Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (26)

2.1K 27 2
                                    

Dalam keadaan yang sudah berubah besar itu, Tapak Bumi menjadi sangat penuh amarah. Di pertempuran dengan Gentong Kayu, ia mengempaskan tenaga dalam tanpa peduli kehancuran di sekeliling. Pepohonan terbakar dan tumbang, pecahan batu pun berserakan di mana-mana.

Menyadari ketangguhan Tapak Bumi, Gentong Kayu pun akhirnya harus mengeluarkan ajian andalan yang diturunkan dari saudaranya Gasing, sang guru. Kembali ia bersiap mengerahkan tenaga dalam. Gentong Kayu mengatur posisi berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu. Napas ditarik cepat dan diembuskan dengan cepat pula. Terlihat otot-otot perut yang bergerak bergelombang mengikuti tarikan napas. Dada pun kembang-kempis. Lalu kedua tangannya yang terkepal, ditinjukan ke depan berulang-ulang bergantian.

Demikian juga dengan Tapak Bumi yang bersiap-siap menyerang Gentong Kayu kembali. Ia membuka kedua kaki sejajar bahu. Napas ditarik dalam-dalam sambil mengangkat kedua tangan ke atas. Telapak tangan dikepal dan ditinjukan ke kanan kiri berlawanan.

Di saat pengerahan ajian andalannya itu, hawa panas mulai kembali merasuki kulit dan tulang Gentong Kayu. Perlahan, ia menekukkan kaki dengan kedua tangan terkepal di samping pinggang. Satu tangan dengan cepat naik ke atas dan diputarkan. Bersamaan dengan itu, diputarkan pula satu tangan yang lain mengempas ke depan. 

Sambil berlari ke arah Tapak Bumi, dengan cepat Gentong Kayu mengempaskan tenaga dalam dari tangan yang ditinjukan ke depan bergantian. Keluar sebuah tenaga berupa angin berapi yang menghantam kuat sekali bersamaan dengan teriakan.

"Ajian Angin Gebrak Empat Arah!"

Sementara kedua tangan Tapak Bumi yang terkepal itu disilangkan dari atas ke bawah sambil menarik dan menahan napas dengan cepat. Perlahan-lahan kedua tangan yang dikepalkan itu, saat disilangkan berubah menjadi bara api yang memerah. Tubuh besar Tapak Bumi berdiri maju, menghantamkan kedua tinju ke arah depan bergantian. Perlahan, kedua tangan yang berubah menjadi bara api itu menjadi kobaran yang besar.

Melihat Gentong Kayu yang menyerang, Tapak Bumi pun berlari ke arahnya sambil mengempaskan tenaga dalam dengan tinju yang bergantian. Besarnya tenaga dalam yang akan dikeluarkan, menyebabkan tubuh Tapak Bumi bagai diselimuti api saat berlari. Bahkan suara teriakan pun menggelegar saat meneriakkan nama ajian andalannya.

"Ajian Tinju Wana Geni!"

Duaaar!

Duaaar!

Duaaar!

Duaaar!

Bunyi ledakan beruntun akibat benturan dua tenaga dalam berkekuatan tinggi yang berulang kali ditinjukan, sungguh dahsyat. Tanah tempat pertemuan benturan tenaga dalam yang dikeluarkan Tapak Bumi dan Gentong Kayu pun, melesak masuk berbentuk lingkaran. Hempasannya berupa angin panas yang bergetar merangsek semua di sekeliling.

Semburan angin panas yang menghantam, terempas pula ke kanan kiri. Mengenai pepohonan yang berakibat patah dan tumbang terbakar. Batu dan tanah terhambur ke udara. Orang-orang yang berada di sekitar pertempuran, terlempar jatuh bergulingan. Mereka yang tidak sanggup menahan tekanan hempasan, memuntahkan darah dari mulut.


---


BATANINDO, militer-polisi, pihak Istana Negara dan undangan memenuhi area uji coba fusi nuklir yang pertama di Lembah Grambung. Daerah di timur Indonesia itu, menjadi tempat yang dipilih karena aman dari dampak yang akan ditimbulkan. Dengan kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan terakhir antara pihak Istana Negara, Tyas, Profesor Santo, Jenderal Sandika dan pihak BATANINDO sendiri, Pusat Teknologi dan Laboratorium Reaktor Nuklir (PTLRN) BATANINDO Jakarta melakukan uji coba fusi nuklir bersamaan dengan fasilitas Grambung. Kini kedua fasilitas itu sedang bersiap-siap mengadakan uji coba.

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang