#S.1 - Bab 5

1.6K 111 35
                                    

Chou Tzuyu berjalan di belakang psikolog sukarelawan Rumah Sakit Jiwa Hongso. Lingkungan di sekitar rumah sakit terbilang lusuh, tidak cukup terawat mungkin dalam satu tahun terakhir.

Banyaknya pasien di rumah sakit jiwa merepotkan perawat yang tidak seberapa, di halaman depan, Tzuyu menjumpai sepuluh pasien lebih di dampingi dua perawat saja.

Psikolog muda bernama Han Seolhyun itu berhenti di depan pintu besi nomer 235.

Cha Eunwoo muncul dari balik dinding pada kelokan terakhir, postur tingginya terlihat semakin sempurna di balut pakaian serba hitam, kontras dengan warna kulitnya yang seputih susu.

Han Seolhyun melepas gembok, menyingkirkan benda besi tersebut dari depan pintu. Perempuan itu tersenyum ramah ketika memberikan nasihat, "Pasien 235 tinggal di sini kurang lebih selama enam tahun, tidak ada keluarga yang datang berkunjung kecuali Cha Eunwoo. Tolong hati-hati, emosinya kurang stabil, bahkan kami kewalahan dengan sikapnya yang sangat brutal ketika bertemu orang asing. Karena itu pasien 235 di kurung terus menerus demi menjaga keselamatan pasien lain."

Pegangan Chou Tzuyu pada tali tas selempangnya mengerat, pertama-tama gadis itu menghirup nafas dalam-dalam lalu mengangguk. "Aku ingat, terima kasih telah mengijinkan aku bertemu pasien 235."

"Sama-sama," balas Han Seolhyun ramah. "Biarkan Cha Eunwoo masuk lebih dulu, pasien 235 hanya bisa bersikap jinak jika bertemu dengan Cha Eunwoo."

"Baik."

Han Seolhyun pamit undur diri untuk menangani pasien lainnya yang memerlukan pemeriksaan rutin harian.

Cha Eunwoo menarik pergelangan tangan kiri Tzuyu, tatapan matanya lembut seolah meyakinkan. "Rumah sakit jiwa ini seharusnya tutup satu tahun lalu, tapi aku tidak bisa membiarkan dia hidup tanpa tempat tinggal. Jadi aku menggunakan tabunganku untuk mendanai rumah sakit ini, maklumi saja mengenai kondisi lingkungan sekitar."

"Benarkah? Kalau begitu aku bisa meminta bantuan Paman agar memberikan dana pada tempat ini juga. Ngomong-ngomong terima kasih karena sudah mau membawa aku kemari." Ujar Tzuyu di akhiri dengan tubuh tingginya membungkuk rendah hati.

"Tidak perlu formal," ucap Eunwoo santai, kemudian dia melanjutkan, "Aku sangat senang jika Pamanmu bisa ikut mendanai rumah sakit jiwa ini. Mari masuk."

Pintu di buka perlahan, Chou Tzuyu mengintip dari balik punggung lebar pemuda di depannya. Sepasang mata kucingnya menatap penasaran ke arah sudut dinding ruangan yang temaram cahaya.

Suara rantai bergesekan dengan lantai menjadi suara nyaring mengerikan di dalam ruangan. Aroma amis darah melayang memenuhi seluruh sudut.

Rupanya pasien 235 mencoba menyakiti dirinya lagi.

Eunwoo mendorong pinggang Tzuyu ke samping agar tubuh gadis itu bisa tersembunyi di balik tubuhnya, "Aku datang." Suara lembutnya menusuk kewarasan perempuan bertubuh kurus di sudut dinding.

Panggilan tidak jelas menyahut setelah suara Eunwoo terdengar.

Hati Chou Tzuyu semakin menegang, kedua telinganya bisa mendengar suara rantai berderak di lantai seperti di awal. Kali ini suaranya lebih keras, di ikuti gumaman kecil yang hampir seperti cicitan kesakitan.

Silau matahari menembus celah jendela, menyinari lantai tengah ruangan, perempuan dengan kaki dan tangan di rantai tersebut berhasil berjalan sampai di tengah ruangan.

Wajah cantiknya tertutupi kotoran berwarna merah, sepasang mata lebarnya memancarkan cahaya redup, pupil hitamnya yang kosong mencari-cari pemilik suara pendatang baru.

Cha Eunwoo mengambil langkah ke depan, tangan kirinya terangkat ke atas, terulur menyentuh puncak kepala pasien 235. Walaupun rambut hitam panjang perempuan itu kusut dan tidak terawat, Eunwoo tetap merasakan kenyamanan ketika dia membelainya. "Ini aku, jangan takut."

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang