#S.1 - Bab 7

1.4K 102 39
                                    

Di geladak kapal, empat orang berdiri berjejeran menikmati pemandangan kota distrik pada malam hari. Seluruh bangunan tinggi di hiasi gemerlap warna bercahaya yang indah.

Yifei melingkarkan lengannya ke leher Chou Tzuyu, mata almondnya yang mempesona memandang lembut gadis remaja di sisinya, "Senang malam ini, Chou kecil?"

Tzuyu mendongak, memberikan senyumannya yang manis, "Sangat!"

Kim Taehyung bersedekap dada, matanya tidak pernah luput dari dua perempuan di sebelah yang sibuk berbicara dengan intim. Iris hitamnya mengandung api kemarahan dan kecemburuan, Yifei benar-benar berniat membuat dia emosi!

Nangong Lie memukul punggung kawannya, berkata geli, "Tiran tua, sepertinya pesonamu tidak lebih baik dari kakak perempuanku. Nyatanya Tzuyu kecil mengabaikanmu dengan terang-terangan!" Di akhiri tawa terbahak-bahak.

Melihat tiran tua kesal setengah mati namun tidak bisa melakukan apapun yang bisa meredakan emosinya adalah hal terbaik di dunia ini yang bisa menyenangkan hati Nangong Lie!

Yifei menyeringai lebar, di tujukan khusus untuk pria menawan di sampingnya saat ini, "Chou kecil semakin cantik, bagaimana jika dia menikah denganku saja? Kau cari perempuan lain."

"Dalam mimpimu," cibir pria itu jengkel. Tak tahan lagi menahan cemburu, ia menarik lengan Tzuyu yang sedang tenggelam menikmati pemandangan kembang api di langit berbintang.

"Eh?" Gadis cantik tersebut spontan menoleh pada oknum yang menarik tangannya tanpa meminta ijin. "Paman, aku ingin melihat kembang api!"

"Tidak bisa, kau harus masuk. Makanan sudah siap, jauh-jauh dari perempuan rubah Nangong, aku cemburu." Kim Taehyung menolak langsung. Tubuh tingginya mendekat memeluk tubuh langsing gadis kecilnya. Waspada jika Yifei berusaha merebut sewaktu-waktu.

Yifei hanya menggelengkan kepalanya sembari tertawa kecil. Lalu berjalan bersama Lie memasuki kapal.

Di meja makan, semua orang sibuk melahap makanan dengan damai.

Kim Taehyung memindahkan daging yang sudah di potong rapi olehnya ke piring Chou Tzuyu. Pria itu memasukkan tiga suap daging ke dalam mulutnya kemudian meletakan sendok, tidak mempunyai selera untuk makan lebih banyak lagi.

Yifei menyodorkan piring berisi makanan penutup khusus yang di pesan sesuai dengan selera Chou kecilnya. "Makan yang banyak dan cepat tumbuh agar aku bisa segera menjadikanmu istriku."

Kim Taehyung tidak habis pikir bagaimana bisa hormon seksual Nangong Yifei melenceng separah ini. Mata elangnya yang tajam mengintimidasi perempuan berambut perak di seberang, "Aku bisa melemparkan garpu ini ke salah satu matamu jika kau mau."

"Kalau begitu lakukan, aku siap menerima dengan senang hati, Tuan." Nangong Yifei membalas santai, wajah cantiknya sengaja di miringkan, menambah pesona memikat yang menggoda.

Nangong Lie duduk gusar di kursi, pemuda itu memandang ke arah Chou Tzuyu yang sedang minum setelah tersedak hingga sepasang mata kucingnya memerah samar.

Keduanya saling memandang setelahnya, bertukar pikiran melalui tatapan mata. Berkomunikasi melewati telepati khusus yang hanya bisa di pahami mereka berdua saja.

Chou Tzuyu berdiri dari kursinya, terbatuk canggung sebelum berucap gugup, "Pa-paman, Kakak Yifei, aku ingin pergi melanjutkan menonton kembang api bersama Kak Lie."

Nangong Lie buru-buru berdiri, kepalanya mengangguk seperti mainan monyet memukul drum, "Aku akan pergi dengan Tzuyu kecil. Kalian berdua lanjutkan pembicaraan, kami pergi dulu."

Mereka berdua pergi menyisakan Kim Taehyung dan Nangong Yifei di area meja makan.

Yifei yang pertama mengangkat suara untuk berbicara, wajah cantiknya kini memasang ekspresi serius, berbanding terbalik dengan ekspresi main-main sebelumnya, "Aku ingin menyampaikan langsung pada intinya. Seseorang yang menjebak orang tua Chou kecil di masa lalu mungkin bukan karena balas dendam biasa."

Jari-jari panjang Kim Taehyung memainkan pisau, tangan kirinya yang menganggur menopang dagu malas, "Aku sudah tahu, lalu?"

"Responmu terlalu acuh, mungkin kau sudah tahu ini dari lama?"

"Hm." Pandangan dari pupil kelamnya mendadak berubah menjadi suram.

Yifei bertanya penasaran, "Apa gerakanmu selanjutnya?"

"Menurutmu?" Kim Taehyung berbalik melemparkan pertanyaan. Sudut bibirnya terangkat ke atas, jari-jari tangannya mengetuk meja menciptakan irama ringan.

"Bantai semuanya," tebak Yifei dengan senyuman nakal.

"Kau mengenal seleraku, karena kau sudah tahu, besok bawahanku akan mengirimkan data tentang mereka. Bunuh semuanya untukku secepat mungkin."

"Kompensasi dari pembantaian ini adalah tinggal bersama Chou kecil selama satu minggu, setuju?"

Garpu melayang ke udara, menerjang ke depan hampir tertancap di wajah menawan Yifei jika perempuan tersebut tidak tepat waktu menelengkan kepala membiarkan garpu menghunus melewati helaian rambutnya.

Bibir merahnya berdecak, "Ckckck, kau sangat pelit. Baiklah, aku juga tidak akan memaksa. Aku mundur lebih awal, akhir-akhir ini aku banyak pekerjaan yang membuatku lelah. Suruh anjing kecilku masuk ke kamarku jika dia sudah kembali bersama Chou kecil."

"Mm."

Kim Taehyung duduk di kursinya dengan anggun, kaki panjangnya menyilang, kelopak matanya tertutup damai. Dia menghabiskan waktu kurang lebih lima belas menit dengan posisi monoton seperti itu.

"Paman!"

Suara gadis kecilnya menarik perhatian Kim Taehyung, ia menoleh ke sumber suara, tersenyum lembut sambil mengulurkan tangan kanannya meminta telapak tangan yang lebih mungil datang mendekat.

Chou Tzuyu menggenggam telapak tangan besar Kim Taehyung dengan senang hati. Bibir tipisnya tidak berhenti tersenyum bahagia setelah melihat keindahan kembang api bersama Nangong Lie.

Kim Taehyung berdiri lambat, tidak lupa menarik pinggang gadis kecilnya mendekat. Dia memandang Nangong Lie yang duduk lagi di kursi memakan beberapa camilan manis buatan koki, "Yifei menyuruhmu datang ke kamarnya ketika selesai melihat kembang api." Ujarnya.

Nangong Lie mengangkat jempol.

***

Ruangan berukuran sedang berdinding batu bata kasar di penuhi berbagai jenis senjata yang menggantung. Pada setiap sudut dinding terdapat patung harimau mengaum.

Di tengah ruangan, sosok berjubah hitam berdiri menghadap figura besar yang menampilkan foto perempuan kecil berusia sekitar lima tahunan, tubuh mungilnya yang agak gemuk di balut gaun putih dengan rok mekar.

Ekspresi sosok itu tertutupi oleh juntaian tudung hitamnya. Menyisakan fitur bagian bawah mulai dari hidung turun ke dagu. Tangan kanannya menyentuh sosok mungil di dalam di figura.

Bibirnya mengait membentuk senyuman halus. "Sebentar lagi, kita bisa bersama." Tuturnya penuh kasih sayang, kelembutan memabukkan tersirat di setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Sosok lain yang lebih ramping di belakang sosok berjubah hitam menundukkan kepalanya ke bawah. Kedua tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya, surai hitam nan panjang menutupi bayangan wajahnya yang di kuasai kedengkian.

Pertemuan singkat beberapa tahun lalu meninggalkan bekas mendalam di hati sosok berjubah hitam. Pertemuan tidak sengaja yang membuat dia di bayangi wajah mungil kemerahan tersenyum dengan begitu bahagia seolah di dunia ini segala penderitaan bisa terhapus hanya dengan satu senyuman manisnya.

Senyuman itu ...

Dia ingin menyimpan senyuman indah itu untuk dirinya sendiri.

Dia ingin menjadikan pemilik senyum indah tersebut sebagai miliknya seorang, selamanya.

Dan dia berjanji pada dirinya sendiri akan mewujudkan impian itu bagaimanapun caranya.

Entah melalui cara baik-baik maupun memaksa, dia siap melakukannya asalkan pemilik senyuman indah di masa lalu bisa hidup bersamanya sampai akhir.















🦋🦋🦋
.
.
.
.
.
.
.
.
Vote, comment, and share ya. Bisa follow akun aku untuk cek novel-novel lainnya 🎀✨ Thank you. 🪄

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang