janjian untuk bertemu dengan Yuri di TWG Plaza Senayan. Yuri sahabat baikku yang sudah sangat mengenal pribadiku. Yang mungkin tidak akan ada gantinya.Setelah pindah ke Bandung kami masih keep in touch sampai sekarang. Yuri tahu banyak tentang hidupku. Dia menemaniku disaat masa terpuruk dan bahagia. Apalagi saat kepergian Abang, Yuri selalu ada disampingku. Kami saling mendukung walaupun terpisah jarak.
Tapi bukan berarti pertemanan kami selalu ada dalam kata 'mulus'. Dalam pertemanan pasti ada waktunya untuk tidak sependapat. Kami juga mengalami itu. Jika itu sudah terjadi kami pasti colling down sampai beberapa hari namun tidak pernah lama. Kami akan kembali bersikap seperti sebelumnya seperti tidak ada beda pendapat yang terjadi.
Sekarang aku hanya duduk diam sambil menyesap white tea yang tinggal terisi setengah yang sudah kusesap dari cangkir. Tidak ada yang berubah dari seorang Yuri. Pribadinya masih hangat seperti dulu.
"Hello shay, hehe maaf telat nih," ucap Yuri saat dia datang dan langsung memberikan pelukan hangat untukku.
"Gue maafin, tapi lo yang bayar ya ini," sahutku berpura kesal.
Padahal Yuri hanya telat 10 menit. Aku memaklumi. Alasannya klasik Jakarta macet.
"Jiah, udah langsung aja gue kena charge," jawabnya sambil tertawa.
"Gimana kabar om, tante, ninik?" tanyanya lengkap.
"Lo gak nanya kabar gue?" aku balik bertanya.
"Lo sehat pasti. Buktinya lagi ngeteh cantik disini," jawabnya.
"Baik Alhamdulillah. Keluarga lo juga sehat kan ?" tanyaku.
"Sama kok. Eh Ren muka lo kok jadi bening gini kaya white tea," tanyanya dengan canda.
"Gue emang udah cantik shay dari dulu," jawabku sambil tertawa.
"Hmm, males banget sih dengernya," timpalnya.
"Gue gak keluar-keluar rumah Yur, gak kena debu nih muka atau nggak ya kita kan baru ketemu lagi setelah beberapa bulan. Lo jadi melihat gue lebih ok," jawabku serius.
"Kasihan banget sih, Ren keluar kali, lo kalo nulis kan bisa di coffee shop atau cafe gitu. Sekalian cari market jodoh disitu," kata Yuri.
"Males Yur, enakan di rumah. Irit," sahutku.
"Ih pelit,". sahutnya.
"Biarin yang penting bening," timpalku sambil tertawa.
Bahasa anak sekarang glowing kan?
Iya, cita - cita para cewek zaman sekarang bergeser. Kalau dulu gimana caranya punya muka bersih tanpa jerawat nan putih. Sekarang ditambahin satu Ren, glowing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminiscent (COMPLETE)
Genç Kız EdebiyatıApa ada yang lebih sesak dari kehilangan? Renjana Jusuf seorang novelis kisah cinta yang beberapa dari karyanya menjadi Best Seller. Karena memiliki kenangan masa lalu yang pahit untuk dilupakan, Ia tertarik menuliskan kisah dan kenangan hidupnya un...