"Hai, Tyas. Masuk siang nih?"
Sesaat setelah keluar dari mobil di halaman parkir gedung BATANINDO, seorang teman menyapa sambil bertanya. Tyas mengangkat kepala untuk mencari asal suara. Setelah menoleh ke kanan-kiri, ia akhirnya memandang ke seseorang yang sedang berjalan. Dengan tersenyum, dipandangi orang yang menyapa tadi sambil menguncikan pintu mobil.
"Sebenarnya aku lagi ambil cuti tapi berhubung tim sedang ada jadwal uji coba di laboratorium, aku ke sini pengen tau perkembangannya," sahut Tyas.
Untuk memastikan pintu mobil telah terkunci, ia menarik handle. Lalu sambil berjalan menuju gedung BATANINDO, ia menoleh kembali ke arah teman yang bertanya tadi. Udara siang itu sangat terik. Perempuan yang lalu-lalang di areal parkir, membawa payung untuk menghindari panas. Demikian juga dengan teman Tyas yang menyapa itu.
"Kamu sendiri mau ke mana?"
Tyas menoleh sambil bertanya saat berjalan masuk ke dalam gedung. Sementara temannya itu berjalan dengan membawa payung ke arah sebuah mobil di parkiran.
"Ada undangan pertemuan dengan Deputi Menristek hari ini. Aku mau ke sana dulu."
Temannya yang memanggil tadi sudah mendekati mobil yang akan dimasuki. Ia menjawab setengah berteriak. Sebelum masuk, sambil melambaikan tangan ke arah Tyas.
"Bye, Tyas!"
Siang itu udara memang terasa sangat menyengat di Jakarta. Masyarakat seperti tanpa memedulikan cuaca yang sangat menyengat. Tetap beraktivitas seperti biasa. Jalan terlihat ramai. Lalu-lintas jalan tetap semrawut. Macet pun masih di mana-mana.
Tyas meneruskan langkah masuk ke dalam gedung Batanindo. Di dalam, sejuknya AC yang berembus, langsung membuatnya berhenti berjalan dan memejamkan mata sesaat. Blazer yang dikenakan, dibuka satu kancing di atas dan ia pun melangkah ke arah mesin pemeriksaaan kehadiran.
Tyas berhenti di depan mesin pemeriksaan itu. Kedua tangan direntangkan untuk diperiksa petugas security yang berjaga. Tas yang dibawa diletakkannya di sebuah mesin pemindai berjalan. Setelah diperiksa petugas, Tyas meneruskan langkah hingga ke ujung, untuk mengambil tas kembali.
Setelah ke luar dari pos pemeriksaan, Tyas berjalan masuk ke lift, menuju sebuah ruangan di lantai empat. Suasana pun terlihat lengang di lorong gedung menuju ruangannya itu.
"Selamat siang, Pak. Di mana tim yang lain?"
Tyas bertanya kepada seorang staf yang sedang duduk di depan komputer. Ruangan yang ia masuki itu terlihat kosong.
"Mereka semua sedang di laboratorium, Tyas. Coba liat di sana."
Orang yang Tyas tanya, mengangkat kepala. Tangannya menunjuk ke luar ruangan. Lalu, mata kembali terlihat serius mencermati layar komputer. Tanpa bertanya lebih lanjut, Tyas melambaikan tangan dan membalikkan badan. Ia pun kemudian berjalan ke luar.
---
Di Gedung Pusat Teknologi dan Laboratorium Reaktor Nuklir (PTLRN) BATANINDO inilah Tyas bekerja. Bersama dengan staf yang sebagian besar laki-laki, Tyas harus mampu mengimbangi ethos kerja kaum adam yang tak mengenal jam kerja di laboratorium. Bersyukur Tyas mendapat cuti untuk dapat berleha-leha sesaat. Namun ternyata hari itu, Tyas malah memilih mengunjungi tempat kerjanya.
Di salah satu lorong dalam gedung, dari kejauhan terlihat beberapa teman satu tim sedang berdiri di depan kaca pintu sebuah ruangan. Mereka berdiri memerhatikan dari luar. Dari dalam ruangan itu terlihat cahaya yang berkelebat memancar berulang-ulang. Penasaran dengan apa yang dilihatnya, Tyas mempercepat jalan.
Di dalam ruang Fasilitas Uji Tarik itu, uji coba yang dilakukan oleh teman-teman satu tim memperkuat thesis penelitian yang diajukan oleh Tyas. Pemecahan material nuklir dapat menghasilkan suatu fusi energi yang sangat besar. Di mana material nuklir yang dipecah itu akan dipindah ke dalam suatu ruang tanpa gravitasi dan tarikan massa, sehingga didapat materi yang tidak terpecahkan lagi tetapi inti. Hanya dengan mediasi sebuah energi bertenaga besarlah, pemecahan material nuklir itu dapat terjadi. Namun menurut thesis yang diajukan Tyas, hasil pemecahan material nuklir itu dapat dipindahkan ke dalam sebuah ruang hampa udara yang bebas massa dan gravitasi agar dapat lepas dari ikatan inti.
Hasil pemecahan material nuklir itu adalah sebuah energi yang berkekuatan maha dahsyat sehingga Tyas dan beberapa teman satu tim hanya dapat menyaksikan pemecahan material nuklir dengan mediasi sebuah sinar laser berkekuatan tinggi, dari balik kaca pintu. Teman satu timnya itu pun memakai pakaian perlindungan diri lengkap.
"Bagaimana hasilnya?"
Tyas yang penasaran, bertanya kepada salah satu teman satu tim yang berdiri di depan pintu kaca. Mereka masing-masing mengenakan kacamata yang dapat meredam kilatan cahaya dari proses fusi nuklir tersebut.
"Eh, Tyas! Kamu harus pakai kacamata!" seru teman yang ditanya tadi.
Ditariknya tubuh Tyas menghindari kaca pintu. Teman lain satu tim yang mendengar suara Tyas, menoleh dan mengernyit memandangnya yang tidak mengenakan kacamata.
"Oh iya. Aku baru nyampe. Gak sempat ambil kacamata tadi."
Tyas terdorong memalingkan tubuh ke balik tembok. Ia bersandar di dinding samping pintu kaca.
"Belum ada hasil, Tyas. Sampai sejauh ini, belum ada hasil," jawab temannya itu kemudian.
Setelah bicara, ia kembali melihat ke pintu kaca. Namun, Tyas tetap menyandarkan tubuh ke dinding.
"Oh ...."
Tyas berucap seperti mengeluh. Temannya yang mendengar suara itu, menoleh ke arah Tyas.
"Thesis kita ini akan berhasil. Aku setuju dengan pemikiran kamu," kata temannya itu lagi.
"Kita hanya belum tahu bagaimana caranya. Namun, teknisnya seperti yang kamu sebutkan di dalam thesis, itu sudah benar."
Lanjut katanya kemudian, terdengar meyakinkan Tyas. Dari dalam ruangan itu kembali terlihat sinar berkelebat keluar. Sangat menyilaukan dan sangat cepat. Teman-temannya yang lain masih mengamati ke dalam dari balik kaca pintu.
"Kamu kan ambil cuti? Kenapa kerja?" tanya temannya itu lagi.
"Aku mau lihat perkembangan proyek kita," kata Tyas sambil tersenyum malu-malu.
"Ah, kamu. Workaholik ya? Presiden akan bangga dengan kamu kalau proyek ini berhasil," kata temannya itu.
Sambil tersenyum Tyas menganggukkan kepala.
---
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)
Historical FictionTapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa --- Di masa lalu, Tapak Bumi hidup di masa akhir Kerajaan Singhasari dan pra-Kerajaan Majapahit. Kematian Prabu Shri Maharajadiraja Kertanagara akibat pemberontakan Jayakatwang sangat menyakitkan hati Dyah...