Jika hari ini harus berakhir, maka biarlah berakhir.
Dengan pikiran yang terasa hampa, diangkatnya tubuh kaku Soraya dengan kedua tangan. "Kita berangkat sekarang. Raelta, keluarkan kudamu. Rosalina, menumpanglah di salah satu kuda prajurit. Sisa pengawalmu akan aman Raelta. Kalian akan menghadapi persidangan seperti yang seharusnya."
Derap langkah kuda yang terdengar begitu keras diantara heningnya hutan menjadi satu-satunya suara yang dapat di dengar telinga.
Saat gerbang Istana dibuka, dan saat kakinya melangkah memasuki aula Istana yang begitu megah dan sang Raja yang duduk dengan muka tampias menyadarkan Devabrata kalau hari belum selesai.
Diletakannya Soraya dengan begitu lembut, senada dengan gerakannaya mengambil pedang. Kakinya melangkah, waktu terasa begitu lambat. Tidak disadarinya, ia sudah berdiri di hadapan raja.
"Bunuh aku. Aku sudah menunggu saat ini bertahun-tahun. Jika harus mati, matilah aku dalam keadaan mahkota berada di kepalaku."
Maka Devabrata, dengan segenap kekuatan melayangkan pedangnya pada sang Raja. Irama air matanya mengalir deras, diiringi dengan aliran darah sang Ayah.
Dan derapan langkah kakinya yang berlari kembali menuju Soraya, menjadi penutup melodi yang begitu indah.
Istana hari ini dipenuhi lautan darah dan air mata dari penghuninya.
"Deva..."
Waktu benar-benar berhenti berdetak kali ini. Jika memang suara ini hanyalah mimpi, jangan pernah bangunkan diri seorang Devabrata dari kenyataan.
"Deva."
"Soraya, kau..."
Air mata keduanya bertemu saat Soraya ikut berpartisipasi mewarnai Istana dengan tangisannya hari itu.
"Berterimakasihlah Devabrata, 'Soraya' memasuki jiwa ku tepat ketika Reins akan menusukkan pedangnya."
Dan raungan kembali keluar dari Devabrata hari ini. Berbeda, bukan lagi raungan akan kematian, melainkan raungan akan kehidupan.
Saat kakinya dengan begitu gemetar harus kembali berdiri, denagan tangan yang memapah Soraya menuntunnya keluar ruangan, Devabrata siap menghadapi akhirnya.
Menghadapi akhir cerita lamanya, melukiskan titik, dan menutup bukunya. Kemudian mengambil lembaran kertas baru, membuka halaman pertamanya yang masih kosong, dan menuliskan huruf pertamanya.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/263429469-288-k191752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH OF THE VILLAINS
FantasySeorang wanita berdiri gemetar ditengah tengah persidangan. Menunggu keputusan apakah dia akan dihukum mati atau dibiarkan hidup. Soraya, putri dari duke Anarres diduga meracuni putri dari viscount Debaran Elea. Soraya dikatakan mencampurkan racun d...