#S.1 - E P I L O G

1K 79 49
                                    

Dua minggu kemudian.

Sally menusuk lubang hidung memakai jari kelingking, mengorek sesuatu yang membuat hidungnya gatal sekali sejak tadi.

Maid bernama Ema menghembuskan nafas kelelahan melihat kebiasaan buruk Nona yang sama sekali tidak mencerminkan sosok seorang Nona Muda cantik menawan dan anggun. Dia berjalan menghampiri meja makan, menunduk sopan terlebih dahulu.

"Nona, ada kiriman barang."

"Dari siapa?"

"Pemuda bernama Choi Jihoon."

"Jihoon ..."

Di atas kepala Sally, muncul kotak sistem berisi wajah-wajah tampan pemuda Seoul yang berhasil dia rayu dalam waktu seminggu. Otaknya tengah mendeteksi wajah rupawan atas nama Choi Jihoon.

Menarik keluar jari kelingking, Sally meniup emas kecil yang dia dapatkan. Menatap malas maid baru pembawa banyak sekali kotak hadiah. Jihoon pikir dia sedang ulang tahun? Sial, dia masih belum ingat wajahnya.

Argh! Terlalu banyak wajah tampan hasil rayuannya selama satu minggu! Di tambah dia belum terbiasa dengan wajah mirip-mirip penduduk Seoul. Bahkan dia pernah salah sebut nama saat sedang berkencan kemarin, benar, dia menyebut nama pemuda kencannya yang lain.

Ema membuang nafas jengah, mau tak mau harus menjelaskan, "Tuan Choi Jihoon adalah pemuda berusia dua puluh tiga tahunan, berambut hitam panjang sebahu sering di ikat, bibir tebal seksi, mata sipit tajam yang memberi kesan aura misterius. Saya rasa ini sudah cukup membantu sebagai petunjuk."

Bagai tersengat listrik, Sally terkaget sendiri mengingat siapa pemuda pengirim semua hadiah. "Ternyata si bibir gendut. Tolak semuanya! Kembalikan! Aku tidak mau menerima hadiah dari si mesum!"

Ema menggeleng sebagai jawaban, "Nona, pengirim barang tadi bilang. Tuan merindukan anda dan ingin menghabiskan waktu dengan anda, dalam kotak hadiah ada gaun khusus musim dingin dan beberapa hiasan rambut. Tuan Choi Jihoon ingin melihat anda memilih salah satu dari mereka lalu memutuskan tanggal pertemuan. Dia ingin melihat kecantikan dari calon istrinya."

Melirik enggan pada semua kotak hadiah, Sally tidak tahu harus mengatakan apa dan hanya berkata, "Ew."

"Nona, mohon sopan santun anda. Tidak baik mengatakan hal seperti itu ketika mendapatkan hadiah dari orang lain."

"Ak—"

"Nona!"

Sally menoleh ke sumber suara datang, menemukan Max sedang berlari memasuki rumah dengan ekspresi seolah baru saja mendapatkan gaji buta ratusan juta won.

"Apa?"

"Nona Chou Tzuyu keluar sendirian! Dia tengah jalan-jalan bersama dua maid!"

"Ah!" Sally berdiri penuh semangat, "Akhirnya kucing kecil ini keluar juga dari kandang! Ema, Max, siapkan penyamaran! Aku ingin melihat saudariku langsung! Mari jadi penguntit!"

Max berbinar, "Siap Nona!"

Ema geleng-geleng kepala. Keputusan Tuan mengirim dia untuk menemani Nona pergi ke Seoul merupakan depresi berat bagi Ema karena harus melihat kelakukan tak keruan Nona Mudanya ini.

***

Sally membenarkan letak kacamata hitam lalu menaikan masker yang menutupi setengah wajah bagian bawah, kemudian ada tudung jaket berbulu sebagai penutup wajah bagian atas.

Ema berjongkok lesu di belakang.

Max berjongkok sambil toleh kanan toleh kiri, mengawasi situasi seakan mereka sedang menjadi agen mata-mata di bawah naungan negara dan mendapatkan tugas mengintai buronan incaran satu benua.

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang