Song: Afgan - Untukmu aku bertahan"Apa?! Serius!? Hadyan tau kita backstreet?!." Kini Aruna dan naren bertemu di roof top sekolah tempat biasa mereka bertemu.
"Iya ren.. parah nya Hadyan kena penyakit kanker otak stadium 3."
"H-hadyan sakit?." Aruna menjawab pertanyaan naren dengan anggukan kecil.
"Dia minta aku selalu ada sama dia."
Mendengar ucapan Aruna membuat naren terdiam dan menunduk.
"Kamu mau kita putus aja?." Tanya naren yang berhasil membuat Aruna menatap nya bingung.
"Maksud kamu?."
"Hadyan mau kamu di samping nya, artinya dia mau kamu selalu sama dia, dan dia mau.." naren menatap aruna.
"Kamu jadi pacar dia."
"Tapi aku gak mau." Tegas aruna.
"Aku gak mau ren, aku udah terlanjur sayang sama kamu."
"Emang kamu mau kehilangan hadyan, kayak kamu kehilangan Jovan?." Tanya naren kepada aruna.
"Beda cerita ren, aku terpukul kehilangan Jovan karena aku cinta sama dia, sedangkan aku ke hadyan gak ada perasaan apa apa, sekarang hati aku itu kamu. Aku jahat, emang jahat."
"Jadi hadyan friendzone?."
Aruna terdiam tidak menjawab ucapan hadyan.
Tiba-tiba di tengah keheningan mereka ponsel Aruna berbunyi.
"Siapa run?."
"Nomer gak di kenal."
"Angkat aja siapa tau penting."
"Aku gak biasa angkat nomer asing."
"Angkat run.." ucap naren lembut membuat Aruna mau tidak mau mengangguk dan mengangkat telfon nya
"Ha-"
"TEH ARUN!! TEH ARUN!! TOLONG!!! BANG HADYAN!!! TEH ARUN!!."
"I-ini siapa? Ha-hadyan kenapa?."
"Ini aku Windi teh, adik hadyan, teh Aruna bang hadyan masuk ICU, bang hadyan tadi pagi drop lagi, Windi takut please ke rumah sakit."
"I-iya sekarang aku kesana." Aruna langsung memutuskan sambungan telfon nya dan menatap naren panik
"Aruna Aruna, ini kenapa? Siapa?." Tanya naren panik.
"Hadyan masuk rumah sakit karena drop lagi."
"Aruna kita harus ke rumah sakit!." Aruna mengangguk dan naren segera menarik tangan Aruna untuk berlari menuju ke parkiran.
Aruna dan Bandung
"Pak.. buk.. saya tidak bisa memastikan sampai kapan hadyan akan bertahan. Namun yang bisa saya sampaikan kalian sekeluarga harus bersiap siap mulai sekarang." Ucapan dokter itu seketika membuat semua keluarga hadyan menangis, termasuk Aruna yang kini tengah di tenangkan oleh naren.
"Sampai kapan lagi dok anak saya bisa bertahan?", Tanya papa dari Hadyan.
"Paling lama itu pun 1 bulan pak. "
"Bang hadyan.." tangis windi yang kini tengah di peluk oleh kakak nya, Dion.
"Run, kamu gak papa." Aruna mengangguk namun air mata ia masih terus keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna dan Bandung✔️
Fiksi Remaja"Jomblo? Kalo iya, gue boleh daftar?." "Daftar?" "Iya daftar jadi ayah dari anak anak lo nanti."