#S.2 - Bab 1

766 69 20
                                    

Pintu hitam bertempelan stiker-stiker itu terbuka dari dalam. Di ikuti munculnya sosok tinggi berseragam sekolah, jas merah maroon yang membalut tubuhnya terlihat berpadu dengan surai merah menyala bergelombang pada bagian bawah.

Ema membungkuk sesaat sebagai tanda salam selamat pagi, menatap lelah pada Nona Mudanya yang memakai rok sangat pendek. Perempuan tersebut menarik ujung rok Sally tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, "Rok ini terlalu pendek, Nona."

Sally membenarkan posisi berdiri setelah hampir terjatuh akibat tarikan mendadak Ema. Lengannya meraih kain rok yang ditarik-tarik oleh sang maid pribadi, "Ema! Ini normal! Ini tidak pendek!"

"Kemarin Tuan Muda menelfon, beliau bertanya apa saja yang dilakukan oleh Nona. Saya rasa saya harus memberitahu Tuan mengenai anda menyelinap diam-diam mengikuti Nona Tzuyu."

Mendecak kesal, Sally berkata setengah marah, "Ck, oke, oke! Aku ganti rok! Aku ganti rok!"

Ema tersenyum riang menanggapi kemarahan majikannya. Dia sangat yakin jika rok yang dia beli belum lama ini memiliki ukuran paling tidak 3 cm dari atas lutut. Tetapi sekarang, ketika Sally menggunakan rok itu, panjang rok tiba-tiba menjadi 7 cm dari lutut. Bukankah ada konspirasi yang dilakukan Sally?

Sudah jelas Sally memotong kain rok diam-diam kemudian meminta salah satu maid untuk menjahitnya agar bekas guntingan terlihat lebih rapi.

Sally resmi bersekolah di sekolah yang sama dengan Chou Tzuyu. Veen pun telah memberikan ijin dan mengirimkan topeng wajah berbahan kulit yang produksinya termasuk langka, perlu merogoh kocek dalam untuk mendapatkan satu dari jenisnya.

Beruntung Veen cukup kaya, kalau tidak, mungkin Veen sudah menjadi gelandangan ketika menghidupi adik borosnya ini.

Sally melambaikan tangan pada mobil Max. Memutar tubuh menghadap gerbang masuk sekolahan, baiklah, hari ini dia harus membangun persahabatan lebih dulu bersama adik kecil. Lalu, mulai mengajari adik kecil bagaimana cara memukul atau menghujat orang, sehingga saat adik kecil diperlakukan buruk oleh Tziya si palsu yang tidak tahu malu mengaku sebagai kembaran adik kecil, adik kecilnya sudah tahu cara untuk membalas.

Sally merasa dirinya menjadi agen rahasia yang menjalankan sebuah misi.

Menegangkan.

Mengasyikan.

Dan menyenangkan.

Gadis tersebut bertanya arah menuju ruangan kepala sekolah kepada salah satu siswa laki-laki, tidak lupa memberikan kedipan mata genit sebelum pergi melanjutkan perjalanan. Meskipun topeng kulit ini menutupi fitur aslinya, namun setelah memakai topeng, dia masih tetap cantik.

Sally salut pada selera Veen yang tidak bisa jauh-jauh dengan kecantikan, begitu pula dengan dirinya yang tidak bisa jauh-jauh dari ketampanan. Kakaknya sendiri adalah contoh ketampanan, sayang sekali dia tidak bisa mengencani Veen. Walaupun mereka bukan saudara sedarah, Sally terlanjur mencintai Veen sebagai Ayah sekaligus seorang Kakak dalam hidup. Tidak bisa diubah-ubah lagi.

"Woah ..." Sally berhenti melangkahkan kaki, memandang pemuda rupawan bersurai hitam yang tengah berdiri di dekat pohon pinggiran lapangan basket. "Wajahnya terlalu tampan untuk dipandang mata manusia," celetuknya.

Tepukan yang datang dari belakang menyadarkan Sally untuk berhenti mengawasi pemuda tampan secara terang-terangan, atau dia bisa malu sendiri. Kepalanya menoleh ke belakang dan menemukan perempuan tinggi bersurai hitam sepinggang dengan tubuh seksi.

"Aku Shin Lina, Kepala Sekolah memberikan perintah untuk langsung membawamu ke kelas. Perkenalan di adakan setelah pembelajaran pertama mulai."

"Darimana kau tahu aku adalah murid baru?"

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang