#S.1 - Bab 11

1K 96 50
                                    

Duduk termenung di tempat duduknya, Chou Tzuyu menopang dagu sembari menonton pemandangan lalu-lalang siswa dari tiga tingkatan berbaur bersama di halaman sekolah.

Kulit putihnya hari ini terlihat lebih pucat dari kemarin karena suhu lingkungan berubah dingin semenjak salju mulai turun.

Sepuluh hari sudah berlalu cepat yang berarti empat hari lagi menjelang pesta ulang tahun Kim Taehyung hampir tiba. Ulang tahun Pamannya tepat pada tanggal tiga puluh di bulan Desember.

Ketika orang tuanya masih hidup, hari ulang tahun Paman sering di rayakan di luar ruangan dengan meriah.

Tetapi setelah orang tuanya meninggal, Kim Taehyung tidak lagi mengadakan pesta ulang tahun karena menurut pria tersebht, tidak perlu sama sekali. Jika dulu Ibunya yang mengurus semuanya, maka setelah Ibunya tiada, tidak ada lagi yang bisa menyiapkan pesta.

Im Nayeon dan Shin Lina berjalan mendekati tempat duduk Chou Tzuyu, keduanya mengambil tempat duduk di depan dan belakang gadis tersebut. Saling melemparkan pandangan bingung. Akhir-akhir ini gadis Chou itu kerap melamun di kelas sambil menatap ke arah jendela.

Nayeon menaruh camilan di meja Tzuyu, berkata cemberut, "Makan ini, aku berikan gratis untukmu. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kau selalu melamun sendirian, cerita saja padaku dan Shin Lina. Kami pasti siap membantu selagi kami mampu."

Di belakang, Shin Lina mengangguk setuju. Tubuhnya condong ke depan, mengintip wajah cantik Chou Tzuyu dari dekat, "Benar sekali, kau bisa cerita ke kami. Ayo, ayo, aku siap mendengarkan."

Chou Tzuyu tersenyum singkat, ia merubah posisi duduk menjadi membelakangi kaca, memudahkannya untuk melihat kedua temannya dari dua sisi yang berbeda. "Aku bingung menyiapkan pesta Paman, dulu ketika Ibuku masih hidup, dia yang bertugas menyiapkan segalanya. Tapi sekarang, Ibu sudah tidak ada, Paman tidak terlalu mementingkan pesta. Kali ini aku ingin membuat pesta kejutan untuk Paman, namun belum menemukan ide yang menarik."

"Aish!" Nayeon mendesis jengkel, "Hanya masalah pesta? Tenang saja! Biar aku urus masalah pesta, sebut saja ingin di adakan di dalam ruangan atau di luar ruangan?"

Sebelum Chou Tzuyu bisa menjawab. Shin Lina menyela lebih dulu, mengusulkan idenya dengan gembira, "Di dalam ruangan saja! Bibiku mempunyai rumah kaca khusus, ukurannya sih cukup besar, mungkin bisa menampung maksimal seratus orang. Aku yakin kalian pasti suka!"

"Seratus orang? Menurutku tempat ini terlalu sempit, Tzuyu, apa pendapatmu? Kira-kira berapa orang yang akan datang ke pesta Paman Tampan?" Nayeon bertanya seraya membayangkan beragam tampilan menawan Kim Taehyung sesuai imajinasi ketika di pesta ulang tahun nanti.

Dia harus merias diri secantik mungkin!

Iya, harus! Menjadi Bibi bagi Chou Tzuyu juga bukan hal buruk!

Tzuyu memasukan keripik ke dalam mulutnya, menyentuh dagu dengan kepala berpikir, "Yah ... Teman Paman hanya ada dua, jadi tempat milik Bibi Shin Lina cukup bagus. Aku bisa mengajak pengawal, satpam, sekaligus pelayan untuk ikut bergabung dalam pesta. Mereka pasti senang dan pesta juga akan menjadi semakin meriah!"

Karena di pesta akan ada Pria Tampan. Shin Lina bergegas memeluk salah satu lengan temannya ini, "Pamanmu suka warna apa?"

"Ha?" Tzuyu mengerutkan kening bingung. Jarinya menggaruk sisi kepala yang tidak gatal. "Mengapa ingin tahu warna kesukaan Pamanku?"

Menyilangkan kedua tangan di depan dada dan tidak lupa memasang gaya angkuh, Nayeon mengkritik pedas, "Shin Lina, Paman Tampan pasti lebih suka aku daripada dirimu. Sia-sia saja mencoba mencuri perhatian menggunakan cara memakai gaun dengan warna kesukaan Paman Tampan. Lihat, aku lebih cantik, jadi jangan harap bisa menarik perhatian Paman Tampan dariku! Im Nayeon paling imut nan mempesona!"

"Ya! Ya! Ya!" Shin Lina menggerutu keras. "Aku lebih seksi," sentaknya jengkel.

Mendengar kata 'seksi', spontan Nayeon menilik ulang tubuh Shin Lina secara seksama, kemudian menatap dadanya yang kecil. Wajah cantiknya merah padam karrna menahan marah, "Shin Lina! Tetap saja aku lebih cantik darimu! Paman Tampan harus jatuh cinta padaku!"

Shin Lina menjulurkan lidahnya, melontarkan kalimat kemenangan yang tidak bisa di bantah pihak lawan, "Kau lupa? Paman Tampan adalah pria panas yang sering gonta-ganti perempuan. Meskipun kau lebih cantik, pria dewasa lebih menyukai tubuh berisi! Lihat saja milikmu! Tidak akan bisa di pegang! Hahaha!"

Terhimpit di tengah-tengah badai adu mulut, Chou Tzuyu memeluk bungkusan camilan, memakan keripik satu persatu. Mata kucingnya menatap ke kanan lalu ke kiri, menikmati debat sengit antara dua perempuan yang bermimpi bisa menjadi kandidat istri Kim Taehyung di masa depan nanti.

Gadis bermata kucing tersebut menunduk melihat miliknya sendiri, hm, ekor matanya mengintip milik Shin Lina. Sesaat kemudian ekspresi wajahnya berubah cemberut. Memang, Shin Lina punya tubuh bagus, berisi dan cukup seksi.

Dia bahkan kalah.

Tapi tidak papa, setidaknya milik Nayeon lebih kecil, pun, Paman bilang dia menyukai miliknya.

Shin Lina dan Im Nayeon berhenti beradu mulut, menoleh berbarengan ke Chou Tzuyu yang sedang melamun namun tangannya masih bisa tetap aktif memasukan keripik ke dalam mulut.

"Chou Tzuyu, kau sedang berpikiran kotor?" Selidik Shin Lina. Telunjuknya mendarat di pipi gembil merah milik Tzuyu. Menusuknya ringan.

Yang di tusuk langsung tersadar, "Ah? Apa? Kalian tidak berdebat lagi?" Gadis itu benar-benar seperti orang linglung.

Nayeon mengusap dagu, kedua matanya berkilat-kilat, bibirnya terbuka memperlihatkan senyuman gigi kelinci mempesona. "Aku tahu, aku tahu, dia pasti sedang berpikir bagaimana berusaha menjadi adik ipar yang baik ketika aku resmi berstatus menjadi istri Paman Tampan! Ulululu, wanita kecil cantikku perhatian sekali!"

"Yak! Im Nayeon! Tutup mulutmu atau aku lempar kursi ini ke wajahmu!" Teriak Shin Lina, emosinya telah mencapai titik batas terakhir. Siap meledak kapan saja.

"Ayo! Ayo! Siapa takut?!" Nayeon berpose kuda-kuda siap menyerang, kedua tangannya terkepal di udara tinggi. Mengangkat dagunya percaya diri.

Chou Tzuyu menutup wajahnya menggunakan bungkus camilan. Tidakkah mereka sadar jika banyak siswa berkumpul di dekat pintu masuk kelas untuk menonton kekonyolan mereka?

***

Lim Yujin menyerahkan cek berisi seratus juta won kepada pria paruh baya di persimpangan gang Geong-do. Jaket hitam menutupi wajah perempuan tersebut. "Lakukan pekerjaan sebaik mungkin. Aku bisa menambahkan lebih banyak uang asalkan mulutmu tertutup rapat."

Pria paruh baya berjaket biru tua mengangguk senang, memegang cek di tangannya hati-hati. Hidup indahnya akan di mulai sebentar lagi.

Pria itu mengeluarkan kotak dari dalam tas, kemudian menyerahkannya tepat di depan Lim Yujin, "Hal yang di perlukan ada di sana. Aku berjanji akan menutup mulut, aku berencana pergi dari Ibu kota dan pergi ke Pulau Jeju besok."

"Bagus. Kau bisa pergi kalau begitu."

Mereka berdua berpisah di belokan gang yang berbeda. Lim Yujin mengambil benda di dalam kotak, lalu membuang kotak wadah ke selokan besar kering di dekat kakinya.

Rencana kedua telah di mulai.

"Tuan Muda pasti senang," ujarnya lega. Kemarahan Tuan Muda adalah sesuatu yang tidak bisa dia tanggung sama sekali. Dan obat paling ampuh untuk meredakan emosi Tuan Muda tidak lain dan hanya satu-satunya yaitu Chou Tzuyu.

Semua hal berbau Chou Tzuyu sering meningkatkan emosi Tuan Muda menjadi lebih damai dan bahagia.

Lim Yujin perlu bergerak secepat mungkin mendapatkan Chou Tzuyu demi Tuan Muda. Agar hidupnya bisa lebih baik lagi, dia belum ingin mati muda bahkan sebelum dia mempunyai seorang kekasih di usia lebih dari dua puluh lima tahun!


























🦋🦋🦋
.
.
.
.
.
.
.
.

Vote, comment, and share ya. Bisa follow akun aku untuk cek novel-novel lain✨🎀 Thank Youuu🪄

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang