Wulan 22

186 29 67
                                    

"Pasien Wulan.... Mengalami benturan keras di kepala yang mengakibatkan banyak kehilangan darah, dan juga benturan itu berpengaruh pada kerja otaknya."

"Saat ini kondisi pasien belum stabil tapi ia telah berhasil melewati masa kritisnya, dia sangat hebat dan kuat. Sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat.

"Huh, syukurlah.." Skala membuang nafas lega dan bersender pada dinding.

"Terimakasih dokter, atas kerja kerasnya." ucap Rimba.

"Baik, kalau begitu saya permisi dulu kalian bisa melihat pasien setelah berada di ruang rawat." pamit dokter.

Dokter pergi ke ruangannya sementara Skala dan Rimba sedang menunggu suster memindahkan Wulan.

"Ngapain lo masih di sini?!" Skala mengatai Rimba membuat Rimba mendelik.

"Nunggu Wulan lah," jawab Rimba.

"Ngapain lo nungguin Wulan? Kan masalah udah kelar." ujar Skala lagi.

"Kata siapa masalah kelar?" tanya Rimba.

"Kata gue lah!" jawab Skala.

"Gue masih punya banyak pertanyaan buat Wulan!" ucap Rimba menatap tajam Skala.

"SKSD BANGET LO SAMA WULAN! KENAL AJA NGGAK!" cibir Skala pada Rimba.

"Emang gue gak kenal, tapi dia bikin mobil kesayangan gue lecet," ujar Rimba.

"Lah, masih mending mobil lo rusak dari pada Wulan kenapa-napa!" ucap Skala.  Rimba lebih memilih diam dan mengikuti suster yang membawa wulan.
Kepala wulan di penuhi perban dan banyak luka di wajahnya.

Tangannya di perban dan juga luka-luka lain yang telah di obati.
Skala meringis melihat luka yang ada di tubuh Wulan, ia membayangkan betapa perih dan sakitnya luka-luka itu.

Rimba masih dengan ketenangannya masuk ke ruangan rawat wulan, Skala telah terlebih dahulu duduk di samping brankar wulan dan menatap wulan penuh kasihan.

"Kok bisa gini sih lan?" ucap Skala.

"Ya bisalah," ujar Rimba.

"Gue gak ngomong sama lo hutan!" hardik Skala.

Drttt drttt drtttt

Deringan handphone wulan yang berada di saku Rimba.  Ia melihat nama yang tertera di layar yaitu nama Thania.

"Woi skala, ni ada yang telpon wulan namanya Thania,"

Thania calling.

Heh, sava gak nyangka ya gue kalau lo itu jahat banget!
Tega membunuh satu keluarga, demi papa lo.

Dan lagi yah! Lo kayak gak punya malu gitu masih bisa santai padahal lo pembunuh!

Gue nyesel punya temen kayak lo!

Tutttt tutttt


Sambungan di matikan sepihak oleh Rimba ia memberikan tatapan bertanya pada Skala.
Skala membalas tatapan nya dengan desahan nafas berat.

"Ceritanya panjang," gumam skala.

"Pembunuh? Kok bisa?" tanya Rimba.

"Dia pembunuh! Tapi dia baik!" ujar Skala sambil mengguyur rambutnya ke atas.

"Wulan, cewek pertama yang gue kenal dengan banyak keistimewaan! Dengan banyak hal menakjubkan di diri dia." ujar Skala lagi.

WULAN  [COMPLETED]{REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang