Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (25)

2.1K 29 6
                                    

Tapak Bumi mengerahkan ajian tertinggi yang diwarisi gurunya, Kalong Ireng. Ajian yang pernah digunakan oleh Hanoman saat menghadapi Rahwana itu, ajian kesaktian yang diwarisi dari kedua paman Hanoman yaitu Resi Subali dan Resi Sugriwa. Ajian Pancasona mengubah sosok penggunanya menjadi beberapa kali lipat lebih besar dan tidak dapat terbunuh. Badan berubah menjadi besar itulah yang menjadikan Hanoman bisa menghadapi bahkan mengalahkan Rahwana, sang raksasa.

Namun, pengguna ajian Pancasona tidak dapat mati kecuali diturunkan ke orang lain. Tentu saja karena tidak dapat mati itulah maka pengguna ajian Pancasona akan berumur sangat lanjut. Selama ajian itu masih melekat di tubuh, sang pengguna tidak akan terlihat tua. Saat telah diturunkan atau diwariskan ke orang lain, sosok pengguna ajian Pancasona akan kembali ke wujud asli, tua dan renta.

Saat Ajian Pancasona selesai diturunkan dari Kalong Ireng ke Tapak Bumi, maka ajal pun datang menjemput. Kalong Ireng berubah ke wujud aslinya sebagai manusia yang berumur sudah sangat lanjut. Menjelang kematian, sang guru berpesan agar Tapak Bumi tidak menggunakan ajian itu dengan sembarangan. Jika Tapak Bumi tidak hendak menurunkan ajian itu ke orang lain maka ia harus menuliskan ke sebuah kitab dan dikubur bersama tubuhnya.


---


Melihat Tapak Bumi telah berdiri di depan, Gentong Kayu bergegas menarik napas dan menahannya di perut. Tapak Bumi yang sedang membuka kedua kaki sejajar bahu, pelan-pelan diikuti Gentong Kayu dengan memutar kedua tangan di samping. Saat Tapak Bumi menarik napas dalam-dalam sambil mengangkat kedua tangan ke atas, Gentong Kayu pun mengepalkan kedua tangan di samping pinggang.

"Ajian Tinju Wana Geni!"

Tiba-tiba dengan cepat tubuh Tapak Bumi melesat ke arah Gentong Kayu. Kepalan kedua tangannya pun berubah menjadi merah seperti bara. Bersamaan dengan itu, kedua kepalan tangan Gentong Kayu yang di samping pinggang ditinjukan memutar.

Saat kepalan tinju yang diputar itu mengarah ke depan, Gentong Kayu berteriak, "Ajian Tapak Bara Besi!"

Sekelabat bayangan Tapak Bumi melesat cepat ke arah Gentong Kayu. Tubuh yang telah berubah menjadi besar itu bergerak lincah melayangkan pukulan demi pukulan yang ditinjukan dengan cepat. Gentong Kayu menangkis dengan kedua tangan ke atas. Sambil mundur, kedua tangannya bergantian menyilang ke atas kepala. Bunyi benturan dua kekuatan tenaga dalam itu terdengar menggelegar.

Duar!

Duar!

Duar!

Kaki Gentong Kayu yang melangkah mundur, melesak akibat tekanan dari atas saat menahan gempuran Tapak Bumi. Tubuh Tapak Bumi yang berubah menjadi beberapa kali lebih besar itu terlihat mengerikan saat kibasan tangannya yang diselimuti bara api membakar pepohonan. Bara api juga terlihat dari kibasan tenaga dalam Gentong Kayu yang terhempas merubuhkan pepohonan di sekitar.

Prajurit Kadiri menyingkir dari sekitar pertempuran antara Tapak Bumi dan Gentong Kayu. Melihat dahsyatnya, prajurit Kadiri membelalak kagum dengan kesaktian Tapak Bumi dan Gentong Kayu. Sementara pasukan pengikut Raden Wijaya membiarkan keduanya bertarung. Mereka bersama pasukan Mongol menggunakan kesempatan itu untuk merangsek masuk ke dalam area rumah Jayakatwang. Dengan mudah prajurit Kadiri beserta penghuni dibantai.



---

Bersambung

Tapak Bumi - Pendekar Terakhir Tanah Jawa (Telah Terbit Silakan Pesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang