Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (53)

960 19 0
                                    

Menjelang siang, kendaraan dari berbagai perusahaan media massa mulai ramai berdatangan ke instalasi nuklir Lembah Grambung. Perusahaan TV membawa perangkat untuk siaran langsung di dalam kendaraan operasional yang dibawa. Ada antena parabola yang dipasang di atas mobil dan di sekitar para peliput yang akan mengadakan siaran langsung. Melihat situasi yang mulai ramai, para personil militer yang bertugas di pintu masuk, membuat antrian. Personil militer yang berjaga di meja dekat pintu masuk itu memeriksa tas dan perlengkapan yang dibawa serta menahan kartu tanda pengenal jurnalis yang ingin masuk. Katanya hingga acara selesai nanti, mereka akan mengembalikan kartu tanda pengenal para awak media itu.

Sementara di gedung masuk instalasi nuklir Lembah Grambung yang luasnya seperti hall itu, telah disediakan sebuah mimbar dan beberapa microphone yang ditegakkan di sebelahnya. Latar belakang dengan poster besar bergambar instalasi nuklir Lembah Grambung, memberi kesan pertemuan hari itu akan berjalan tidak formal. Namun, personil militer bersenjata lengkap tetap bersiaga.

Namun bertambah ramainya para awak media yang datang, membuat personil militer yang bertugas di pintu masuk untuk memeriksa kartu tanda pengenal mulai kewalahan. Komandan Distrik Militer dengan cekatan memerintahkan prosedur keamanan. Kartu tanda pengenal para awak media itu tidak ditahan tetapi harus di-copy di dalam mesin penyimpan data. Di antara mereka yang berjajar antri itu, si perempuan berambut lurus yang panjang yang menyamar sebagai jurnalis, perlahan maju. Ia terus menggerak-gerakkan kartu tanda pengenal yang terpasang di dada, ke kanan dan kiri seraya merapikan kemeja yang terbalut blazer. Kaca mata yang dipakai sesekali dilepas sambil memutar badan, kemudian dipasang lagi. Hingga tibalah gilirannya.

Tas yang dibawa diletakkan di meja. Kartu tanda pengenal pers pun dilepas dan diserahkan ke personil militer yang bertugas di meja depan pintu masuk. Begitu diterima, kartu itu didekatkan ke sebuah mesin pemindai selama beberapa saat. Muncul gambar kartu identitas si perempuan di mesin pemindai, dengan cepat ia bertanya ke si personil militer untuk mengalihkan perhatian ke layar.

"Ada ruang untuk buang air kecil, Pak?"

Suara yang terdengar lembut itu, membuat si personil militer langsung menoleh ke arah si perempuan. Melihat senyum di bibir merahnya, dengan cepat ditunjukkan di mana ruang untuk buang air kecil. Gambar kartu identitas di layar mesin pemindai menghilang, si perempuan pun dengan gaya terburu-buru, menadahkan tangan untuk meminta kartu identitasnya kembali.

Sambil berjalan ke arah ruang untuk buang air kecil, si perempuan memasang kembali kartu identitas pers di dada. Wajahnya tetap seperti memandang lurus ke depan tetapi bola mata melirik ke kanan kiri dengan cepat. Begitu tulisan restroom di dinding salah satu sudut gedung masuk yang seluas hall itu terlihat, si perempuan masuk dan kembali ke luar.


---


Mobil mini van hitam yang diparkirkan dengan kepala yang mengarah ke pintu gedung masuk, dari jauh terlihat seperti tidak ada penumpang di dalamnya. Namun kedua orang unit khusus sabotase, ternyata sedang sibuk bekerja. Pengemudi mengencangkan ikatan tabung-tabung hidrogen cair ke besi-besi kursi. Sementara laki-laki yang mengatur operasional misi, memerhatikan layar yang menampilkan gambar yang diambil dari kamera teman perempuan mereka yang menyamar sebagai jurnalis.

"Ada banyak pintu di ruangan luas itu. Kita tidak tahu pintu yang mana ke arah laboratorium. Artinya, begitu si jurnalis telah menyandera orang BATANINDO itu, kita harus bawa masuk mobil mini van hitam ini ke dalam. Terus kita ke luar mobil, berkumpul dengan si jurnalis sambil membawa remote. Tujuan, ke ruang laboratorium untuk mengancam meledakkan atau membebaskan Komandan."

Si laki-laki pengatur operasional misi mematangkan lagi rencana. Pengemudi yang telah selesai mengencangkan ikatan tabung hidrogen cair, memerhatikan jarinya yang menunjuk di layar komputer.

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang