Melihat hadyan yang tengah duduk sendirian di kantin membuat aruna berinisiatif untuk duduk di meja yang sama. Hari ini Raina tidak pergi ke sekolah karena tiba-tiba saja kemarin malam Raina demam. Aruna duduk di depan hadyan."Hadyan, lo belum jawab pertanyaan gue kemarin. Malvin sekolah dimana?." Tanya Aruna, kemarin hadyan tetap tidak menjawab pertanyaan Aruna walau aruna sudah beberapa kali mengirimkan pesan.
"Ntar juga lo tau sendiri."
"Hah? Maksud lo?."
"Gue numpang duduk, bangku yg lain full." Malvin tiba-tiba duduk di samping aruna yang bahkan beberapa detik yang lalu ia bahas bersama hadyan.
"I—iya." Mungkin hadyan sudah terbakar api cemburu hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan kantin. Namun aruna masih fokus ke arah Malvin yang kini sedang sibuk memasukan sesuap demi sesuap nasi ke dalam mulutnya.
"By the way, lo sekolah disini ya?." Aruna mencoba membuka pembicaraan.
"Hmm.."
"Jurusan apa?."
"IPA."
"Wah hebat.."
"Kenapa?" Pandangan malvin kini terarah kepada Aruna.
"M—maksudnya?."
"Kenapa kalo jurusan IPA itu hebat? Jurusan IPS juga hebat. Kita sama sama hebat, kenapa? Apa yang buat beda?."
"Kalo IPA gak belajar tentang sosiologi, geografi kalo IPS gak belajar tentang fisika, kimia, biologi. Iya kan?."
"Tapi percaya gak percaya, anak dari jurusan IPA dan IPS nanti bakal jadi orang orang sukses, kalo dia tekun dan punya tekad."
"Emang lo mau lanjut kemana habis ini?." Tanya Aruna penasaran.
"Gue mau coba cari beasiswa."
"Kemana?."
"Di Stanford university."
Jawaban Malvin membuat Aruna tercengang, apakah Malvin sepandai itu hingga bertekad untuk mencari beasiswa ke luar negeri.
"Kalo lo? Mau lanjut kemana?." Kini giliran Malvin yang bertanya kepada aruna.
"Gue masih bingung, entahlah gue bakal jadi apa."
"Lo bakal jadi orang sukses." Ucap Malvin sembari mengacak rambut aruna lembut, membuat si pemilik langsung membeku. Pasalnya sekarang Malvin untuk pertama kali nya tersenyum kepada aruna.
Aruna dan Bandung
Melihat Aruna dan juga Malvin saling tersenyum semakin membuat mood hadyan turun. Sebenarnya hadyan belum pergi dari kantin, dia hanya menjauh untuk memantau apa yang Malvin dan Aruna bicarakan, pilihan yang salah untuk hadyan tetap di kantin saat ini. Hadyan langsung pergi ke dalam kelas nya dengan wajah yang begitu kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna dan Bandung✔️
Teen Fiction"Jomblo? Kalo iya, gue boleh daftar?." "Daftar?" "Iya daftar jadi ayah dari anak anak lo nanti."