Suara musik dari lantai dansa, kereta kuda yang datang tiada henti, dan para bangsawan yang terus bermunculan meyakinkan Soraya kalau Ia sudah sampai, dan akan bertemu untuk pertama kalinya dengan sang Putra Mahkota.
Ia melangkahkan kakinya perlahan dari kereta kuda, membuat atensi orang-orang mengarah padanya saat salah satu petugas di pintu mengumumkan kedatangannya. Soraya akui, dirinya memang sangat cantik saat ini. Entah itu gaun yang membalut tubuhnya, tiara yang terpasang dengan begitu apik di kepalanya, ataupun rambut hasil kerja keras Nana yang menjuntai dengan begitu indah. Semua hal dari dirinya saat ini terlihat begitu menawan.
Soraya melangkahkan kakinya, berusaha terus berjalan dengan percaya diri di bawah tatapan semua orang. Entah apa yang orang pikirkan saat melihatnya.
"Apakah ada yang aneh?" Soraya bergumam.
"Putri Mahkota?"
Bisikan dari seorang lelaki tepat di samping telinganya membuat Soraya sontak berbalik badan.
Keaadaan Soraya yang berbalik membuat jarak mereka menjadi sangat dekat. Soraya dengan cepat mendorong pelan bahu sang lelaki--yang Ia pastikan adalah sang Putra Mahkota dilihat dari pakaiannya.
"Apakah Putri Mahkota tidak suka berdansa dengan ku lagi?"
Dengar? Soraya berani mempertaruhkan hidup keduanya ini untuk bertaruh kalau lelaki di hadapannya ini adalah Devabrata.
"Saya belum resmi menjadi Putri Mahkota, Yang Mulia. Saya belum melakukan debutante saya," ucap Soraya pelan, nyaris seperti bisikan. Alasan yang aneh karena Ia akan melakukan debutantenya esok hari.
"Ah, begitu kah?"
"Saya.. ingin menemui gadis yang lainnya Yang Mulia," kata Soraya cepat.
Dengan langkah yang terburu-buru, Soraya melangkahkan kakinya menjauh dari Devabrata. Ia tidak akan berdansa dengan orang yang kemungkinan besar akan menjadi penyebab kematiannya.
Devabrata yang melihat kepergian Soraya dengan terburu buru mengerutkan kening. Gadis yang satu itu tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk berdansa dengannya.
Baru beberapa langkah Soraya ambil, tubuhnya tidak sengaja menabrak tubuh seorang laki-laki.
"Maaf." Soraya cepat-cepat menjauh sembari menundukkan tubuhnya. Beruntung tak ada yang menyadari kejadian ini kecuali mereka yang bersangkutan, dan satu mata tajam di seberang ruangan yang terus menaruh atensi.
"Apakah kau tidak memiliki mata? Apakah kau tidak melihat tubuhku yang jelas sekali menjulang di sini," tanya lelaki itu sembari mendesis. Ukiran nama di jasnya jelas tertulis dengan begitu mencolok. Grand Duke Regulus.
"Maaf Tuan, saya terlalu terburu-buru sampai tidak melihat keberadaan Anda," sesal Soraya. Ia tidak menginginkan keributan apapun yang melibatkan dirinya terutama di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH OF THE VILLAINS
FantasíaSeorang wanita berdiri gemetar ditengah tengah persidangan. Menunggu keputusan apakah dia akan dihukum mati atau dibiarkan hidup. Soraya, putri dari duke Anarres diduga meracuni putri dari viscount Debaran Elea. Soraya dikatakan mencampurkan racun d...