27. Hubungan Sang Penyihir Agung

882 98 0
                                    

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan pada kami?" tanya Noir yang terlihat benar benar santai. Bahkan saat ini ia sedang dalam posisi menyendar di sofa kamar Devabrata.

"Yang pertama, apakah benar Soraya adalah anak yang dirumorkan. Yang kedua bagaimana cara kalian menolong Soraya," tanya Devabrata ikut santai. Jarang sekali ada tamu yang mau berperilaku santai tapi tak menyebalkan.

"Benar, Soraya adalah anak yang kami tolong. Kami menolongnya dengan memasuki jiwanya karena merasakan energi mana yang siap meledak dalam dirinya. Tapi saat kami memasuki jiwanya, kami sadar jika satu satunya cara menahan kekuatannya adalah dengan tetap berada dijiwanya dan menahan kekuatannya dengan cara manual selama mungkin," jelas Noir panjang lebar sedangkan Blanc di sebelahnya sedang asik memasak kue keringnya.

"Sebentar. Jadi maksudmu, sihir Soraya masih dalam keadaan terkunci," tanya Devabrata tak percaya.

"Tepatnya sebagian besar mananya. Kami selama ini berusaha menguncinya. Tapi kau tahulah, sekarang sudah tidak bisa. Kami sudah tua. Sudah saatnya kami menikmati masa tua kami. Lagipula aku kesal sekali. Hei, aku kan muncul saat kalian sedang mengadakan perang. Apa kalian tidak melihatku?" ucap Noir keluar topik.

"Maaf maaf. Dia memang suka mengalihkan topik begitu," sesal Blanc sembari menatap remeh pada saudara kembarnya yang masih tak peduli sekitar. "Tapi sebenarnya ucapannya ada benarnya juga. Kami sudah tua, setelah Soraya bangun nanti sihirnya akan sangat banyak. Mungkin ia akan mencapai hal yang belum pernah dicapai sebelumnya."

Devabrata tidak dapat berkata kata lagi. Akan sehebat apa lagi Soraya setelah ini?

"Tapi kau tak perlu memikirkannya. Soraya yang sekarang berbeda. Dia memiliki pikiran yang dewasa," bisik Noir tiba tiba.

Devabrata menatap Noir bingung. 'Soraya yang sekarang beda?' Apakah maksud Noir adalah sikapnya? Kalau itu dia juga sadar.

"Sudahlah. Kau juga akan tau nanti, kalau sudah waktunya. Sepertinya bukan hak kami memberitaumu," ucap Noir lagi membuat kerutan di kening Devabrata semakin dalam.

"Deva?" sapaan lembut yang sangat familiar membuat Devabrata segera mengalihkan pandangannya kearah pintu masuk kamarnya. Matanya membulat melihat siapa yang menyapanya.

"Aku mengganggu perbincangan kalian ya," sesalnya tapi tetap melangkah kedalam.

"Halo," sapa Noir yang mendapat sedikit seruan terkejut dari Soraya.

"Kau ada disini? Aku kira kalian hanya khayalan," tanyanya cepat.

Devabrata memandang ketiganya bingung. Dia merasa paling bodoh disini, sepertinya hanya dirinya yang tidak tau apa apa ya? Eh, sepertinya Soraya juga tidak tau apa apa.

"Oh, kalian terlihat lebih pendek dibandingkan dalam mimpiku," seru Soraya lagi.

"Ya, sebenarnya sama saja. Kau yang bertambag tinggi," sindir Blanc dengan mata yang disipitkan.

"Jadi, kalian sedang membicarakan apa?" tanya Soraya penasaran.

"Kamu," jawab Blanc dengan entengnya.

"Ck. Begini, kami sedang membicarakan 'apakah dirimu adalah anak yang menyebabkan penyihir agung bersaudara mengorbankan nyawanya?' Dan jawabannya ya dan tidak," jelas Noir cepat.

Soraya mengernyitkan keningnya bingung.

"Begini. Kau sudah dengar tentang kisah kami yang menghilang tanpa jejak kan?" tanya Blanc yang tentu saja mendapatkan anggukan cepat Soraya. "Nah, kami menghilang itu karena dirimu. Sebentar." Tangan Noir mengambil potongan roti dan menelannya dengan sedikit terburu buru.

"Saat itu, kami merasakan adanya aliran mana yang siap meledak karena sang pemilik tidak dapat menahannya. Karena saat itu rumahmu dalam penjagaan ketat, maka kami yang tidak ingin diperlambat memutuskan mengendap endap saat malam hari. Tapi saat kami hampir masuk kejiwamu, seorang pelayan wanita tiba tiba masuk dan tentu saja, terkejut. Kami berniat menjelaskannya setelah membereskan masalah mana dalam dirimu, tapi ternyata tidak bisa. Karena mana dalam dirimu hanya akan aman jika kami terus disana mengontrolnya, sampai saat ini," jelas Noir panjang lebar.

"Jadi saat ini manaku ada lebih banyak?" tanya Soraya penasaran.

"Aku tau pikiranmu nona. Dan hatiku berkata, jangan," ucap Blanc.

Soraya hanya tersenyum canggung. Sepertinya Blanc tau dia akan mencoba sihirnya. Baiklah, entah ini kabar baik atau buruk, tapi ini adalah hal baru untuknya

***

Haii, udah lama ya ga update. Aku lagi ada pts nih. Jadi nyiapin dulu 😭😭😭

Btw cuma mau bilang, Devabrata gak akan mutusin pertunangannya dengan Soraya walau Soraya masih kayak dulu. Karena kehadiran Soraya berdampak besar banget buat dia. Apalagi Soraya yang sekarang kan.

Terus, Devabrata tuh sebenernya bukan bersikap cuek ataupun dingin lah ya bahasanya. Tapi, dia cuma ga mau bersikap terlalu ramah sama orang lain dan malah berurusan makin panjang.

Devabrata nganggep Soraya tempat pulangnya karena cuma Soraya yang ada disampingnya setiap saat.

Dan alasan Soraya dulu selalu ngintilin Devabrata adalah karena aura Devabrata membuat dia ngerasa aman. Kalau aura Soraya menonjol, sebaliknya aura Devabrata ga kerasa. Jadi kehadiran Devabrata ga kerasa gitu loh, dan Soraya ngerasa dia gak akan terlalu ngambil banyak perhatian dan dia salah. Karena mau dimanapun dia, Soraya bakal tetap menonjol.

THE TRUTH OF THE VILLAINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang