Minggu kedua setelah Anastasia menjalani menjadi Soraya. Perlahan, tubuhnya mulai beradaptasi dan Ia mulai menerima keadaannya sebagai seorang putri Duke.
Di dalam buku, seorang Soraya digambarkan bersikap dingin dan angkuh. Lebih lagi karena namanya itu tidak diberikan tanpa alasan. Kelahiran Soraya disambut oleh sang Kaisar langsung karena bertepatan dengan lahirnya sang putra mahkota "Devabrata Martanesia."
Namun tentu saja Anas tidak tau itu. Dia hanya bersikap layaknya putri baik hati pada umumnya. Putri yang ada didongeng dongeng ciptaan Ayahnya.
***
Soraya berada di tengah ruangan sekarang. Sebuah ruangan bernuansa emas dengan piano ditengah-tengahnya. Ruangan dengan lebar 90 meter dan panjang 120 meter itu digunakan Soraya untuk berlatih tatakrama dan menari.
"Tekuk lututmu sedikit nona muda," Nyonya Lylyana adalah guru yang dipilih Duke Anarrres untuk mengajarnya. Wanita bersurai cokelat itu sebenarnya adalah seorang Marchioness dari keluarga Luminera yang merupakan salah satu keluarga pelopor guru yang baik.
"Jangan tatap aku seperti itu Nona, ayolah. Tundukkan kepalamu sedikit!" Lylyana tersenyum melihat pose yang ditunjukkan oleh Soraya.
"Baiklah sudah pukul tiga sore sekarang. Tidak baik untuk seorang Nona meninggalkan makan bersama keluarganya. Saya pamit Nona. Tolong sampaikan salam saya pada Tuan Duke." Lylyana menunduk sopan pada Soraya.
"Terimakasih Marchioness." Soraya balik menunduk sopan pada Lylyana. Menyenangkan sekali rasanya saat pelajarannya telah usai.
Soraya berlari lari kecil melewati lorong-lorong menuju ruang makan.
"Apakah Nona begitu senang hari ini?" Nana—seperti biase—mengikuti Soraya dengan setia dibelakangnya.
"Tentu! Aku baru saja menuntaskan pelajaranku. Melelahkan rasanya belajar berjam-jam." Soraya tersenyum lebar membayangkan makanan yang sudah menantinya.
"Nona benar." Nana ikut tersenyum lebar melihat Nonanya tersenyum.
"Silahkan masuk Nona Soraya," Dua orang pelayan laki-laki membukakan sebuah pintu besar yang mengarah ke meja makan.
"Masuklah Nona. Saya akan berada disini saat nona selesai makan," kata Nana sembari tersenyum. Ia membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Soraya.
"Janji?" Soraya menatap Nana memelas.
"Janji! Lagi pula ada Tuan Duke disitu." Nana tersenyum manis seraya melambaikan tangannya pada Soraya yang mulai berjalan masuk pada ruangan ruang makan.
Pintu besar itu tertutup sempurna. Menyisakan Soraya, Duke Anarres, dan beberapa koki dan pelayan yang mengelilingi ruangan. Hening.
"Kenapa kau diam saja? Kemari." Duke Anarres menatap Soraya hangat.
Soraya melangkah pelan, berusaha tidak menimbulkan suara apapun di tengah keheningan. Sementara itu, seorang koki memberikan tempat duduk tepat dibagian ujung kanan. Duke Anarres sendiri menempati kepala kursi diruang makan itu. Dari sini, Soraya dapat melihat bahwa 'Soraya' tidak memiliki Ibu, sama seperti dirinya. Ia sedikit kecewa sebenarnya, Ia pikir kehidupannya sebagai seorang Putri Duke akan sempurna kecuali akhir hidupnya.
Soraya mengambil garpu dan pisau perlahan, Ia menatap makanannya dengan ekspresi kecewa.
"Ada apa Soraya?" Duke yang melihat perubahan pada wajah putrinya sontak bertanya.
"Tidak ada apa-apa Ayah", Soraya tidak bohong mengatakannya. Dia hanya merasa aneh karena tidak ada 'nasi' disitu.
"Silakan, Nona." Seorang koki dengan baju serba putih dan serbet merah mengambilkan Soraya potongan besar daging panggang. Tak lupa dengan sausnya dan daun parsley diatasnya.
"Terimakasih." Soraya tersenyum hangat padanya. Hal ini tentu saja membuat mata semua orang membulat sempurna. Soraya yang mereka kenal bahkan tidak pernah tersenyum pada pelayan seperti mereka.
"Soraya. Kau terlihat senang hari ini." Duke Anarres tersenyum hangat pada Soraya. Perubahan sikap Soraya jelas membuat Duke senang. Keputusannya untuk menjadikan Soraya Putri Mahkota jelas jelas keputusan yang bagus melihat sikap Soraya sekarang. Ratu yang baik pasti dicintai rakyatnya dan hal ini tentu akan menaikkan nama Anarres lebih tinggi lagi.
"Tentu saja. Aku baru saja selesai sekolah. Rasanya seperti melepaskan beban dari punggungku," katanya. Soraya balas tersenyum lebar pada Duke. Mulutnya penuh terisi daging panggang. Rasa masakan koki kediaman Anarres benar-benar memiliki cita rasa yang berbeda.
Senyum Duke semakin melebar. Ketertarikan Soraya pada pelajaran tentu saja akan menguntungkannya. Dengan begini dengan mudah ia dapat dengan perlahan membawa Soraya masuk di dunia politik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH OF THE VILLAINS
FantasiSeorang wanita berdiri gemetar ditengah tengah persidangan. Menunggu keputusan apakah dia akan dihukum mati atau dibiarkan hidup. Soraya, putri dari duke Anarres diduga meracuni putri dari viscount Debaran Elea. Soraya dikatakan mencampurkan racun d...