Devabrata saat Duke Anarres menarik kerahnya kasar. Ia mengangkat rendah tangannya, memberi tahu para pengawalnya untuk tidak menyerang sang Duke.
"Baru tiga bulan saya membiarkan putri saya berada di sini dan apa yang terjadi? Saya pergi ke luar Kerajaan bukan untuk menerima keadaan seperti ini. Persetan Anda calon Raja masa depan atau apalah itu. Menjaga satu orang wanita saja tidak bisa, bagaimana Anda menjaga satu kerajaan?"
"Apakah pantas seorang Ayah yang memaksa perjodohan anaknya hanya karena alasan 'wasiat mendiang Istri' berkata seperti itu?"
Duke Anarres melepas kasar kerah baju Devabrata. "Saya tidak pernah memaksa."
"Tapi kau tidak pernah mengatakan pada anak mu bahwa Ia dapat menolak perjodohan ini. Dan lagi, Soraya yang kesepian mana mungkin menolak hal seperti ini?"
Duke Anarres tak menjawab lagi. Ia bahkan sudah tidak dapat berpikir lagi darimana Devabrata mendapatkan informasi tentang hal ini.
"Saya sedang berusaha mencari Soraya secepat mungkin. Tidak ada gunanya marah tanpa tujuan seperti ini. Lebih baik Anda membantu saya mencari."
"Dimana Penyihir Agung? Acara minum teh terakhir saya dengan Soraya, Ia mengatakan ada Penyihir Agung di sini."
"Mereka tidak mau. Sudah ku bujuk."
Duke Anarres tak mengindahkan pernyataan Devabrata. Dengan langkah tegap, Ia berjalan meninggalkan Devabrata. Sudah pasti menemui penyihir agung bukan? Anak dan Ayah sepertinya memiliki perangai yang sama.
Devabrata menggeleng pelan. Terakhir kali Ia berpikir tentang hal ini, Soraya pergi meninggalkannya.
"Sir Johansen. Ikuti Duke. Kita tidak tahu apa yang akan Ia lakukan untuk membujuk Blanc dan Noir."
"Bukankah Anda mengatakan bahwa Duke Anarres tidak menyayangi putrinya?"
"Duke menyayangi putrinya. Tapi Duke lebih menyayangi, ah bukan. Mencintai istrinya. Maka perintah untuk memberikan Soraya posisi setinggi mungkin pun akan ia lakukan."
Devabrata memerhatikan wajah Johansen yang mengerut.
"Sudah. Ikuti saja dia."
Johansen terdiam sejenak, namun pada akhirnya tetap melaksanakan perintah Devabrata.
Setelah memastikan Johansen pergi, Devabrata meraih perkamen tua yang berada di atas meja kerjanya.
Sebuah surat dari seorang wanita yang sedang berada diantara hidup dan mati. Sebuah surat yang dibuat dengan huruf berantakan dan tidak rapih. Terlihat terburu-buru dan sarat akan kepanikan.
Sebuah surat yang ditulis oleh seorang pelayan bernama Nana atas perintah dari majikannya, Duchess Anarres yang sedang berada di antara hidup dan mati. Surat yang mengatakan bahwa sang Duchess menginginkan Soraya menjadi wanita dengan pangkat tertinggi di kerajaan agar dapat dihormati dan dijunjung sebagaimana semestinya.
Sebuah surat yang membuat Duke mendaftarkan Soraya menjadi seorang Putri Mahkota. Sebuah surat yang mengawali kisah mereka hingga hari ini.
Juga sebuah surat yang membuat Devabrata dengan cepat memohon kepada sang Raja untuk menarik perintah pekerjaan sang Duke yang ditugaskan di luar kerajaan.
Devabrata mendapatkannya saat ia sedang berkunjung di kediaman besar Anarres tepat setelah perdebatannya dengan Hesperos Regulus. Ia mengambilnya di ruang kerja sang kepala rumah tangga yang bodohnya tidak dikunci.
Remaja dengan baju seragam lengkap itu terus membaca surat-surat yang ia dapatkan.
Berbagai macam informasi baru tentang Soraya ia dapatkan.
Saat ini Devabrata sungguh menyadari, bahwa masa lalu dan masa depan saling terkait. Membentuk sebuah ikatan yang tak dapat di pisahkan.
Entah tentang seorang Raelta Elgara Martanesia yang berkhianat dan membuat semua hal terjadi.
Tentang Elea yang selalu diabaikan, membuat Raelta berhasil melancarkan aksinya.
Tentang perilaku kecil Soraya di masa lalu untuk seorang pengemis jalanan yang saat ini menjadi bantuan besar untuknya.
Ataupun tentang sebuah cinta yang mengorbankan hal lain.
Saat ini Devabrata tahu. Seseorang yang membuat hidupnya dan Soraya berkelit runyam adalah orang terdekatnya sendiri. Penjahat sesungguhnya adalah Duke Anarres itu sendiri.
Cinta yang terlalu besar untuk sang Duchess membuat Ia mengorbankan putrinya sendiri. Dan kebetulan saat itu, Soraya dijodohkan dengannya dan disisi lain, anak perempuan lain yang bernama Elea dijodohkan dengan Raelta. Dukungan dari seorang Duke untuk Devabrata membuat Raelta yang dijodohkan dengan anak Viscount miskin tidak memiliki kesempatan untuk menjadi pemerus takhta dan berakhir berkhianat. Raelta yang pergi membuat Elea yang kehilangan temannya membuat keputusan yang salah, ikut membantu pengkhianatan.
Dan semuanya kembali lagi, semua hal itu kembali lagi pada Duke.
Keputusannya di masa lalu membuatnya kehilangan putri yang paling dia sayangi.
Maka saat sang Duke datang dengan Blanc dan Noir yang berjalan dengan langkah tertunduk, Devabrata tahu. Menunda penyerangan adalah hal yang sangat salah. Mereka hanya akan menambah ikatan baru dan menambah kelitan pada hidupnya sendiri.
Mereka akan memulainya, penyerangan.
Yang akan terjadi biarlah terjadi.
***
Haii aku tahu bahasa dan cara penulisan di bab-bab awal jelek banget. Tanda baca nya juga gak beraturan. Tapi lebih baik kan sekarang?
Jadi nanti, setelah tamat, aku akan kasih waktu beberapa dan semuanya akan di un publish. Bakal aku revisi. Jalan cerita sama, dialog sama, tapi beberapa hal bakal di ubah. Terutama part Debutante Devabrata. Itu bakal dirombak habis 👍🏻.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH OF THE VILLAINS
FantasySeorang wanita berdiri gemetar ditengah tengah persidangan. Menunggu keputusan apakah dia akan dihukum mati atau dibiarkan hidup. Soraya, putri dari duke Anarres diduga meracuni putri dari viscount Debaran Elea. Soraya dikatakan mencampurkan racun d...