#S.2 - Bab 10

870 63 26
                                    

Seorang pria duduk sembari menopang dagu, sibuk memandangi segala kegiatan pemuda yang terekam melalui kamera pengintai. Sudut bibir pria itu tertarik ke atas, membentuk senyuman tipis menawan. Surai hitamnya bergoyang lembut ketika udara berhembus memasuki ruangan lewat jendela yang dibiarkan terbuka lebar.

"Dia tidak melakukan hal mencurigakan dalam beberapa hari terakhir," gumamnya.

Ketukan pintu terdengar tidak lama setelahnya.

"Masuk."

Pintu dibuka oleh salah satu maid dari kediaman, mempersilahkan dua perempuan memasuki ruang kerja pribadi yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu, bahkan maid harus meminta ijin terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan untuk sekedar bersih-bersih.

Dua perempuan tadi melengkungkan punggung mereka ke depan, membungkuk hormat kepada atasan mereka secara bersamaan.

"Selamat siang, Tuan."

"Selamat siang, Tuan."

Pria tersebut beranjak dari kursi, tidak lupa mematikan layar sebelum mengambil langkah mendekati jendela. Wajahnya bergerak ke samping lalu bertanya serius, "Kabar apa yang kalian dapatkan?"

Salah satu perempuan dengan tubuh tinggi menjawab terlebih dahulu, "Cha Yuno mungkin sudah mengetahui keberadaan kita, Tuan. Akankah kita langsung menghabisinya?"

"Tidak. Biarkan dia. Lebih baik kita merampas lebih dulu hal-hal yang sangat dia banggakan selama ini."

"Kekayaan?"

"Kau benar. Retas sistem perusahaan mereka kemudian curi semua data perusahaan, meskipun Cha Yuno tidak terlalu pintar, data milik perusahaan Cha adalah informasi penting incaran dari banyak pebisnis. Setidaknya kita akan menerima keuntungan besar dari ini."

"Baik Tuan. Dan ya, apakah anda akan kembali ke rumah?"

Melambaikan tangannya malas, pria itu mendongak— menatap lurus ke langit siang biru yang cukup cerah hari ini. Rasanya sangat mungkin dijadikan hari terbaik untuk melakukan piknik. Bibir tipisnya terbuka memperlihatkan celah, berkata, "Aku tidak akan pulang sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Pergi dari sini, sebelum kalian kembali ke rumah, jangan lupa mengambil racun yang biasa aku pesan dari salah satu rekan kerja kita."

"Menerima perintah."

Dua perempuan tersebut lantas mengundurkan diri sesegera mungkin, tidak ingin berdiri lebih lama dalam ruangan kerja yang mengerikan.

Bagaimana tidak mengerikan?

Tuan mereka bahkan menjadikan kulit manusia sebagai pajangan penghias ruangan, dengan cara dibingkai dalam pigura khusus yang membuatnya terlihat mewah dan menakutkan pada satu waktu bersamaan.

Wajah Tuan mereka memang lembut dan menawan, tipikal pria dengan pesona unik yang membuat perempuan ingin terus melangkah lebih dekat kepadanya. Namun ketika langkah itu sudah terlalu jauh, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk kembali atau putar balik.

Takdir hanya tersisa satu, kematian.

"Bisakah kau saja yang ambil racunnya? Aku harus menemani adikku berbelanja," tanya perempuan berbadan tinggi kepada temannya yang lebih pendek.

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang