7 | REJECTION

12 1 0
                                    

Suasana di rumah tidak jauh berbeda dengan suasana di sekolah.

Bukan, bukan karena sepi ataupun ramai, tapi mencekam. Itulah yang lia rasakan.

Sekarang ia sedang berada di kamar nya, tadi sesampainya lia di rumah, lia pasti selalu mengucapkan salam dulu pada ibu nya atau bertanya tentang menu makan malam nanti apa. Namun sedari tadi ibu nya tidak melirik lia sedikit pun, ibu nya tidak menganggap kehadiran lia disini. Lia yang cuek, sangat tidak suka jika ia dicuekkin.

Mood lia dari tadi pagi pun juga sudah buruk, karena tadi pagi ia beradu mulut lagi dengan ibu nya. ibu nya memarahi lia karena lia adalah anak yang tidak tau sopan santun dan kurang ajar.

Lia yang selalu menganggap sepele masalah mengira bahwa ibu nya akan melupakan itu, nyatanya tidak, sampai besok pun sepertinya akan terus seperti ini.

Di kamarnya lia.

Lia termenung dengan pikiran nya sendiri.

Apakah ia menangis? Tidak, seorang lia tidak menangis, belum. Lia memiliki sifat yang turun dari ayah nya, keras kepala dan teguh pada pendiriannya.

Dan yaa itu memiliki sisi positif nya sih, tapi jika terlalu keras kepala justru malah membawa bencana baru kan.

'ada apa sih dengan hari ini, di sekolah dijauhin, di rumah juga gak didengerin. Ngeselin banget'

'kenapa semua nya jadi kayak gini, lebih baik aku gak disini, dimana mana selalu salah, gak pernah mau ngakuin kesalahan pulak mereka.' oceh lia dalam hatinya.

GAK PERNAH MAU NGAKUIN KESALAHAN PULAK MEREKA. Mereka yang dimaksud adalah teman teman lia dan keluarga nya. iya mari kita sebut lia tidak tau diri ya, lia memang berani berkata begitu, toh tidak ada yang mendengarkan karena dia sedang berbicara dengan pikiran nya sendiri. lia mengepalkan tangan nya kuat, amarah benar benar memenuhi dirinya.

Ia benci dengan keluarga nya.

Ia benci dengan teman teman nya di sekolah.

Ia benci dengan kehidupannya.

******

panggilan nio membuat lia mau tidak mau keluar dari kamar nya menuju ruang keluarga. Di ruang keluarga rupanya sudah ada kedua orang tua nya dan lino. Seperti nya mereka ingin membicarakan sesuatu. Namun lia berharap, mereka tidak membahas masalah kemarin malam ataupun tadi pagi.

Lia enggan menatap ibu nya, ibu nya hanya memasang wajah datar, tidak semenyebalkan tadi sore sih.

Setelah semua anggota berkumpul, ayah lia membuka suara nya memecah keheningan.

"ayah mau kalian dengerin omongan ayah baik baik." tegas ayah lia.

Suasana jadi semakin mendebarkan karena nada bicara ayah yang jadi sangat serius.

Namun saat ayah lia akan membuka suara nya lagi, ibu nya mencubit lengan sang ayah yang membuat nya merintih kesakitan.

Nio tidak bisa menahan tawa nya melihat kelakuan ibu dan ayah nya.

"kenapa aku dicubit?" tanya ayah.

"ngomong nya jangan serius amat dong, itu anak anak kamu pada tegang, biasa aja, jangan berlebihan deh." tegur sang ibu.

Ayah lia terkekeh ringan sambil menatap anak anak nya yang memang benar terlihat sangat tegang.

"baiklah, jadi gini, ayah dan ibu udah membahas ini dari minggu lalu. Kita akan pindah rumah."

"HAH??!"

Lino dan lia menganga terkejut mendengar perkataan ayah nya, berbeda dengan nio yang bersorak senang.

"tapi kok mendadak banget? Kenapa gak nanya dulu sama aku?" tanya lia.

"ibu juga udah bilang ke ayah kamu, buat kasih tau kalian dari kemarin, tapi katanya—" kata kata ibu lia terpotong oleh teriakan sang ayah.

"KEJUTAN!!" teriak sang ayah senang.

kalian kaget kan. Hahaha. Kita akan pindah rumah 3 hari lagi, jadi bersiaplah. Untuk sekolah kalian jangan khawatir karena kalian juga akan pindah ke dekat rumah baru nantinya. jelas sang ayah.

Baru lino akan mengoceh, lia sudah berbicara lebih dulu.

"enggak. Lia gak mau, ini terlalu mendadak. Lagipula lia udah kelas 11 sekarang, sebentar lagi kelas 12. Cuma butuh 1 tahun lagi lia lulus."

"iya gak masalah kan li, kamu terusin kelas 12 kamu di sekolah baru nanti nya, maka dengan hal kayak gini, ayah dan ibu mau kalian belajar beradaptasi sama lingkungan baru. Terus supaya kalian gak main hp terus disini." kata sang ibu.

"ibu dan ayah gak pernah mau dengerin pendapat aku. Aku gak masalah kalau pindah rumah, tapi kalau sekolah itu berat buat aku. Ibu dan ayah juga selalu salahin hp, udah lah."

Lia berjalan pergi meninggalkan ruang keluarga menuju kamar nya.

Ibu lia yang memang sedari pagi bertengkar dengan lia dibuat kesal dengan kelakuan anak perempuan nya ini, sungguh anak nya memiliki sifat yang sangat jelek, entah keturunan siapa.

Ayah lia menenangkan istrinya, ia Lelah juga jika melihat istri dan anak nya bertengkar terus. Kemudian ayah mengakhiri pembicaraan malam ini dengan mengingatkan lino dan nio untuk bersiap akan kepindahan mereka 3 hari lagi.

Kutekankan sekali lagi, dalam kehidupan kita, akan ada banyak hal terjadi tanpa diduga. Termasuk kepindahan rumah keluarga lia, aku ingin mengingatkan kalian bahwa kita harus selalu siap di segala situasi menghadapi apa yang akan terjadi di kehidupan kita nantinya.

------

Athalia [ √ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang