📚 Part 21 : Semakin Menjauh

901 306 38
                                    

Selamat datang dia part 21!!!

Waktu itu, kan, Alexa dan Devrin masih belum baikan. Nah, di part kali ini mereka bakal baikan enggak, ya?

Mm ... Daripada makin penasaran, yuk langsung baca aja deh. Oh iyaa vote dan komennya jangan sampai ketinggalan, ya!!!

📚 SELAMAT MEMBACA 📚

"Ada orang yang beranggapan kalau persahabatan jauh lebih penting daripada apa pun. Namun ada juga yang berpikir cinta adalah segala-galanya. Tidak ada yang benar dan salah dalam hal ini, tapi terkadang yang membuatnya salah adalah saat kita memaksakan pendapat sendiri pada orang lain."

—••*••—

Saat mereka baru keluar dari ruang BK, Alexa dan Devrin tidak kembali ke laboratorium, keduanya memilih untuk pergi ke kelas setelah mendengar bel pergantian pelajaran berbunyi.

Tiba di kelas, ternyata semua orang juga sudah kembali. Mereka sudah tidak mengenakan jas lab lagi dan tampak bersiap untuk pelajaran berikutnya.

Baik Alexa maupun Devrin, keduanya segera berjalan menuju bangku masing-masing. Walau pagi ini mereka berada dalam tempat dan waktu yang sama, tapi jangankan saling berbicara saling melirik pun mereka tidak.

Jarak di antara mereka sudah dipastikan akibat dari kejadian waktu itu. Bahkan Alexa sama sekali tidak berniat untuk memulai pembicaraan dengan Devrin, begitu juga dengan cowok itu.

Alexa segera melepaskan jas lab yang dia kenakan lalu duduk di bangkunya. Kemudian Alexa menatap Liam yang sedang memainkan ponselnya dengan ekspresi cemberut.

"Gimana tadi percobaannya? Lancar?" tanya Alexa.

Namun Liam tidak memedulikan pertanyaan gadis di sampingnya itu. Dia tetap fokus pada ponselnya dengan raut wajah yang berubah menjadi kesal.

"Lo kenapa? Kok mukanya kayak gitu?" Alexa tentu saja bingung dengan perubahan ekspresi Liam.

Lagi-lagi Liam tidak menjawab dan hal itu membuat Alexa jengkel sekaligus bingung. Perasaan sebelum Alexa pergi tadi, Liam baik-baik saja. Lalu tanpa alasan yang jelas, sekarang Liam malah mengacuhkannya.

"Liam, lo denger gue, kan?" tanya Alexa sambil menggoyangkan tubuh Liam.

"Apaan sih?!" bentak Liam seraya menepis tangan Alexa.

Alexa tentu saja terkejut dengan sikap kasar Liam. Sedangkan Liam yang sadar kalau sudah berbuat kasar tampak sedikit menyesali perbuatannya.

Alexa mengembuskan napasnya. "Lo yang apaan? Tiba-tiba marah nggak jelas!"

Liam meletakkan ponselnya sambil mendengus sebal. "Wajar dong gue marah. Coba lo pikirin? Gimana nasib kelompok kalau tiba-tiba ketua dan wakil ketuanya pergi gitu aja?!"

Alexa yang tadinya kesal dengan sikap Liam, sekarang malah dibuat bingung dengan ucapan cowok itu. Butuh waktu beberapa saat bagi Alexa untuk mencerna ucapannya, sampai akhirnya Alexa terkekeh geli.

"Malah ketawa lagi lo!" bentak Liam yang semakin kesal saat melihat Alexa tertawa.

"Lagian siapa suruh lo jadiin gue ketua?" tanya Alexa masih dengan kekehannya. Dia juga yakin kalau Liam menjadikan Devrin wakil ketua secara sepihak juga.

"Ya, nggak masalah dong? Nggak ada yang protes dan lo juga nggak nolak, kan?"

"Iya, tapi gue —"

KUTU BUKU 2 : Pembalasan Dendam [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang