Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (39)

1.4K 24 6
                                    

Setelah seharian mengarungi samudera, cuaca yang cerah kini berubah menjadi mendung. Di langit, awan yang membawa air hujan tampak bergerak cepat menggantikan terang cahaya matahari. Ombak menjadi bergulung-gulung naik-turun karena dorongan angin laut yang kuat itu. Gelombang ombak besar itu datang bergerak ke arah Tapak Bumi. Ia berdiri menunggu di batang kayu yang menjadi pijakan agar tetap mengapung di laut. Dilihatnya ujung ke ujung hanya laut. Saat gelombang ombak yang meninggi datang, maka bagian lain air laut itu akan menurun.

"Belum ada tanda-tanda daratan."

Tapak Bumi bergumam. Lalu, ia mulai bersiap menghadapi gulungan ombak naik yang diikuti batang kayu yang dipijaknya. Namun, kali ini ia tidak hendak mengeluarkan tenaga dalam. Tapak Bumi hanya merundukkan tubuh dan menekukkan kedua kaki. Dengan kedua tangan yang terulur ke bawah pinggang kanan-kiri, ia berdiam menunggu datangnya gulungan ombak di depan.

Byuuur!

Batang kayu pijakan Tapak Bumi ikut naik di punggung ombak dan mengempas jatuh. Deburan air laut membuncah menyirami tapi Tapak Bumi menyeimbangkan tubuh dengan terus merunduk. Kedua kaki yang ditekuk seakan menancap di batang kayu itu. Sesaat, batang kayu bergerak mengikuti ombak laut saja. Sambil menenangkan diri, Tapak Bumi menegakkan tubuh untuk melihat keadaan laut.

Saat dilihatnya di depan ada lagi segulungan ombak datang, Tapak Bumi kembali merunduk dengan kedua kaki yang ditekuk. Dengan kedua tangan yang diluruskan ke bawah di samping pinggang, ia juga kembali menyeimbangkan tubuh saat batang kayu menaiki punggung ombak dan mengempas jatuh.

Tapak Bumi mendongak ke langit. Lalu, ia melihat ke seluruh penjuru mata angin. Tampak awan yang bergerak cepat itu mengarah ke timur. Angin yang berembus kencang dari atas, menyebabkan ombak terdorong untuk bergulung ke arah timur. Perlahan Tapak Bumi membalikkan tubuh. Napas ditarik panjang dengan kedua telapak tangan terbuka yang naik hingga sebatas dada. Lalu, dengan cepat Tapak Bumi menyilangkan kedua telapak tangan sambil mengembuskan napas cepat.

"Heaaa!"

Bersamaan dengan kedua telapak tangannya yang dikibaskan ke kanan dan kiri, Tapak Bumi mengempaskan dorongan angin panas yang melajukan batang kayu itu. Kini, ia berbalik dari arah yang semula mengikuti gelombang ombak laut.


---


Di perairan selatan antara Bali dan Nusa Tenggara Barat, sebuah helikopter NBell 412 TNI Angkatan Darat, baru saja lepas landas dari KRI Teluk Youtefa-522.  Kapal yang dalam tugas latihan operasi pendaratan dan penerbangan helikopter dari jarak jauh itu, mengangkut sejumlah prajurit dan mesin perang. Setelah melewati gelombang ombak akibat perubahan cuaca yang mendadak, perintah lepas landas baru diberikan.

Di dalam helikopter yang dilengkapi dengan Single Pilot IFR, para prajurit yang diangkut hanya mengikuti instruksi untuk ke luar. Para prajurit yang diangkut hanya perlu bersiap saat diperintahkan. Tidak direpotkan dengan situasi cuaca lagi, penerbangan helikopter pun langsung menuju daratan terdekat. Namun di tengah penerbangan yang masih di lautan itu, seorang prajurit yang duduk di pintu helikopter, meneriakkan sesuatu.

"Ada orang berselancar di tengah laut! Gila!"

Tentu saja teriakan itu mengagetkan seluruh prajurit di dalam helikopter. Mereka beringsut dari duduk mendekati jendela untuk melihat. Pilot pun langsung menolehkan kepala ke kanan kiri untuk mencari orang yang dimaksud itu.

"Arah barat, Letnan!"

Kepala sang pilot helikopter langsung menoleh ke arah kiri begitu diberitahu sang prajurit yang melihat pertama kali. Tampak di bawah, di perairan lepas, Tapak Bumi yang berpijak di sebatang kayu melaju dengan dorongan tenaga dalam yang dikeluarkannya. Begitu terlihat, dengan cepat helikopter ditukikkan ke bawah. Para prajurit sontak berpegangan erat.

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang