Duaaar!
Telapak tangan Tapak Bumi dan Gentong Kayu berbenturan. Tenaga dalam mereka saling beradu. Suara ledakan pun terdengar. Getaran dari tenaga dalam yang beradu itu mengempas ke sekeliling. Sontak debu beterbangan menutupi pandangan pasukan militer dan polisi yang berada di sekitar tempat itu.
Setelah telapak tangan Tapak Bumi dan Gentong Kayu bertemu dan kekuatan tenaga dalam mereka beradu, aliran energi yang menyengat langsung menyelubungi dan bergerak dengan cepat ke seluruh tubuh. Sontak mereka berdua masing-masing terdorong ke belakang. Kuatnya aliran energi itu langsung menaikkan denyut jantung sehingga keduanya terhenyak. Sesaat, baik Tapak Bumi atau Gentong Kayu terdiam untuk menenangkan diri.
Namun, Gentong Kayu tidak ingin menyia-nyiakan keadaan. Melihat Tapak Bumi terhenyak dan masih terdiam menenangkan diri sesaat, ia langsung menyerang. Tenaga dalam yang tetap meninggi, dikerahkan dengan menarik napas panjang. Begitu ditahan di perut, kedua telapak tangannya yang terbuka, diarahkan ke Tapak Bumi.
"Heaaa!"
Gentong Kayu berteriak sambil melepaskan tenaga dalam. Dorongan angin panas yang cepat, tidak sempat dielakkan Tapak Bumi. Tubuh terdorong membanting ke dinding tembok pagar sehingga merobohkannya.
Braaak!
Kembali dinding runtuh terhempas tubuh Tapak Bumi yang terdorong oleh tenaga dalam Gentong Kayu. Rambut menutupi wajah dengan kedua kaki yang terangkat dalam reruntuhan menunjukkan betapa kuatnya tenaga dalam sang pendekar Kadiri menghantam lawan. Dari sela mulut Tapak Bumi terlihat mengucurkan darah.
Kembali tidak ingin menyia-nyiakan keadaan, Gentong Kayu terus menyerang. Telapak kedua tangan yang terbuka, diangkat menyilang hingga di depan dada. Lalu, dengan kedua tangan yang menyilang itu, ia berlari ke arah Tapak Bumi.
Menyadari posisinya sedang tidak baik, Tapak Bumi bergegas bangkit berdiri. Bebatuan dinding tembok pagar yang menimpa bahu dan perut, berjatuhan saat ia kembali menaikkan tenaga dalam. Tinju Gentong Kayu yang datang beruntun, dapat pula ia elakkan.
Braaak!
Braaak!
Begitu Tapak Bumi mengelak, hantaman tinju Gentong Kayu meruntuhkan sebagian lagi dinding tembok pagar. Sambil mengelak, sang pendekar Singhasari yang telah menaikkan tenaga dalam, langsung menarik napas panjang. Sambil menahan napas di perut, Tapak Bumi bergulingan di tanah untuk mengelak. Lalu, tubuhnya segera berdiri. Kedua tangan pun langsung diarahkan ke Gentong Kayu.
"Heaaa!"
Kini Gentong Kayu yang tidak sempat mengelak. Ia hanya melihat, Tapak Bumi yang berhasil menghindari serangan, menyerang balik. Hempasan angin panas menyeruak dan menghantam tubuhnya dari samping.
Braaak!
Gentong Kayu terbanting mengempas ke tembok dinding pagar dengan tubuh yang tersuruk masuk ke dalam. Sekali lagi, reruntuhan menjadi semakin banyak. Tembok yang tinggi memanjang mengitari rumah sang Komandan telah hancur di bagian depan, bersama dengan gerbang.
Tapak Bumi kembali menyerang. Ia memukulkan tinju berulang-ulang ke pinggang Gentong Kayu. Hempasan tenaga dalam tinju itu, menembus tubuh sang pendekar Kadiri hingga menghancurkan dinding tembok. Darah pun dimuntahkan dari mulut hingga membasahi reruntuhan.
Melihat pertarungan yang dahsyat itu, pasukan militer dan kepolisian tidak dapat melakukan apa-apa. Sambil berdiri di balik barikade mobil, Jenderal Sandika dan Kepala Kepolisian Negara mengamankan diri mereka dengan perlindungan tameng anti-peluru. Mereka hanya menonton dan menghindar dari bebatuan dinding tembok pagar yang terpental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)
Ficción históricaTapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa --- Di masa lalu, Tapak Bumi hidup di masa akhir Kerajaan Singhasari dan pra-Kerajaan Majapahit. Kematian Prabu Shri Maharajadiraja Kertanagara akibat pemberontakan Jayakatwang sangat menyakitkan hati Dyah...