Wulan 13

215 41 10
                                    

Hidup berjalan seperti bajingan











Suasana rumah masih tampak ramai. Banyak dari kerabat menginap dan mendoakan juga menyiapkan hajatan untuk Papanya Erlan dan Wulan.

"Wulan mana Er?" tanya Bibinya.

"Wulan lagi mandi bi," jawab Erlan.

"Ohh mandi, kalau udah mandi bilangin suruh makan ya.." ucap bibinya lagi.

"Iya bi," jawab Erlan.

Erlan termagu di teras rumah sambil menopang dagu.
Ia memikirkan suatu ke anehan atas kecelakaan papa dan mamanya. Sehingga membuat Papanya meninggal dan Mamanya koma.

Dan ia melihat betapa hancur hati adiknya saat di tinggalkan oleh papa, walaupun Wulan orang gengsian tapi tadi ia bisa melihat semua kerapuhan adiknya.

"Bang," panggil Wulan dingin dan wajah datar.

"Ayo makan, lu belum makan" ajak nya.

"Eh, iya dek.."

Erlan juga Wulan berjalan bersama ke meja makan, dengan tatapan berbeda di antara keduanya.
Erlan dengan tatapan sendu nya dan Wulan dengan tatapan Datarnya.

Mereka makan dengan hikmat tanpa suara kecuali dentingan sendok yang bersentuhan dengan piring.
Wulan melihat kursi yang menjadi tempat duduk Papa dan Mamanya.  Disana biasanya ada lelucon dari mamanya dan tawa garing dari papanya.

Dadanya kembali sesak mengingat itu dan hasil dari pencarian polisi tentang kecelakaan itu telah keluar dan penyebabnya di sengaja dan telah di rencanakan.
Dan juga terdapat saksi yang sempat melihat kejadian itu dimana ada mobil yang sengaja mengapit mobil milik Papa Wulan.

"Gua keluar bentar bang," pamit Wulan setelah selesai makan.
Ia merogoh kunci motor Metik nya dan juga merahi helm.

"Mau kemana?" Tanya Erlan.

"Suatu tempat," jawab Wulan tanpa menoleh lagi ke Erlan.

"Hati-hati ya," ucap Erlan.

Tidak mendengarkan lagi Wulan pun bergegas keluar halaman rumah.

"NON WULAN MAU KEMANA ATUH NON?" pekik pak Satpam yang baru saja selesai menyeduh kopi.

Wulan hanya memberi klakson saja padanya.

©©©©

Jauh ia menancap gas motor menjauh dari kompleks perumahannya dan mengendarai motor tanpa tujuan. Ia sejujurnya hanya berbohong pada Erlan tentang suatu tempat itu. 
Tidak ada tempat yang ia tuju,  tidak ada tempat yang ingin ia datangai,  tujuannya hanyalah menghabiskan bensin motornya dan menjauh dari kota tiba lah ia di sebuah jalan sepi yang di penuhi pohon yang tinggi menjulang.

Wulan berhenti dan menatap sekitarnya,  sangat sepi dan tenang. Sampai ia mampu mendengar suara hewan malam dan melihat gemerlap cahaya kunag-kunag.
Sampai suara tembakan pistol memecahkan ke sunyian itu.

Dorrr.     Dor.     Dor.    

Ia masih mengamati, pepohonan itu sepertinya bergerak dan tembakan itu kembali terdengar membuat telinganya merasa sakit.

"TOLONG!!"

Suara teriakan minta Tolong menarik perhatian nya terlihat di sana seseorang keluar dari hutan itu dengan tertatih menuju jalan.

Ia tergerak untuk menancap gas motornya ke sana.  Tepat pada waktunya Wulan tiba di samping cowok itu dan 2 orang preman yang menodongkan pistol ke arah mereka berdua.

"Naik," suara Wulan dingin dan dalam.

Cowok itu pun menaiki motor Wulan dan dengan cepat Wulan melajukan motornya membela jalan malam yang gelap dengan di bantu oleh Lampu motornya.
Tidak berhenti di situ, para pereman masih menembaki mereka dengan peluru tapi bukan Wulan jika tidak memiliki cara untuk menghindari peluru sampah itu.

Cowok itu memeluk pinggang Wulan yang kecil dengan Erat karena takut.
Wulan tidak mempermasalahkan nya ia membawa cowok itu keluar dari jalanan yang sepi dan gelap itu. Mereka menemukan tempat untuk beristirahat dan di sana juga ramai.

Motor Wulan berhenti di kursi panjang di pinggir jalan dan membantu cowok itu turun dan duduk di sana.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Wulan.  Bukan karena ia khawatir tapi karena ia kasihan.

"Makasih lo udah bantu gue," jawab Cowok itu.

"Tunggu disini," ucap Wulan.   Tanpa mendapat jawaban dari cowok itu, ia berjalan ke warung pinggir jalan untuk membeli minum dan roti.

Wulan datang membawa kantong plastik dengan beberapa roti juga minum.

"Minum buat lo," ia menyodorkan kantong plastik itu.

"Makasih lagi, karena udah baik sama gue" jawab Cowok itu.

"Nama lo?" Tanya Wulan.

"Nama gue skala. Nama lo?" ia balik bertanya.

"Wulan,"

"Salam kenal ya Wulan," sapa Skala.

"Hm.." dehemnya. "Lo hutang penjelasan sama gue," ucap Wulan. Sambil mematap mata Skala yang hitam pekat.

Skala hanya menunduk ia mengerti arah ucapan Wulan tetapi ia memilih diam dan menjadi pengecut tanpa berani berkata.

***

Next?

WULAN  [COMPLETED]{REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang