Malam harinya.
Lia dan keluarga nya sedang berkumpul di teras depan rumah. Kini mereka tidak sibuk dengan kegiatan nya masing masing. Karena sekarang mereka sedang mendengarkan cerita lino dan nio di hari pertama mereka di sekolah.
Lia mungkin terlihat mendengarkan cerita mereka, tapi pikiran nya tidak sedang di tempat. Ia memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini. hari pertama nya di sekolah, apa saja hal yang terjadi tadi saat di taman.
Lia juga memikirkan kata kata niko yang terdengar ambigu.
Masih di antara rumput rumput hijau dekat taman bermain.
Sebelum mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing masing, niko membisikkan sesuatu ke telinga lia.
"aku memang gak tau apa yang tadi kamu debat kan dengan via. Tapi aku gak mau lihat kamu bentak dia lagi, dan sepertinya perdebatan kalian tadi ada hubungan nya sama laki laki itu. aku kasih tau kamu ya, jadi perempuan jangan mudah terpesona sama laki laki, jangan jadi perempuan yang suka mandang fisik di awal. Kamu bisa jatuh ke perangkap kamu sendiri."
Kemudian niko berlalu begitu saja, menemani via, mengantar via pulang ke rumah nya sebelum pulang ke rumah nya sendiri.
Lia ingin marah setiap mengingat kata kata niko.
Pertama, kata kata niko sangat ambigu, lia yang tidak terlalu pintar bermain kata kata, harus mencari tau apa yang niko maksud.
Kedua, kata kata yang diucapkan niko sangat lah rumit. Membuat nya semakin bingung dan tak mengerti.
Ketiga, niko berkata terang terangan bahwa ia adalah perempuan yang suka memandang fisik di awal.
Jauh di dalam diri lia, lia mengakui bahwa dirinya memang suka memandang fisik di awal, hal itu ia sadari saat ia masih duduk di bangku smp. Namun ia malu untuk mengakui nya di hadapan orang, ia takut orang akan berpikir buruk tentang nya.
Lia tersadar dari lamunan nya Ketika sang ibu memanggil nama nya. menanyai nya bagaimana dengan hari pertama di sekolah.
Lia hanya mengatakan bahwa semua nya berjalan lancar dan tidak ada yang menarik di sekolah baru nya. lia tidak ingin menceritakan yang sebenernya ke orang tua nya. ia rasa itu bukan hal penting hingga orang tua nya harus tau semua yang terjadi pada dirinya.
Lia percaya ia bisa menghadapi nya sendiri. pikirnya.
Kemudian ibu lia Kembali mengingatkan lia dan kedua adik nya tentang sikap sikap mereka. Ibu hanya ingin ketiga anak nya dapat memperbaiki sifat buruk yang mereka punya. Namun lama kelamaan lia muak mendengar perkataan ibu nya.
Pasal nya, ibu yang awal nya mengingatkan malah jadi mengocehkan mereka bertiga dan membahas masalah yang sudah berlalu. Bahkan masalah sebelum mereka pindah ke daerah ini Kembali diingat ingat oleh ibu nya.
Lia menghela nafas kasar, dan mengiyakan saja perkataan ibu nya. raut wajah nya berubah jadi masam. Ayah lia menyadari raut wajah anak nya berubah, ia menegur lia.
"kalau ibu kasih tau dengerin. Muka nya jangan kayak begitu. Gak sopan li." tegur sang ayah.
"aku dengerin yah, lagipula muka aku juga gini gini aja, gak ada apa apa kok." jawab lia dengan nada ketus.
"kamu kurang ajar ya. Ibu dan ayah lagi ngomong baik baik sama kalian." jawab ibu lia yang juga kesal karena anak nya berani berbicara dengan ketus kepada mereka.
Lia memalingkan kepala nya, ia mencoba mengontrol dirinya untuk tidak marah, dan menjawab perkataan kedua orang tua nya.
Tiba tiba sang ibu menoyor kepala lia hingga kepala lia terdorong ke belakang. Rasanya sakit, tapi lebih sakit lagi hati nya. ibu nya menoyor kepala nya dengan gertakan gigi yang menandakan bahwa sang ibu marah padanya.
Lia memutuskan untuk pergi dari sana, ia masuk ke dalam rumah, menaiki tangga, dan memasuki kamar nya. setiap kaki nya melangkah, ia dapat mendengar suara ibu nya yang berteriak menyindir dirinya, bahwa dia anak kurang ajar yang tidak tau sopan santun kepada orang tua.
Semakin dekat ia dengan kamar, semakin kecil juga suara ibu nya terdengar.
Di kamar lia.
Setelah lia mengunci pintu kamar nya, ia menghempaskan tubuh nya keatas tempat tidur, ia mengepalkan tangan nya, memukul tempat tidur nya, meluapkan semua amarah nya kepada tempat tidur.
Ia geram. Ia kesal dengan keluarga nya. kenapa keluarga nya selalu mengomentari raut wajah nya, padahal ia sudah berusaha untuk memasang wajah biasa, ia akui ia memang kesal karena ibu nya yang selalu membahas masalah yang sudah berlalu. Tapi ia meluapkan amarah nya itu melalui raut wajah nya. dan lia cukup sadar akan hal itu.
Lia berteriak marah dengan posisi wajah dibawah bantal. Suara nya teredam oleh bantal, ia melakukan itu agar orang tua nya tidak tau apa yang ia lakukan.
"aku benci! Benci banget! Kenapa sih aku selalu salah di mata mereka?!" teriak lia.
Lia menitikkan air mata nya. air mata itu, adalah air mata pertama lia setelah ia menangis terakhir kali saat smp. air mata yang merupakan bentuk luapan amarah dari yang lia rasakan. Ia Lelah, Lelah karena selalu disalahkan, ia Lelah menghadapi keluarga nya sendiri.
dan lia sadar bahwa ia sudah membenci keluarga nya sendiri.
malam itu, menjadi malam yang menyedihkan sekaligus mengesalkan bagi lia, setelah puas menangis dan meluapkan amarah nya, ia memutuskan untuk tidur, berisitirahat dari segala pergumulan yang terjadi hari ini. berisitirahat untuk menyambut hari yang akan datang.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalia [ √ ]
Teen FictionLia, remaja perempuan yang duduk di bangku SMA memiliki kehidupan yang biasa biasa saja, tidak ada hal spesial di dalam hidupnya, pikir lia. namun orangtua nya tiba tiba memutuskan untuk pindah ke rumah ke daerah yang jauh dari kota. ia pikir hi...