10. Pelajaran Pertama

3.6K 350 17
                                    

"Deva, kamu bilang perpustakaan istana adalah yang terlengkap di kerjaan kan?" Soraya bertanya begitu Ia turun dari kereta kuda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Deva, kamu bilang perpustakaan istana adalah yang terlengkap di kerjaan kan?" Soraya bertanya begitu Ia turun dari kereta kuda.

"Iya, kenapa?" Devabrata bertanya bingung. Setahunya, Soraya tidak terlalu suka membaca buku. Memang banyak sekali hal yang berubah dari dalam diri Soraya selama tiga tahun ini, namun ketidak-sukaannya pada buku masih tetap sama.

"Aku mau kesana setelah minum teh," jawab Soraya sembari menyungginggkan senyum manisnya.

"Kau mau menghabiskan waktu di perpustakaan?"

"Mau,"  jawab Soraya cepat..

Devabrata terdiam sejenak mendengar perkataan Soraya. Sejujurnya perubahan Soraya benar benar begitu besar. Rasanya seperti berhadapan dengan orang yang berbeda.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Devabrata bertanya lagi.

"Tentu saja belajar," jawab Soraya. Jelas sekali Soraya berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan kalau Ia ingin mencari tau tentang Noir dan Blanc kan?

Devabrata sekali lagi dikejutkan dengan perkataan Soraya. Belajar?

"Apa yang akan kamu pelajari?"

"Semuanya? Aku belajar dari nyonya Luminera tentang etiket bangsawan. Juga belajar dari buku-buku untuk menjadi ratu yang baik, tapi pengetahuan umumku sangat buruk."

Devabrata memandang tak percaya pada Soraya. Apakah orang di hadapannya ini benar-benar putri tunggal keluarga Anarres?

"Kau tunggu apa Devabrata? Ayo." Soraya dengan cepat menarik lengan Devabrata menuju taman istana sembari melompat-lompat kecil.

Devabrata yang masih heran hanya dapat mengikuti langkah kaki Soraya.

***

"Manis," komentar Soraya sembari membersihkan bekas teh di mulutnya.

Devabrata menganggukkan kepala. Memang teh hari ini rasanya manis sekali.

"Soraya," panggil Devabrata.

"Ya?"

"Kau mau belajar denganku?" Devabrata bertanya ragu. Pelajaran keduanya jelas berbeda.

"Maksudmu?"

"Kau mau belajar bersamaki atau tidak?" Devabrata mengulang pertanyaannya.

Mata Soraya membulat mendengar ini?

"Di Istana?"

Devabrata tersenyum tipis melihat ekspresi Soraya. Sangat tipis sampai mungkin tak terlihat jika tak diamati dengan dekat.

THE TRUTH OF THE VILLAINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang