#S.2 - Bab 15

522 42 40
                                    

Nayeon mengangkat banner bertuliskan “Bayi Chou kami adalah juara!” dengan semangat membara. Pertandingan dilaksanakan dilapangan khusus didekat SMA mereka, jadi banyak supporter datang dari SMA mereka pula. Di samping, Nayein menutup telinga, "Nay, berhentilah berteriak. Telingaku nyaris lepas dari tempatnya karena muak dengan teriakanmu!"

"Eonni! Cepat berdiri dan beri semangat juga! Chou Tzuyu akan memanah lagi! Itu kesempatan terakhir dan Tzuyu harus mendapatkan angka sepuluh lagi untuk menang!" Nayeon tidak menghiraukan rengekan Nayein dan sibuk meminta sang saudari untuk ikut memberikan semangat.

"Aduh, aku malas."

"Eonni!"

"Oke, oke, kamu selalu menang!"

Lina memberikan tepukan pada pundak Nayein. "Bersabarlah Eonni, Nayeon memang suka memancing emosi orang lain."

"Hei! Dalaman sapi, apa kau bilang tadi?!" Nayeon berteriak tak terima karena difitnah-fitnah oleh Lina. Dia sedari tadi diam loh, menyenggol Lina saja tidak pernah! Namun Lina mengolok-olok dia di depan Nayein!

"Siapa yang kau sebut dalaman sapi?!" Lina balas teriak dengan marah. "Dasar kau upil harimau!"

Nayein tertekan karena terjepit diantara dua gadis muda ini. Ngomong-ngomong, Harimau bisa ingusan? Sejak kapan?

"Angka sepuluh untuk Nona Chou Tzuyu!" Suara panitia terdengar menggelegar ke seluruh arena lapangan.

Nayeon dan Lina berteriak bersama dengan bahagia sampai melompat-lompat lalu berpegangan tangan dan saling berpelukan.

"Sahabat kita menang!" Sorak Lina seperti baru saja ketiban emas berton-ton.

"Sahabatku memang paling oke!" Nayeon berteriak amat-amat kencang hingga panitia terkejut.

Nayein dibuat bingung. Bukankah barusan Nayeon dan Lina saling mengumpat? Lihat, lihat, sekarang mereka berdua sudah berpelukan seperti keluarga harmonis. Emosi perempuan ternyata seaneh itu? Nayein baru sadar. Untung dia tidak memiliki emosi aneh seperti Nayeon dan Lina.

Ketika semua orang ricuh atas pemenang lomba. Nayein izin pergi dan diam-diam pergi ke bagian pelistrikan. Namun sebelum berbelok ke arah tempat pelistrikan, dia pergi ke ruangan letak cctv berada lalu meregangkan tubuh. Petugas diruangan cctv sudah dipancing oleh bawahan yang lain sehingga dia bisa bebas mengutak-atik. Ia melepas masker hitamnya, "Mari selesaikan tugas dan makan daging panggang bersama adik kecil," katanya sembari memukul pinggang yang pegal.

Selang sepuluh menit, semua file rekaman hilang dan sistem kerja cctv sudah dirusak. Nayein pergi meninggalkan ruangan dengan masker hitam dan topi hitam menutupi wajahnya. Berjalan menuju ruangan listrik.

Di tengah lapangan, panitia memberikan hadiah ke para pemenang. Chou Tzuyu berdiri ditingkatan paling atas dan menerima piala serta piagam, ada juga hadiah uang yang hanya didapat oleh juara pertama. "Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, Nak. Kamu sangat berbakat dalam hal memanah, alangkah baiknya kamu mengikuti sebuah organisasi dan masuk ke tim negara untuk bertanding dikelas internasional."

"Saya akan mengingatnya."

"Mari kita berfoto lebih dulu. Dimana guru memanah anda?"

"Beliau ada di sana," Chou Tzuyu menunjuk kursi tempat semula Cha Yuno berada. Namun sekarang pria itu menghilang. "Ah? Tidak ada? Saya yakin guru saya sebelumnya duduk di sana. Mungkin dia pergi sebentar karena ada urusan. Bisakah kami berfoto lebih dulu dan guru saya menyusul?"

"Tentu bisa. Mari kita semua berfoto lebih dulu."

Belum ada dua foto diambil, teriakan anak-anak menggelegar ke seluruh arena lapangan.

"KEBAKARAN! ADA API!"

"LARI! LARI!"

"KEBAKARAN! TEMPAT INI TERBAKAR!"

Seorang pria yang bertugas membawakan hadiah pemenang tiba-tiba membuang nampan dan berlari ke arah Chou Tzuyu ketika semua orang ribut menyelamatkan diri mereka sendiri. "Kita harus pergi, Nona!"

"Kamu! Siapa kamu?!"

"Saya bawahan Tuan Kim Taehyung! Kebakaran ini direncakan, kita harus pergi! Beliau tidak bisa datang karena mengurus hal mendesak!"

Chou Tzuyu langsung mengikuti begitu saja. Tidak sadar bahwa dirinya tengah ditipu. Pria barusan bukan milik Kim Taehyung, tetapi milik Nangong Lie.

Nayein berlari dengan Nayeon dipunggunya. "Kenapa kamu semakin berat, Nay!"

"Eonni lebih baik tutup mulut! Aku tidak gendut!"

Lina memegangi kepala, "Hei kalian berdua, berhentilah berlari!! Kita sudah jauh dari api!"

Nayeon dan Nayein sama-sama menoleh ke belakang dan baru sadar jika mereka sudah jauh dari kebakaran karena mereka bertiga pergi lebih awal mengingat Nayein berkata melihat asap keluar dari ruang listrik dan langsung keluar dari lapangan. Orang pertama yang berteriak kebakaran adalah Lina, dan yang berteriak lari adalah Nayeon.

Baru setelah itu, semua orang menyadari terjadi kebakaran.

"Huf, kita selamat," seloroh Nayeon bahagia. Berterima kasih sebanyak mungkin kepada Tuhan. "Eh, dimana bayi kita?"

Lina tertegun.

"TZUYU!"

Keduanya berseru bersama. Nayein buru-buru menahan lengan keduanya, "Jangan masuk lagi. Api semakin besar, aku tadi sempat melihat teman kalian dijaga oleh seorang pria dan berada dibarisan belakang."

"Astaga aku hampir pingsan karena cemas."

"Mungkin itu orang milik Paman yang bertugas melindungi Tzuyu."

Dihari yang sama, Seoul digemparkan oleh dua kebakaran hebat. Pertama di arena lapangan Hyong-nam, dan satunya lagi di Perusahaan Cha yang terkenal sebagai pebisnis sejahtera Korea Selatan.

Namun banyak rumor berdatangan. Di dua kebakaran, mengapa tidak ada korban sama sekali? Seakan-akan dua kebakaran dihari yang sama telah direncakan seseorang.

Bagaimana tidak?

Perusahaan Cha dan anak-anak cabangnya dibakar habis-habisan saat seluruh pegawai sedang libur satu hari sesuai perintah pimpinan karena alasan yang hanya diketahui oleh pemimpin.

Semua orang menerka-nerka, seberapa buruk dan banyak musuh-musuh yang dikumpulkan oleh pimpinan misterius keluarga Cha?

Mereka dengar bahwa pewaris ditempati oleh anak sulung mendiang pasangan Cha yang merupakan anak angkat, tetapi begitu cerdas dan jauh dari mata publik. Masyarakat mulai tertawa dan berkomentar jahat dibeberapa platform.

- Untuk apa menjadi cerdas dan misterius jika akhirnya dia memusnahkan harta keluarga?

- Dia keturunan pembawa sial bagi keluarga Cha. Betapa buruknya nasib anak cucu keluarga Cha yang dulunya sangat makmur.

- Beruntung sekali tidak ada korban atau hari kebakaran akan menjadi hari tangisan darah di Seoul.

- Suruh saja orang tidak kompeten itu ke neraka. Aku bahkan sudah membencinya tanpa melihat wajahnya lebih dulu! Kkkkk!

Cha Eunwoo menutup ponsel. Kebakaran pada sore hari ini sungguh kacau. Nana belum kembali dan Yuno bilang Nana baik-baik saja dikediaman Kim Taehyung. Tapi mengapa hatinya tak tenang? Benarkah Nana baik-baik saja?






















🦋🦋🦋
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Vote, comment, and share ya. Bisa follow akun aku untuk cek novel-novel lainnya✨🎀 Thank Youuu🪄

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang