Una

354 33 0
                                    


"Ngapain lo kesini?" Tanya hadyan di saat Aruna kini tengah duduk di samping nya, tepat nya sekarang mereka berada di pinggir lapangan basket.

"Udah selesai mata matain Jovan?."

"Jam berapa sekarang?" Tanya Aruna tanpa menghiraukan pertanyaan hadyan.

"Lo kalo mau ma—"

"Ini jam 5 sore, lo udah makan?" Tanya Aruna, kini ia memotong kalimat hadyan.

Hadyan terdiam menatap aruna bingung.

Aruna melirik sekilas ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kiri nya. "Ini udah jam 5 sore, lo belum makan kan? Gue rasa belum, karena habis berantem ayo kita makan dulu." Aruna bangkit dari tempat duduk nya dan kini menatap hadyan.

"Ayo kita makan."

"Aruna lo—"

Aruna langsung menarik tangan hadyan, dan pergi dari area sekolah, aruna mengajak hadyan pergi ke sebuah warung yang terletak di pinggir jalan tidak jauh dari sekolah mereka.

Sesampai di sana Aruna menyuruh hadyan untuk duduk terlebih dahulu.

"Pak, pesan nasi goreng nya dua pake telor ya pak, sama minum nya air putih aja, oh iya pak sama minta es batu nya." Sehabis memesan makanan Aruna duduk di samping hadyan.

Aruna mengeluarkan sebuah pouch yang hadyan tidak tau isi nya apa.

"Lo mau ngapa—"

Tanpa menjawab pertanyaan hadyan Aruna langsung membersihkan wajah hadyan yang dimana disana terdapat banyak darah yang keluar dari kening dan juga ujung bibir nya, tidak lupa banyak luka lebam di wajah nya.

"Akh! Pelan pelan una!! Sakit..." Gerakan aruna terhenti ketika mendengar ucapan hadyan, kini mata mereka bertemu, Aruna menatap dalam ke arah mata hadyan.

"A—apa lo bilang tadi?."

"Una? Lucu kan? Nama gue buat lo, cuma gue yang boleh panggil lo Una." Ucap hadyan membuat Aruna terdiam dan menunduk, namun tidak lama setelah itu ia kembali membersihkan wajah hadyan, dan tiba-tiba sudah ada es batu di meja mereka.

Aruna mengompres pipi hadyan yang lebam dengan es batu itu membuat hadyan merintih.

"Pelan pelan ar, sakit."

Aruna diam namun tetap melakukan kegiatan nya, yaitu mengompres pipi hadyan.

Setelah selesai, Aruna menempel kan sebuah plaster luka di kening hadyan..

"Udah, nanti jangan lupa ganti plaster nya." Aruna memasukan beberapa plaster luka ke dalam kantung saku hadyan.

"Una, lo gak marah ke gue?."

"Buat apa?."

"Ya karena.... Gue... Berantem?."

Aruna kini menatap hadyan tajam.

"Kalo gue marah, apa itu bakal buat lo jadi anak yang baik?."

"Dyan.. kurang lebih 3 bulan lagi gue bakal ninggalin Bandung dan balik ke sekolah gue, Jakarta." Aruna menatap mata hadyan penuh permohonan.

"Gue minta sama lo, rubah sikap lo, umur lo bukan 5 tahun 7 tahun dyan, tapi lo sekarang udah dewasa, 17 tahun."

"Gimana gue bisa berubah kalo gak ada yang support gue?."

"Maksud lo gak ada?."

"Gue butuh seseorang na, seseorang yang selalu ada buat gue."

"Mama lo ad—"

Aruna dan Bandung✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang