Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (42)

1.3K 21 2
                                    

Di Jakarta setelah Jenderal Sandika sendiri yang berbicara langsung, Tapak Bumi akhirnya bersedia diperiksa secara medis untuk mengetahui kesehatan dan kekuatan yang dimiliki. Tyas bersama sang Jenderal yang menemani. Berbagai alat pun dipasangkan ke tubuh sang pendekar Singhasari. Pada awalnya terlihat bingung dengan perlakuan yang diterima. Namun demi dilihat Tyas dan Jenderal Sandika masih ada di dalam ruangan, ia kembali tenang.

Para dokter yang memeriksa terdiri dari para ahli di bidang saraf dan jantung, internis dan bahkan ahli di bidang endokrinologi. Mereka berkumpul di ruangan periksa tersebut membicarakan mekanisme pemeriksaan. Saat semua sudah dipasangkan oleh para asisten dokter, bersama Tyas Jenderal Sandika menghampiri tempat Tapak Bumi dibaringkan.

"Nuwun sewu kita tilaraken Kisanak wonten Lembah Grambung. Wonten ingkang kedados wonten ngriki sami kados ingkang kedados kalih Kisanak wonten ngrika. Menika pamriksan kesarasan nglajengaken ingkang kala-wingi dipuntindakaken. Keleresan kepanggih lan Kisanak ingkang asalipun saking masa Singhasari kalih kedigjayaan ingkang mboten kekawonaken, kita dados putra wayah leluhur kajeng sumerep lan nyinaoni. Kasaktian Kisanak ingkang mengarungi seganten, kados ngendika para prajurit, luar biasa sanget."

Tapak Bumi yang duduk di kursi panjang dengan punggung yang hampir terbaring, tersenyum lebar mendengar kata-kata Jenderal Sandika. Dipandangi Tyas yang berdiri diam memerhatikan sambil tersenyum. Dilirik ke kedua tangannya yang dipasangi alat-alat. Lalu, ditelisik ke mana arah kabel alat-alat yang dipasang itu. Tersambung ke perangkat yang diletakkan pada sebuah meja, Tapak Bumi mengernyit. Ia kemudian melirik ke sebelah kanan di mana ada sebuah meja dengan layar-layar yang menampilkan gambar-gambar bergerak. Jenderal Sandika yang mengetahui Tapak Bumi seperti penasaran, mulai menjelaskan.

"Pinten-pinten pirantos menika inggih menika karya putra wayah leluhur. Piyambakipun," kata Jenderal Sandika sambil menunjuk ke para dokter yang sedang membahas mekanisme pemeriksaan, kemudian katanya, "sedaya inggih menika putra wayah leluhur. Kita ngembangaken menika kangge kamajenganing bangsa."

Mendengar itu, Tapak Bumi membelalak. Ia ternganga. Hanya menoleh ke kanan kiri lagi, tanpa bicara.

"Kaliyan pirantos-pirantos menika, saged dipun ngertosi kawontenan salira Kisanak. Piyambakipun," kata Jenderal Sandika lagi sambil menunjuk ke para dokter lalu, katanya, "sedaya sumerep saking gambar-gambar wonten ngriku."

Mata Tapak Bumi mengikuti ke mana arah jari Jenderal Sandika menunjuk. Ia kembali memandangi berbagai layar di sebelah kanan. Tampak Tapak Bumi tercengang. Sambil memandangi, kepalanya menggeleng-geleng pelan.

"Menika adi luhung karya, Kisanak," kata Tapak Bumi.

Lalu sambil memperbaiki posisi duduk, kembali ia berkata, "Kula sumerep jung ageng lan capung ageng ingkang mabur wonten seganten, wonten ngajenging kula. Kula kaget. Amargi mboten ngertos capung punapa puniku, mila kula medalaken tenaga lebet."

Tyas dan Jenderal Sandika terkikih mendengar cerita Tapak Bumi. Sesaat ia memalingkan muka, untuk melihat kesiapan para dokter. Begitu tahu belum ada tanda-tanda akan dimulai, sang Jenderal meneruskan pembicaraan dengan Tapak Bumi.

"Putra wayah leluhur saged ndamel capung mabur saking tosan. Kisanak dipunbekta mriki ngangge paksi tosan."

Tapak Bumi mengernyit. Ia seperti tidak percaya. Jenderal Sandika yang memahami ketidak-mengertian sang pendekar, hanya tersenyum tanpa mengatakan apa-apa. Sambil menunggu dimulainya pemeriksaan terhadap Tapak Bumi, sang Jenderal sengaja berdiri di samping kursi panjang berbicara dengannya. Sesaat mereka bertiga terdiam seakan merenungi apa yang baru saja dibicarakan.

"Bilih sosok ingkang dados mengsah Kisanak wonten penyerbuan dalem Ingkang Mulia Jayakatwang wonten Kadiri bersekutu kalih tiyang ingkang ngrencanakaken kejahatan kalih bangsa puniki, mboten ajeng saged dilawan. Kejawi Kisanak ngrencangi kita ngajenginipun," kata Jenderal Sandika tiba-tiba.

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang