Jakarta, 22 April 2006.
Hari sabtu di bulan April. Lusa Abang dan seluruh teman se-angkatannya akan melaksanakan ujian nasional. Sebagai siswi kelas satu aku diliburkan dengan dalih belajar dirumah dengan beberapa tugas.Aku lihat gelagat Abang seperti santai saja padahal dia akan menghadapi ujian nasional. Wajahnya tidak menunjukan ketegangan apalagi terlihat tertekan. Ia melewati hari biasa saja tanpa beban.
Jika dibandingkan dengan aku, jangankan ujian nasional. Ujian tiap semester saja bisa membuatku stress. Merasa tertekan dan ingin minggu itu berakhir secepatnya.
"Bang, kok lo gak belajar sih? senin UN juga," tanyaku.
Abangku yang sedang mengunyah bubur kacang hijau buatan Mama pun menjawab,
"Santai aja Ren, lulus kok gue," jawabnya acuh.
"Ish sombong banget lo," sahutku.
"Nggak sombong ya, belajar udah, doa udah didoain sama Mama. Tinggal dateng aja terus gue kerjain," jawabnya tanpa beban.
Tuhkan, coba dengar perkataannya.
"Terserah lo deh," timpalku.
"Di, kamu jangan keluar malam ini ya, hari Senin ujian dirumah aja," ucap mama tiba - tiba dari arah dapur.
"Iya Ma," jawab Abang.
"Jangan nge-date ya lo malam ini," ucapku meledek.
"Sst diem ah anak kecil," sahut Abang tertawa.
Kami tertawa bersama. Aku bisa menebak pasti dia mau keluar bersama Ariana seperti Sabtu malam biasanya.
Tetapi untuk hari Sabtu ini aku lihat Abang sedang memegang ponselnya dengan bersandar di sofa.Sepertinya Abang benar benar menuruti permintaan Mama. Bersantai tidak ada kegiatan ini jarang sekali dilakukan olehmya di hari weekend.
Biasanya di hari weekend Abang akan sibuk mandi, merapikan penampilan dan keluar pintu kamar dengan parfum yang sangat menusuk hidung. Jika sudah keluar kamar berpenampilan seperti ini kami satu rumah pun sudab tau mau kemana tujuannya, kemana lagi kalau tidak ke rumah Ariana.
Waktu berlalu, kegiatan kami pun seperti biasanya, tetapi malam ini berbeda. Aku hanya makan malam bertiga bersama Mama dan Abang. Papa sedang ke Bandung ada urusan yang harus diselesaikan dan sekalian menjenguk Ninik.
Tidak ada yang aneh saat itu. Semua berjalan seperti biasanya. Setelah makan malam pun kami memasuki kamar masing-masing.
Tadinya aku ingin mengganggu Abang di kamarnya. Tetapi ku urungkan niat, mungkin saja dia sedang belajar atau sedang mengobrol dengan Ariana via telepon.
Terasa bosan sekali malam ini. Yuri mengabarkan dia sedang di rumah sepupunya. Tentu saja aku tak bisa mengganggunya juga. Masuk ke kamar Mama yang ternyata sedang berbincang di telepon dengan Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminiscent (COMPLETE)
ChickLitApa ada yang lebih sesak dari kehilangan? Renjana Jusuf seorang novelis kisah cinta yang beberapa dari karyanya menjadi Best Seller. Karena memiliki kenangan masa lalu yang pahit untuk dilupakan, Ia tertarik menuliskan kisah dan kenangan hidupnya un...