#S.3 - Bab 45

81 4 2
                                    

"Kondisinya sudah lebih baik?" Suara Nangong Lie datang menginterupsi ruangan sunyi tersebut. Gadis di dalam kamar hanya mengangguk ringan. Pria itu menaruh kantung plastik berisi cemilan dan susu berasa favorit Kim Tzuyu. Keduanya duduk bersama di sofa ruangan, tidak ada yang memulai pembicaraan.

Pada akhirnya harus Nangong Lie sebagai pihak pertama yang memulai percakapan seperti biasa, "Oh ya, aku dengar kakak ipar punya cabang baru untuk toko kue?"

"Benar. Dan tidak perlu memanggil saya kakak ipar, anda bisa memanggil nama saya dengan santai, bagaimanapun juga anda lebih dewasa," sahut Tzuyu sembari menahan kegugupan. Ia sedikit bergeser ke bagian pojok karena merasa keduanya terlalu dekat. Jantungnya sama sekali tidak aman.

Dan pergerakan kecilnya tentu saja terlihat oleh Nangong Lie, "Tapi aku sudah terbiasa memanggilmu seperti itu, jangan lupa makan camilan yang aku bawakan, kepala pelayan bilang kamu sering begadang untuk mengurus manusia uang di sana."

"Um, terima kasih banyak. Anu ... kamu tidak pergi bekerja? Ini bukan hari libur?"

Lie mengangkat kedua bahu apatis, salah satu matanya berkedip nakal yang mana sudah biasa dia lakukan sehari-hari, "Aku adalah boss, sesukaku untuk masuk dihari apa saja. Masih ada sekretaris kompeten dan Ayah di sana, aku hanya perlu bersantai-santai."

Kim Tzuyu terkekeh kecil, suasana canggung diawal kini sepenuhnya mencair karena Nangong Lie sangat ramah dan pandai berbicara. Sayang sekali sifat ramahnya itu berlaku untuk semua orang, bukan hanya pada dirinya sendiri.

"Baiklah jika menurutmu begitu. Sudah makan siang? Aku akan memasak untukmu."

"Benarkah?"

"Eh? Ya? Tentu saja. Memang kenapa?"

Tzuyu terkaget setelah Nangong Lie tiba-tiba mendekatinya dengan tatapan mata anak anjing. Ini agak membebani detak jantungnya. Sangat sulit untuk di atasi.

"Selama ini, Kim Taehyung melarangku memakan makanan yang dimasak oleh kakak ipar, jadi sangat menyenangkan untuk bisa makan masakanmu sekarang! Haha, pria itu pasti akan mengamuk jika aku tahu bahwa aku mencuri kesempatan dalam kesempitan!" Jari Nangong Lie menunjuk Kim Taehyung yang berbaring di ranjang. Tertawa bahagia seperti bocah nakal.

Nahas, tawa nakalnya tidak berlangsung lama ketika sebuah suara lain ikut menimpali dengan intonasi rendahnya yang menakutkan, "Bocah, keberanian siapa yang sudah kamu curi sebelum datang kemari?"

Tzuyu dan Lie terkejut oleh bangunnya Kim Taehyung setelah dua hari berlalu.

"Bagian mana yang terasa sakit? Ingin saya panggilkan Dokter sekarang?" Tzuyu bertanya hati-hati dari samping ranjang. Jemarinya memeriksa suhu kening dan leher suaminya, masih hangat, tapi tidak sepanas kemarin. "Suhu tubuh anda sudah membaik."

Kim Taehyung diam, menikmati setiap sentuhan halus jemari mungil yang menelurusi kulit kening serta kulit lehernya penuh kehati-hatian seolah takut dia akan rusak hanya dengan setuhan seringan kapas itu. Kim Taehyung berdehem sebentar sebagai respon untuk Tzuyu, kemudian beralih menatap Nangong Lie.

Aura permusuhannya sangat kental dan kentara, bercampur niat untuk membunuh pihak lain.

Selama pingsan, Kim Taehyung mendapatkan memori-memori dari dirinya yang lain dari dunia ini. Rasanya aneh sekaligus menakjubkan. Tuhan sungguh mendengarkannya dan memberikan kesempatan kedua.

Tetapi, setiap pemberian tidak akan didapatnya dengan mudah. Hubungannya dengan Chou Tzuyu di masa ini bisa dibilang sangat nol sebagai pasangan suami istri bertahun-tahun. Tidak ada skin-ship kecuali berpegangan tangan dan satu ciuman disaat hari pernikahan.

Paman, Jangan Terobsesi Padaku! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang