Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (13)

2.7K 39 17
                                    

"Kalian tidak akan menemukan anak itu. Bunuh aku!" teriak Gasing.

Ia yang jatuh tertelungkup, mencoba bangkit berdiri. Namun, tidak kuat. Lalu, mencoba duduk. Sambil memegangi dada, Gasing menatap tajam ke arah Taring Karang dan Sunting Perindu. Rahang Gasing gemelutuk menyaksikan kedua orang yang telah menjatuhkan dirinya.

Sunting Perindu menahan Taring Karang yang hendak maju mendekati Gasing. Kedua tangan Taring Karang terkepal. Sunting Perindu menggelengkan kepala kepada Taring Karang. Melihat Sunting Perindu bersikap seperti itu, Taring Karang menghentikan langkah. Lalu, Sunting Perindu melangkah mendekati Gasing.

Di saat Sunting Perindu berjalan, Gasing pelan-pelan berdiri. Dengan mata terpejam dan kedua tangan yang dikatupkan di dada, mulut Gasing komat-kamit. Perlahan kedua tangan Gasing yang dikatupkan di dada, bergerak berputar berlawanan. Satu berputar ke atas dan satu berputar ke bawah. Lalu, satu tangan tangan naik ke atas dan tubuhnya diam tidak bergerak.

Sunting Perindu menghentikan langkah. Ia menoleh ke belakang melihat ke arah Taring Karang. Taring Karang memanggil mundur ke tempatnya. Dilihat Gasing sedang mempersiapkan sesuatu.

"KI TONGKAT NAGA!" teriak Gasing dengan kuat.

Tiba-tiba sesuatu melesat kencang dari arah bukit. Seiring dengan itu, ada suara mendesing kencang memekakkan telinga Taring Karang dan Sunting Perindu. Angin pun menderu kencang.

Plak!

Di tangan Gasing kini telah ada sebuah tongkat hitam berkepala naga. Satu tangannya yang ke atas sedang memegang Ki Tongkat Naga. Sebuah pusaka andalan Gasing yang menyebabkan ia dijuluki "Si Pendekar Tongkat".

Taring Karang menganggukkan kepala kepada Sunting Perindu. Keduanya dengan cepat menghimpun tenaga dalam kembali. Tangan mereka bergerak bersamaan. Dengan tinju yang terkepal, Taring Karang dan Sunting Perindu mengeluarkan jurus andalan mereka juga.

Kedua kaki Taring Karang dan Sunting Perindu terbuka selebar bahu. Dengan kaki yang menekuk, kedua tangan mereka bergantian bergerak ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Satu kaki mereka berputar ke depan dan satu tangan mereka dinaikkan. Dengan menarik dan menahan napas, bersamaan serangan baru Gasing, Taring Karang dan Sunting Perindu juga menyerang.

"Hiaaat!"

Gasing berteriak kencang. Sambil memutar badan menghindari tinju Taring Karang, tongkatnya dikibaskan berputar ke arah kepala Taring Karang.

"Heaaa!"

Taring Karang yang mengayunkan tinju, hanya mengenai angin kosong. Hempasan angin yang keluar dari tinju Taring Karang itu menghantam sebuah pohon di belakang Gasing. Hempasan angin dari putaran tongkat Gasing pun hanya mengenai angin kosong. Pohon di belakang Taring Karang juga tumbang terhantam.

"Hiaaat!"

Sunting Perindu yang ikut maju menyerang Gasing, mengayunkan tinju ke arah dada Gasing yang berputar dengan mengayunkan tongkat. Dengan tongkatnya, Gasing menahan tinju itu. Tangan Sunting Perindu bergetar. Tangan Gasing yang memegang tongkat itu pun bergetar.

Setelah berputar mengelakkan serangan Taring Karang dan menahan tinju Sunting Perindu, kembali Gasing mengayunkan tongkatnya ke arah Sunting Perindu sambil melancarkan tendangan ke arah Taring Karang. Ujung tongkat itu mengenai dada Sunting Perindu.

Buuugh!

Telak pukul ujung tongkat Gasing menghantam dada Sunting Perindu. Namun, tendangannya dapat ditahan oleh Taring Karang.

"Ouugh!"

Sunting Perindu terdorong sambil menahan rasa sesak di dada. Taring Karang kemudian maju sambil menendangkan kaki ke arah Gasing. Namun, Gasing dengan sigap mundur dan menjulurkan tongkatnya. Nyaris mengenai kepala Taring Karang.

Di saat Gasing menjulurkan tongkat itu, dengan cepat pula Sunting Perindu kembali menyerang. Tangan kanan dikibaskan. Hantaman tangan kanannya itu tepat mengenai wajah Gasing.

Buuugh!

Gasing terhenyak dengan pukulan itu. Darah muncrat dari mulutnya. Tongkat pun terjatuh. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Taring Karang pun menyerbu Gasing sambil menghantamkan tinju kembali. Gasing yang baru saja terhenyak dengan pukulan Sunting Perindu, tak sempat menghindari pukulan dari Taring Karing.

Buuugh!

Gasing terhuyung-huyung terdorong ke samping. Satu tangannya dengan cepat meraih tanah agar tak terjatuh. Lalu sambil tetap berdiri, Gasing mengangkat satu tangan dan diputarkan ke atas sambil menahan napas. Saat satu tangan yang lain terkepal, kedua kaki Gasing yang terbuka selebar bahu, ditekukkan.

"Ajian Angin Gebrak Timur!" teriak Gasing dengan kuat.

Kedua tangan dihempaskan ke depan. Taring Karang yang ada di depan langsung terhempas. Dadanya remuk. Taring Karang tergeletak tak bergerak di tanah.

Di saat Gasing baru melepaskan tenaga dalam ke arah Taring Karang, sebuah hempasan tenaga dalam lain, kini gantian menghantamnya pula. Sunting Perindu berteriak kencang sambil mengempaskan tenaga dalam dari kedua tangan ke arah Gasing.

"Hiaaat!"

Buuugh!

Tidak sempat menghindar, Gasing terhuyung ke samping.Pukulan Sunting Perindu telak menghantam tubuhnya.

"Bangsaaaaat! Kau bunuh suamiku!" teriak Sunting Perindu.

Dengan amarah yang memuncak, ia mengempaskan tenaga dalam bertubi-tubi. Setelah itu dengan berlari mendekati Gasing, Sunting Perindu berkali-kali mengempaskan kembali tenaga dalam ke arahnya.

Buuugh! Buuugh! Buuugh!

Gasing yang tidak sempat mengelakkan itu, hanya dapat menerima. Tubuhnya yang berdiri jadi sasaran empuk Sunting Perindu. Lalu, terjatuh tak bergerak. Sunting Perindu yang melihat Taring Karang tergeletak di tanah dengan tulang dada yang remuk, berlari menghampiri sambil terisak.

"Kandaaa!"

Sunting Perindu meraung sejadi-jadinya. Ia terjatuh di dekat tubuh Taring Karang. Lalu sambil duduk di tanah, diangkatnya tubuh Taring Karang yang tak bernyawa ke pangkuan. Dipeluk sambil ditangisi.


---

Bersambung

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang