Pada akhirnya semua manusia itu sama. Entah itu laki laki atau perempuan. Tidak ada larangan untuk mereka yang ingin memilih pilihan nya sendiri. aku pernah mengatakan nya pada kalian kan. setiap manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan nya sendiri. dan manusia juga tidak memiliki hak untuk malarang mereka yang telah menentukan pilihannya.
Laki laki dan perempuan, masing masing memiliki batas kemampuan nya sendiri. kita tidak bisa menjadi orang lain, kita tidak seperti mereka, dan semua nya punya cerita kehidupan yang berbeda. Ketika seseorang berada di titik terlelah nya, ia akan meluapkan rasa Lelah nya dengan cara yang berbeda beda. Rasa Lelah itu sendiri tidak memandang bulu.
Apakah sampai sini kalian mengerti maksud ku?
Gio. Gio yang dikenal ceria, dewasa, dan selalu mempunyai cara untuk menghadapi masalah. gio yang selalu mengingatkan orang lain, namun ia lupa akan keadaan dirinya sendiri. Gio menyimpan semua masalah nya sendiri, ia berusaha menguatkan dirinya sendiri, sampai akhirnya tuhan memberitahu nya bahwa ia sudah berada di titik Lelah nya. gio tidak kuat menghadapi semua nya sendiri.
Dan sore itu juga, lia dan teman teman nya menjadi saksi mata, seberapa Lelah nya gio akan masalah yang ia hadapi, dan betapa rapuh nya gio yang mereka lihat sekarang. Mereka lupa sekuat apapun manusia, pada akhirnya mereka adalah manusia yang juga bisa Lelah.
Setelah gio sudah lebih tenang, mereka menatap gio dengan tatapan khawatir. Mereka juga menunggu gio untuk bercerita. Gio berusaha untuk tersenyum, meskipun dipaksakan, ia tidak ingin membuat teman teman nya khawatir.
"aku gak suka lihat senyuman itu. aku gak suka lihat orang yang terpaksa senyum Cuma biar orang orang di sekitar nya gak khawatir." ucap lia pada gio.
Gio tertegun mendengar ucapan lia. rasanya gio ingin tertawa, ia yang biasanya menegur orang lain dan menasehati nya, kini malah ia yang dinasehati. Apalagi itu adalah ucapan dari seorang lia.
"aku udah lama sekali gak lihat kamu. kamu udah baik baik aja kan? apakah mereka masih ganggu kamu?"
"mereka udah gak ganggu aku. aku baik baik saja dan itu karena kalian. Sekarang, apa yang terjadi sama kamu?"
Gio menggelengkan kepalanya, ia enggan menceritakan masalahnya.
"apa kamu gak percaya sama teman teman kamu?" tanya lia blak blak an.
"apa maksud kamu?" tanya gio balik, emosi nya perlahan terpancing karena pertanyaan lia.
"teman teman kamu semuanya khawatir sama kamu, tapi kamu sembunyiin masalah kamu sendiri??"
"lalu apa urusan nya sama kamu? aku memiliki hak sendiri untuk menentukan apakah aku harus cerita atau enggak!" bentak gio.
Suara bentakan gio membuat suasana menjadi menegangkan. Via ataupun niko tidak berani mengeluarkan suara nya, karena ini pertama kali nya mereka melihat gio semarah ini. gio berjalan pergi kearah belakang rumah, meninggalkan mereka tanpa bicara sepatah kata pun. lia beranjak berdiri dan berniat menyusul gio. Namun sebuah tangan menahan dirinya untuk tidak pergi.
"jangan li, gio lagi butuh waktu nya sendiri." ucap ella.
"gapapa el. Aku tau apa yang harus aku lakuin." jawab lia sambil meyakinkan teman teman nya.
Lia segera berlari ke belakang rumah dan menyusul gio. Lia tau kemana gio akan pergi. Lia segera masih terus berlari menanjaki bukit di depannya. Sesampainya di puncak bukit, lia mencoba menetralkan nafas nya, dan dugaan nya benar. Gio sedang duduk di salah satu batu besar dengan tatapan sendu memandang langit. Lia berjalan mendekati gio dan duduk di samping nya. gio melirik samping nya dan kembali memandang kosong kearah depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Athalia [ √ ]
Teen FictionLia, remaja perempuan yang duduk di bangku SMA memiliki kehidupan yang biasa biasa saja, tidak ada hal spesial di dalam hidupnya, pikir lia. namun orangtua nya tiba tiba memutuskan untuk pindah ke rumah ke daerah yang jauh dari kota. ia pikir hi...