Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (48)

1.1K 21 0
                                    

Di depan rumah dalam kompleks militer yang ditempati Tapak Bumi, tampak banyak kendaraan diparkir. Pasukan bersenjata lengkap membantu mengatur lalu-lintas sambil menjaga pengamanan karena di sepanjang pinggir jalan juga banyak kendaraan terparkir. Sementara di teras, orang-orang berkumpul sambil melongokkan kepala ke dalam. Mereka bahkan saling berdesakan di pintu dan mengintip di kaca jendela. Alat-alat perekam yang dipegang, diangkat mengarah ke dalam rumah yang juga dipenuhi oleh orang-orang.

Ternyata di ruangan tengah, meja dan kursi telah tersusun rapi, Di pinggir depan meja dideretkan alat-alat perekam. Orang-orang berdiri dan duduk berjongkok menghadap ke meja. Di kursi-kursi yang ada di belakang, Tapak Bumi duduk dengan didampingi Jenderal Sandika Perkasa dan Kepala Kepolisian Negara. Sang pendekar Singhasari terlihat gagah dengan rambut yang digelung ke atas. Kemeja lengan panjang dengan motif batik yang dikenakannya, sengaja dipilih oleh Tyas saat berbelanja untuk keperluan konferensi pers. Tampak juga duduk di kursi belakang meja itu, Tyas dan Kepala BATANINDO.

Rumah fasilitas dinas militer yang diberikan sang Jenderal untuk Tapak Bumi tempati, sedang mengadakan konferensi pers. Siaran langsung saat penggerebekan rumah tersangka yang dituduh kudeta, telah menghebohkan masyarakat. Mereka melihat pertempuran antara pihak militer melawan para peserta pertemuan yang didakan di rumah tersangka itu. Bahkan mereka juga melihat pertempuran antara Tapak Bumi dan Gentong Kayu. Tidak ingin hal itu menjadi polemik, Jenderal Sandika memutuskan segera mengadakan pertemuan untuk pernyataan publik secara mendadak.

"Pihak BATANINDO telah mengadakan konferensi pers tentang insiden kecelakaan saat uji coba fusi nuklir beberapa waktu silam. Untuk kepentingan nasional, karena membicarakan nuklir adalah sebuah isu sensitif, tidak semua yang terjadi waktu itu disampaikan dalam konferensi pers."

Mendengar pernyataan Jenderal Sandika tersebut, orang-orang yang berdiri dan berjongkok di depan meja terdengar bergumam dan bisik-bisik. Sengaja sang Jenderal menghentikan pembicaraan karena suara yang ramai di ruangan itu. Ia duduk tersenyum sambil mengamati mereka. Kepala Kepolisian Negara dan Tyas pun tersenyum melihat reaksi orang-orang itu. Hanya Kepala BATANINDO yang terdiam. Ia yang mengamati reaksi seperti itu, kelihatan mengerti. Sambil duduk bertumpu pada kedua tangan yang dilipat di meja, sang Kepala menoleh ke arah Tyas.

"Sebentar ... sebentar. Biarkan Jenderal Sandika teruskan dahulu. Nanti ada sesi untu tanya jawab."

Cepat-cepat Tyas menengahi suara yang tidak berhenti itu. Ia mendekatkan microphone di depan dan berbicara. Gumaman dan bisik-bisik yang riuh terdengar di antara mereka yang sedang mengikuti konferensi pers, perlahan mereda. Mengetahui itu, Tyas tersenyum dan memandang Jenderal Sandika untuk menyilakan. Sang Jenderal pun balas menganggukkan kepala begitu Tyas mengangguk.

"Baiklah, Teman-teman media. Saya lanjutkan."

Kalimat Jenderal Sandika terputus saat menunduk. Sebuah map yang berisi berkas-berkas bahan konferensi pers, dibuka. Sesaat ia memilih-milih lembaran-lembaran foto yang ada di situ. Lalu, sebuah lembaran foto diambil dan ditunjukkan ke orang-orang.

"Dalam uji soba fusi nuklir yang diadakan oleh BATANINDO di gedung Pusat Teknologi dan Laboratorium Tenaga Nuklir, sebuah mesin yang digunakan untuk menghasilkan laser berkekuatan tinggi guna memecah inti atom, lalu memindahkan ke sebuah ruang hampa udara," kata Jenderal Sandika sambil menunjuk dengan jari ke lembaran foto, kemudian katanya, "ternyata mengalami anomali dalam proses fusinya."

Orang-orang yang jongkok terdekat dengan meja, beringsut maju untuk melihat lembaran foto yang ditunjukkan Jenderal Sandika. Mereka memandang sambil mengernyit seakan-akan mencoba memahami apa yang akan dikatakan sang Jenderal. Beberapa orang yang mendorong karena ingin lebih dekat ke depan, tertahan oleh personil militer yang berjaga.

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang