Bandung, 26 Juni 2017.
Sepulangnya Irza semalam, lagi - lagi aku tak bisa memejamkan mata. Resah sekali rasanya. Aku merasa sepertinya keputusanku untuk mengakhiri semuanya sudah tepat. Namun ada rasa khawatir dibenakku, apa dia pulang dengan selamat semalam? berat sekali rasanya ingin bertanya.
Bagaimana pun aku memintanya pulang dalam keadaan yang menguras emosi. Aku khawatir itu bisa mempengaruhi fokusnya saat berkendara. Dia pasti sudah sampai pikirku untuk menenangkan diri.
Hanya ada kabar dari Mas Gilang yang kubaca di pagi hari yang memberitahu bahwa ia sudah sampai saat tengah malam.
Selepas perkara ini usai, aku belum berniat untuk kembali lagi ke Jakarta. Aku pasti kembali, tetapi nanti. Aku butuh waktu. Aku tahu, Eyang masih membutuhkanku belum lagi banyak barangku yang masih tertinggal disana.
Aku hanya butuh waktu menyiapkan hati agar bisa kembali seperti semula. Siang hari, dihari weekday, rutinitas di keluargaku sama saja tidak ada yang berubah yaitu Papa yang pergi bekerja, beliau masih aktif bekerja diusia paru baya. Jadilah tinggal Aku, Mama dan Ninik dirumah dengan para asisten rumah tangga.
"Kamu tahu nggak ren, semalam Mama bisa tidur pulas lho, tenang rasanya," ucap mama membuka obrolan.
"Benar, Ma?" tanyaku.
"Iya, terima kasih ya. Kalau kamu gak mendadak datang dan buat Mama tersadar. Pasti hari ini hati Mama belum lega seperti sekarang."
Tersenyum, aku sangat senang mendengar ini. Akhirnya setelah sekian lama hari yang selalu aku tunggu datang juga.
"Ini bukan karena aku, tapi karena Mama sendiri yang mau mengiklaskan semuanya," kataku.
"Iya Ren, Oh iya Gilang sama Irza pasti udah sampai kan Ren?" tanya Mama.
"Mas Gilang sudah, kalau Irza aku gak tahu."
Mama hanya bisa menatapku nanar. Memang hanya itu yang aku tahu.
"Sejujurnya, Mama ada rasa senang Irza dalam keadaan sehat, dia juga sedang menggapai cita-citanya. Keluarganya juga dalam keadaan baik."
"Sudah terlalu lama ya Ren, sampai kemarin Mama sadar dia yang dulu cuma remaja yang sering makan dan main di rumah kita sekarang sudah jadi laki - laki dewasa."
"Hmm, iya Ma."
"Coba ikuti apa kata hati kamu. Coba pikirkan semuanya dengan matang. Kamu yang bisa memilih untuk hidupmu."
"Kamu sudah dewasa. Sudah waktunya kamu menemukan orang yang tepat. Doa Mama pasti yang terbaik untuk kamu. Mama mau orang yang ada disamping kamu itu nanti bisa membimbing kamu dan buat kamu bahagia."
Aku hanya mendengarkan dan mencoba menebak arah pembicaraan ini. Terpikir olehku apa Ninik menceritakan tentang Mas Gilang ke Mama.
"Pernikahan itu gak hanya ada manis saja nanti, kamu harus benar - benar bisa pilih orang yang kamu inginkan untuk membagi manis dan pahitnya," tambah Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminiscent (COMPLETE)
ChickLitApa ada yang lebih sesak dari kehilangan? Renjana Jusuf seorang novelis kisah cinta yang beberapa dari karyanya menjadi Best Seller. Karena memiliki kenangan masa lalu yang pahit untuk dilupakan, Ia tertarik menuliskan kisah dan kenangan hidupnya un...