Vote and comment !
______________Setelah perdebatan di SMA TRIANGLE, Wulan memutuskan untuk pergi dari sana di ikuti oleh Elang. Suasana nya kini pantai. Senja sudah mulai terlihat, Wulan duduk di hamparan pasir menikmati suasana sore menjelang malam.
"Gue boleh duduk di sini?"
Suara itu membuat Wulan mendongak. "Boleh,"
Elang duduk di samping nya. Memfokuskan kamera yang di bawa nya ke wulan dan tanpa di sadari Wulan bahwa Elang memotret nya."Cantik," gumam Elang.
"Gue emang cantik," sahut Wulan yang membuat Elang tersenyum senang.
"Kita damai sava?" tanya Elang. "Menurut lo?" Wulan malah balik bertanya.
"Gue gak tau," ujar Elang yang memfokuskan kamera nya lagi ke sisi pantai untuk memotret senja.
"Permusuhan itu tidak di anjurkan dalam agama, pembunuh juga tidak di anjurkan dalam agama. Lantas, kenapa kita bermusuhan dan kenapa lo masih ingin berteman?" tanya Wulan.
"Permusuhan bisa di akhiri dengan perdamaian. Dan pembunuh juga bisa bertaubat kepada Tuhan nya. Jika ia mau," balas Elang.
"Gak ada salah nya kan kita damai?" tanya Elang lagi.
Wulan meliriknya dengan segaris bulan sabit, "Deal," ucap Wulan.
Alasanya karena memilih damai bukan karena ia mencintai Elang, tapi karena Tuhan nya. Bukan hanya itu, tapi untuk menghindari permusuhan.
Saat senja mulai menghilang dan di gantikan dengan malam. Lampu di pantai mulai menyala, saat ini pemandangan di pantai sangat indah. Di waktu bersamaan Daffa dan Hilda datang.
"Lang," ucap Daffa.
Elang memutar fokus nya dengan sumber suara. Daffa menemuinya di temani Hilda yang juga hendak menemui Wulan.
"Gimana?" tanya Daffa.
"Gak gimana-gimana."
"Serius?!"
"Damai kok," sahut Wulan.
"Nah kan kalau gini enak," ucap Daffa menepuk pundak Elang sangat bersemangat.
"Lo gak tau lan, gimana frustasi nya Elang saat lo ngilang tanpa kabar, haha." Daffa ingin membongkar Kedok Elang.
"Gak peduli gue," ucap Wulan yang mematahkan semangat 45 dari Daffa.
"Lo gak berubah lan," ucap Hilda.
"Karna yang berubah itu kalian," serang Wulan tanpa peduli apa yang di rasakan Hilda.
"Maaf," ucap Hilda.
"Lo tau gue benci kata maaf." Wulan berkata.
"Yang gue butuh bukan kata Maaf tapi pembuktian, begitu juga gue. Walau pun gue salah, gue gak akan minta maaf. Tapi dengan cara memperbaiki diri menjadi lebih baik."
Hilda memeluk Wulan dengan Erat. Rasa bersalah nya semakin kuat dan hal ini membuatnya merasa malu jika menatap wajah Wulan dan mata Wulan yang selalu memberikan tatapan yang sama oada nya sejak dulu hingga sekarang. Benar kata Wulan. Dia tidak berubah melainkan mereka yang menjauhinya.
***
"Mama." Wulan menuju dapur karena mencium aroma Brownis yang biasanya di buat Oleh Mama nya. Tetapi, setibanya di dapur bukan hanya Stefani yang ia lihat tapi juga Elang dan Erlan.
"Sayang, mama, elang sama abang buatin kamu brownis kesukaan kamu." ucap Stefani.
"Gagal berapa kali?" tanya Wulan membuat Stefani menahan tawa.
"Lima kali, sebelum mama datang." balas Stefani.
"Sudah terbaca." kata Wulan.
"Idenya siapa?" tanya Wulan lagi.
Stefani dan Erlan menunjuk Elang. "Dia," kompak mereka.
Wulan menatapnya sinis. "Kalau gak bisa jangan sok mau bikin sendiri, buang-buang bahan aja."
"Ya namanya juga belajar, salah Erlan juga." Elang mencoba membela diri.
"Lah malah salahin gue, lo aja kali." Erlan tak mau kalah.
Di saat Elang dan Erlan berdebat, dan stefani yang membereskan ke kacauan. Wulan malah memakan brownis itu tanpa suara.
Saat situasi telah hening, Wulan juga semakin rakus melahap Brownis nya. Tak tahu jika Elang dan Erlan menatapnya gemas. Apa lagi Erlan. Ingin sekali rasanya memanggang Wulan.
"Ekhem!" keduanya berdehem sehingga Wulan tersedak keju.
Uhuk uhuk uhuk
"Air woi!"
Elang segera memberinya Air, Wulan meneguknya hingga tandas. Dan bisa bernafas lega. "Sialan," umpat nya pelan. Ia memberi tatapan tajam pada Elang dan Erlan.
"Ampun... " kompak keduanya. Stefani hanya menertawakan mereka berdua. Terlihat sangat lucu wajah mereka dan hal itu di abadikan stefani dengan mengunakan handphone miliknya.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WULAN [COMPLETED]{REVISI}
Teen FictionRasa sakit itu nyata, bahkan saat di alam bawa sadar pun kamu bisa merasakan rasa sakit. Sama seperti luka, bahkan ketika kamu bermimpi kamu terluka, kamu sampai merasakan rasa pedihnya. Wulan Savannah, captain basketball putri di SMA TRIANGLE denga...