Jakarta, 7 Oktober 2005.
Keadaan Abang saat itu masih belum pulih dan sudah lebih dari satu pekan dia tidak masuk ke sekolah. Selama itu juga Irza hampir setiap hari main ke rumah kami.
Alasannya, mereka berdua ingin belajar bersama. Tetapi itu hanya kamuflase karena saat sampai dirumah Irza makan siang, membuka buku sebentar sambil mereka tertawa bersama entah karena apa dan akhirnya mereka berdua bermain football di playstation. Aku tahu Mama sadar akan tingkah mereka, tetapi diam saja karena setidaknya Abang tidak bosan sendirian dengan aktivitasnya yang terbatas.
Entah kenapa dari kecil aku selalu iri dengan perlakuan Mama ke Abang Ardi. Aku merasa Mama lebih menyayanginya daripada diriku. Abang yang boleh melakukan banyak hal sedangkan aku dibatasi. Tak masuk sekolah dengan keadaan mulai pulih saja Mama tak marah. Padahal jika sedikit dipaksa tentu saja bisa.
Kadang aku dan Yuri ikut bermain bersama Abang dan Irza. Kami menghabiskan waktu diakhir pekan bersama. Dengan bermain monopoly, kartu, atau mengobrol dengan musik Westlife yang kami dengarkan melalui walkman. Iya Westlife boyband asal Irlandia dengan member yang memiliki ketampanan 99% hampir sempurna.
"Ganti dong kaset nya Westlife mulu," kata Irza saat lagu Uptown Girl sedang didendangkan.
"Biarin aja, enak tahu didengar nya. Apalagi Brian McFadden. Yaaaampun ganteng banget," kataku hiperbolis.
"Udah keluar orangnya wooo," sahut Abang sambil menyorakiku.
"Biar udah keluarkan tetep aja ini dia yang nyanyi. Suaranya mengobati kangen. Emang ya kalau orang ganteng tarik nafas buat nyanyi aja bikin seneng," sahutku dengan percaya diri.
"Menurut gue tetap Shane Fillan paling ganteng," sahut Yuri tidak terima.
"Apasih kalian, yang paling ganteng tuh gue," balas Abang tidak kalah percaya diri sambil menepuk dadanya.
Seketika aku dan Yuri tidak terima dan melemparkan bantal sofa yang menjadi sandaranku.
"PD banget woy agak iyuuuuuh gak sih, yang mirip sama mereka cuma tarikan nafas lo doang selebihnya nggak," kataku sewot.
"Oasis aja dong, Ren," pintanya mengganti musik yang diputar.
"Gak! Ini walkman gue, terserah gue dong," sahutku dengan nada yang masih sewot.
Dan mereka semua hanya terbahak karena kesewotanku. Menghabiskan waktu bersama mereka bertiga menyenangkan. Bertukar cerita tentang hobi, kejadian lucu dikelas, tempat hits yang menjadi tongkrongan anak SMA atau mendengar cerita mereka yang sudah menyukai seseorang.
Terlebih Abang yang kupaksa bercerita tentang orang yang sedang ditaksirnya. Dengan diimingi cerita ini akan jadi rahasia kami berempat. Jika ini sampai ada yang membocorkan, akan ada hukumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminiscent (COMPLETE)
ChickLitApa ada yang lebih sesak dari kehilangan? Renjana Jusuf seorang novelis kisah cinta yang beberapa dari karyanya menjadi Best Seller. Karena memiliki kenangan masa lalu yang pahit untuk dilupakan, Ia tertarik menuliskan kisah dan kenangan hidupnya un...