Tiga tahun, sudah selama itu Soraya menjalani hidup keduanya. Usianya genap lima belas tahun sekarang, dan acara ulang tahunnya baru saja selesai dilaksanakan.
"Nona air panas sudah siap."
"Sebentar, a-"
Ucapan Soraya terpotong saat tiba-tiba sekelebat bayangan hitam terlihat pada balkon kamarnya. Hanya sebentar tapi Soraya yakin bayangan itu ada.
"Ada apa nona?" Nana bertanya khawatir saat melihat perbubahan ekspresi Soraya.
"Tidak ada apa-apa," jawab Soraya pelan. Bukan keputusan yang tepat untuk berkata jujur saat ini pada Nana. Yang ada, Nana akan panik dan membuat satu kediaman memperketat penjagaan dan membuatnya merasa terkekang. Soraya pernah mengalami hal ini.
***
"Selamat Malam, Nona," ucap Nana yang dibalas anggukan kepala Soraya.Brak.
Tepat setelah Nana menutup pintu Soraya beranjak menuju meja belajar kecilnya. Soraya mengambil satu lembar kertas berwarna kemerahan. Tidak, dia tidak akan membuat surat. Ia hanya membuat semacam prediksi hal hal yang dilakukannya selama dua tahun ini. Tentu saja supaya Soraya tidak melupakan satu detail apapun. Segera setelah ia belajar membaca dan menulis, kegiatan ini rutin dilakukannya setiap malam setelah Nana meninggalkan kamarnya.
Selesai dengan rutinitas wajibnya, Soraya mengembalikan kertas itu lagi pada tempatnya. Bukan tempat biasa. Soraya membagi laci tersebut menjadi dua dengan sebuah papan tipis yang dia ambil dari laci tengah yang tidak pernah dibuka. Laci pertama dan kedua Soraya adalah haknya, tidak ada yang bisa membukanya kecuali dirinya. Itu perjanjiannya dengan ayahnya dulu saat duke Anarres bertanya tentang hak istimewa apa yang ingin Soraya dapatkan saat melakukan debutante.
Soraya melangkah pelan mendekati ranjangnya. Lampu-lampu terlihat sudah dimatikan di luar kamar. Hening sudah suasananya sekarang.
Soraya bergelung kecil dikasurnya sampai menemukan posisi tidur yang nyaman, Ia menutup matanya. Rasa kantuk segera menjalari kepala, membuatnya terbuai dan segera pergi menikmati mimpinya.
Beberapa menit kemudian, Soraya tidak yakin. Namun Ia merasa tubuhnya dibawa dengan kasar oleh seseorang. Ia ingin melawan, namun bahkan sebelum membuka mata, Soraya merasakan pusing di kepalanya lagi membuatnya tidak sadarkan diri.
***
Soraya membuka matanya perlahan, rasa pusing sekali lagi menjalari kepalanya.
Ia mengedarkan pandangan. Tidak ada apapun. Ini seperti ruangan berwarna putih dengan lebar sepuluh kali sepuluh meter dengan sebuah kursi kayu berwarna hitam tempatnya terikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH OF THE VILLAINS
FantasiaSeorang wanita berdiri gemetar ditengah tengah persidangan. Menunggu keputusan apakah dia akan dihukum mati atau dibiarkan hidup. Soraya, putri dari duke Anarres diduga meracuni putri dari viscount Debaran Elea. Soraya dikatakan mencampurkan racun d...